LIMA - BERJUANG

8 1 0
                                    

   LORONG sekolah mulai ramai kembali. Dipenuhi oleh Para siswa yang berbondong-bondong untuk pulang kerumah masing-masing. Teriakan senang dengan senyuman ceria pun menghasi wajah mereka ketika bel pulang sekolah berbunyi.

  Merah hanya diam sambil berjalan di samping Amel. Karena Amel yang tidak suka dengan keheningan. Pada akhirnya penyakit kepo akutnya pun kambuh.

"Lo kenapa sih?" Ucap Amel tiba-tiba berhenti di sela-sela perjalanan.

Merah hanya menggelengkan kepalanya yang artinya "Enggak" , tetapi Amel merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dengan Merah. Sejak pagi tadi hingga pulang sekolah pun raut wajahnya masih tetap sama tanpa ada perubahan.

"Kalok ada masalah Lo cerita aja" ucap Amel lagi sambil berjalan menuju ke arah mobilnya.

Merah hanya mengangguk seakan menyetujui. Padahal dari tadi Amel bicara pun Merah sama sekali tak mengerti maksudnya. Pikiran merah terfokus kepada 2 cowok ( Langit dan Angkasa). Sama-sama memiliki nama yang berhubungan dengan bumi. Dan sama-sama membuat hati Merah menjadi Gegana ( gelisah galau merana).

  Amel melajukan kendaraan mobilnya dengan kecepatan penuh. Berharap agar Merah dapat berteriak ketakutan , tetapi tidak sama sekali. Merah justru masih diam melamun menatap ke jendela.

"Kemarin gue dapat DM dari langit"
"Sumpah Lo!" Teriak Merah histeris.
"Kalok bahas Langit langsung ngomong. Bilang aja kalau Lo gamon" ucap Amel masih fokus menyetir.

Merah terdiam sejenak. Ia masih mencerna kata-kata Amel.

"Lo di DM Langit?"
"Enggak. Gue boong lah. Anak itu kan udah ngilang ntah kemana" Amel mengangkat kedua bahunya bahwa ia sama sekali tidak tahu soal Langit.

  Sejak acara kelulusan Smp Langit sudah menghilang. Dia hanya menitipkan kotak yang sudah dibungkus kertas kado. Kotak itu Langit dititipkan kepada Amel dengan tujuan agar diberikan kepada Merah.

Suasana kembali hening. Merah tak lagi berbicara. Keinginnya untuk berbicara sepertinya telah di cabut oleh bumi sehingga ia hanya diam tanpa mendengarkan Amel yang sejak tadi membeo.

Amel tak patah semangat. Ia terus saja mengajak bicara Merah sampai cewek itu mencurahkan isi hatinya, tetapi semua itu gagal dan sia-sia. Merah hanya cuek dan merespon seadanya.

Lima belas menit perjalanan yang membosankan bagi Merah. Sekarang ia sudah berada tepat di depan pintu rumahnya. Amel beranjak turun dari mobil menghampiri Merah. Ia masuk ke dalam rumah Merah tanpa izin pemilik rumah.

"Gue nginep di rumah lo ya?" Ucap Amel lalu pergi ke dalam rumah dan menuju ke arah kamar Merah.

Sedangkan Merah. Ia hanya terdiam sambil melihat tingkah sahabatnya. Pikirannya masih sibuk memikirkan Angkasa. Sejak kejadian di taman belakanh sekolah. Angkasa tidak ikut pelajaran di kelas sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Angkasa kemana ya? Apa dia marah sama gue.

Ketika Merah tersadar bahwa ia sedang memikirkan Angkasa. Merah menepuk jidatnya dengan keras sampai membuat dia berteriak.

"Aw!" Merah mulai mengelus-elus jidatnya sendiri.

Merah berjalan masuk ke rumahnya dengan wajah kesal. Padahal tadi di luar tidak ada orang sama sekali yang membuatnya kesal.

***

  Merah merebehkan tubuhnya di atas kasur. Ia memejamkan matanya perlahan. Kejadian hari ini membuat dia pusing tujuh keliling.

"Rah?" Panggil Amel tiba-tiba.

  Merah menjawab dengan berdehem.

"Kalo seandainya waktu menyuruh lo memilih angkasa atau langit. Lo milih siapa?" Celetuk Amel dengan mudahnya.

Merah terdiam cukup lama. Ia tak bisa memilih diantara mereka. Jika benar itu terjadi mungkin saja Merah akan memilih menghilang daripada harus menyakiti 2 laki-laki yang tidak bersalah.

"Gue gak milih" Jawab Merah singkat padat dan jelas.

Amel terlihat berfikir sebentar lalu di detik betikutnya mulut cerewetnya itu pun berbicara lagi. Dan ini kalimatnya terdengar sangat panjang dan lama menurut Merah.

"Menurut gue. Kalok ada 2 cowok dalam hidup lo. Lo harus milih yang kedua. Karena kalok lo setia sama yang pertama. Lo gak bakal terjebak ataupun jatuh cinta sama yang pertama" Ucap Amel.

"Itu cuma sekedar kata-kata" Merah melempar bantal ke arah Amel. Karena selalu saja membuat kata-kata tapi dia sendiri cuma bisa berbicara tanpa mempraktekkan.

"Omongan gue selalu bener!" Ucap Amel dengan tegas.
"Iya deh iya" Merah memilih untuk mengalah daripada di lanjutkan yang berujung Amel ngambek.

  Ting tung ting tung.

Suara ponsel Merah membuat Amel berhenti membeo.

Angkasa ( calon suami )

Gue akan berjuang buat lo. Sampai kapanpun. Good night calon istri❤.

Merah merasa tercurangi. Kenapa bisa Angkasa mendapatkan nomor handhonenya. Dan lebih parahnya lagi dia menulis sendiri nama kontaknya dengan embel-embel calon suami.

Sejujurnya sekarang Merah sedikit tersenyum tipis karena membaca pesan Angkasa. Dan hal itu membuat Amel langsung mengambil alih ponsel Merah lalu membaca pesannya.

"Amel balikin!!" Teriak Merah.

Amel berusaha menghindar. Hingga ia masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya lalu ia berteriak.

"Gue akan berjuang buat lo sampai kapan pun. Good night calon ISTRI" kata istri mendapatkan penekanakan dari Amel.

"amel!! Resek lo ya!!" Ucap Merah sambil mengetuk pintu kamar mandi dengan keras. Bodo amat kalok pintu kamar mandinya rusak. Merah sama sekali tidak perduli. Yang terpenting ponselnya kembali kepadanya.

Amel dikamar mandi hanya terkekeh. Dengan sangat lancang Amel mbalas pesan Angkasa.

Iya calon suami❤.

Setalah membalas pesan itu Amel langsung keluar dari kamar mandi dan menyerahkan ponsel itu kepada Merah.

  Merah menerima ponselnya kembali dan dia bernafas lega, tetapi pada detik berikutnya notifikasi dari Angkasa masuk. Merah membulatkan matanya lalu menatap tajam ke arah Amel.

"Lo bales chat dia?" Ucap Merah seperti seseorang yang murka.

"Iya" jawab Amel santai.

"AMEL!!!!" Teriak Merah.

  Amel hanya tertawa bangga karena ulah jahilnya selalu berhasil membuat Merah marah. Dan Amel tau Merah hanya marah beberapa menit. Lalu dia akan kembali seperti semula.

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bangkit dan LupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang