"Sialan! Kenapa aku mau disuruh Chuan mengambilkan jas pernikahan calon suaminya", Wonwoo tengah meruntuki dirinya.Wonwoo kini duduk di butik menunggu pegawai mengambil setelan jas. Bosan menunggu dia berjalan jalan melihat-lihat sekeliling. Dia berhenti. Memperhatikan laki-laki yang tengah mencoba setelan jas. Bukankah dia yang waktu itu mengantar Mingyu sambil menertawaiku?
Setelah mengambil pesanannya. Wonwoo memutuskan membuntuti orang itu. Dia memilih duduk agak jauhan agar tidak ketahuan. Yep. Orang itu kini sedang berada di coffee shop dan sepertinya tengah menunggu seseorang.
"Mau pesan apa tuan?",ujar salah satu pelayan yang tiba tiba menghampirinya. Beruntung dia tidak melompat karena kaget.
"Caramel machiato satu. Oiya, bisa kau tinggalkan daftar menunya"
Wonwoo langsung menegakkan daftar menunya diatas meja. Tentu agar menutupi wajahnya.
15 menit kemudian seseorang mendatangi meja teman Mingyu itu. Wonwoo tahu siapa itu. Dokter Yoon Jeonghan. Sebenarnya apa yang dibicarakan mereka. Kelihatannya bahagia sekali. Bahkan sesekali dokter Yoon memeluknya sambil mengucapkan selamat.
Saat teman Mingyu itu berdiri hendak meninggalkan tempat, Wonwoo sigap langsung bersiap-siap membuntutinya lagi. Saat akan berjalan keluar tiba-tiba seseorang memanggilnya. Astaga Wonwoo lupa kalau dokter Yoon masih duduk manis disana. Mau tak mau akhirnya dia mendatanginya.
"Wah kebetulan sekali kita bertemu disini Jeon",ucap Jeonghan penuh senyuman yang sulit diartikan.
"Ah iya, kebetulan sekali ya"
"Kalau aku melihatmu daritadi mungkin akan kukenalkan kau pada orang spesialnya Mingyu yang duduk didepanku tadi. Sayang sekali ya",ujar Jeonghan sambil mengambil cangkirnya.
"Orang spesial?"
"OMO OMO OMO!!! Apa kau tidak tahu? Atau mungkin dia lupa memberitahumu ya"
Wonwoo diam menunggu Jeonghan bicara lagi. Perasaannya tidak enak.
"Dia orang yang akan menemani hari-hari Mingyu. Aku senang akhirnya sekarang ada yang menjaganya. Merawatnya sampai tua"
Runtuh. Dunianya runtuh sekali lagi didepan matanya. Wonwoo berusaha menahan air matanya. Dia masih diam mendengarkan perkataan Jeonghan."Syukurlah kau tidak memiliki rasa pada Mingyu. Jadi kami bisa membantunya untuk melupakanmu. Kau tahu sejak Mingyu mengenalmu kebiasaan buruknya mulai ditinggalkan. Tidak ada club. Tidak ada rokok. Tidak ada mabuk-mabukan. Dia menemukan alasan lain selain neneknya untuk bertahan hidup. Astaga sepertinya aku mulai banyak bicara Jeon Wonwoo-ssi"
"Ah tidak apa dokter Yoon",jawab Wonwoo lirih.
Jujur Jeonghan tidak tega melihat Wonwoo yang kentara sekali ingin menangis. Tidak. Sepertinya dia sudah menangis. Dia pura-pura tak melihat Wonwoo yang sesekali berbalik sambil mengusap pipinya. Ya Tuhan maafkan aku,batinnya sendiri.
"Sepertinya aku harus kembali ke perusahaan dokter Yoon. Terimakasih atas minumannya",ucapnya sopan sambil membungkuk lalu berbalik.
Jeonghan langsung berdiri menyusul Wonwoo.
"Tunggu"Wonwoo berbalik.
"Iya?""Nanti malam Mingyu akan pulang untuk mendiskusikan tanggal pertunangannya. Kalau kau mencintainya, kau tahu apa yang harus dilakukan"
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Young Days [✔️]
Fanfiction"Anda tidak akan menghentikan saya?" "Untuk apa? Kalau mau jatuh ya jatuh saja. Tapi harus langsung mati ya. Saya gak mau buang buang tenaga buat nolongin kamu lagi" END