WS 12 (BOOM)

3K 260 15
                                    

Hallo.... Aku dateng lagi... Rindu gak...
Konfliknya berat banget ya...
Oke gak panjang salam... Selamat membaca. Klik bintang kalo suka...mohon maaf kalau ada typo

****
Cahaya matahari mulai menyusup dari celah gorden ruang kerja. Arlan mulai mendudukan dirinya dari sofa sambil memijit pangkal hidungnya. Kepalanya sedikit pusing, belum lagi seluruh Badan sedikit kaku. Dia sedikit memutar pinggangnya guna sedikit melenturkan tubuh.

Sepertinya tidur di sofa tadi malam, membuat seluruh tubuhnya terasa nyeri belum lagi posisi tidurnya sedikit tidak nyaman.

Arlan mulai mengedarkan matanya keseluruh sudut ruangan. Tidak ada yang berubah. Sepertinya tidak ada orang yang secara sembunyi menyusup keruangan ini.  Bukannya dia berharap akan ada yang menyusup sambil membawa selembar selimut. Hanya saja, dia seperti anak remaja yang sedang di hukum ayahnya karena melakukam suatu kenakalan di sekolah.

Jangan bilang ayahnya dan seluruh orang di rumah ini berharap jika dia akan bersikap seperti remaja yang menyadari kekeliruannya. Dia itu sudah hampir 30 tahun. Mana mungkin dia bersikap seperti itu.

Arlan perlahan bangkit dari duduknya dan mulai berjalan keluar ruangan.

Hal pertama yang dia tangkap dari penglihatannya adalah Banyu yang berdiri dengan stelan rapi sambil menuangkan teh kedalam cangkir minumannya.

Rambut yang di tata rapi, kemeja putih dengan lengan yang dia gulung hingga kesiku memperlihatkan tangan berkulit putih yang menyangga di pinggir meja. Jangan lupakan sebuah dasi berwarna gelap yang telah melingkar sempurna di leher Banyu.

Kelihatannya adiknya itu bersiap mengisi materi pelajaran di universitas rumah sakit.

Sesaat mata mereka saling beradu, ada sebuah kilatan penghakiman dari Banyu. Kemudian adiknya itu memutus pandangan sambil, melirik gelas yang sudah terisi penuh dan mulai menyesap minumannya. Tidak ada percakapan apapun, atau sapaan apapun.

Arlan kembali melangkahkan kakinya memasuki kamar pribadinya. Menghela napas sesaat sebelum tangannya me dorong pintu terbuka.

Kinan duduk disana. Di depan cermin sambil berhias. Mata mereka hanya beradu dari pantulan cermin. Tapi Arlan bisa membaca jika perempuan itu sedikit merasa diatas angin. Kinan pasti berfikir dengan melibatkan Ayah dan mamanya maka dia akan menang.

"Kita perlu bicara" Kinan membuka suara sambil merapikan rambutnya yang telah tertata rapi. Kemudian memutar tubuhnya menghadap Arlan.

"Aku harus membersihkan tubuhku dulu" Balas Arlan sambil berlalu memasuki kamar mandi dalam kamar tidurnya.

Sedang Kinan hanya sedikit meremas jemarinya gelisah,saat melihat jika suaminya itu memasuki kamar mandi. Dan entah harus berapa lama lagi dia harus menunggu.

Waktu berlalu hingga 15 menit. Dari tempat dia duduk, Kinan bisa melihat Arlan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan selembar kaos putih dan handuk yang melilit di pinggang. Suaminya itu sibuk membuka lemari dan mengeluarkan setelan kemeja dan celana kepernya.

Wajahnya masih menunduk sembari menatap jemarinya yang sibuk mengikis ujung-ujung kuku yang masih pendek.

"Kenapa diam. Bukankah tadi kamu bilang ingin bicara!"

Kinan mulai mengangkat wajahnya dan menatap Arlan yang kini sibuk mengancing lengan kemejanya.

"Aku, sudah bicara dengan mama. Dan Mama akan bicara dengan ayah" Kinan kembali menatap Arlan yang terlihat masih tidak tertarik. "Sepertinya Mama akan setuju dengan saran ku. Kalau kita perlu melakukan pemeriksaan"

Sesaat Arlan menghentikan gerakannya saat mendengar ucapan Kinan, tapi pria yang kini telah rapi itu kembali melanjutkan gerakanya dan kembali mengabaikan ucapan Istrinya yang terlihat masih sedikit gelisah.

"Oh... Masih tentang Inseminasi dan bayi tabung itu" Arlan terlihat paham sambil mengangguk kepalanya " Kamu tidak perlu melakukannya. Dan kamu tidak perlu terbebani dengan tugas untuk memberikan penerus keluarga Pradipta"

"Maksud kamu apa Mas?" Ada sebuah kernyitan bingung terlukis di kening Kinan, jantungnya mendadak berdetak menyakitkan. Ada rasa ketakutan mulai memenuhi segala perasaannya. Tidak mungkinkan Arlan bilang dia punya anak dari perempuan lain. Kalau pun benar, kenapa harus perempuan lain. Sementara dia punya Kinan sebagai istrinya. Apa se enggan itu Arlan punya anak dengannya.

"Jangan bilang -" Kinan menghentikan ucapaannya yang sudah berada di ujung lidah, dia terlalu takut mengatakan apa yang ada di fikirannya "Aku tidak mau berbagi Mas. Aku tidak sanggup." hanya itu kata yang sanggup dia ucapakan.

Arlan berdiri membelakanginya "Jangan lupa Kinan. Kamu pernah bilang, kamu sanggup berbagi asal aku menikahimu"

"Itu dulu. Itu dulu Mas. Dan kamu fikir aku perempuan gila yang sanggup berbagi dengan perempuan lain" Kinan mulai tersulut emosi, rasanya ada bara api yang perlahan tersulut di hatinya.

Tubuhnya gemetar karena emosi. Belum lagi napasnya sedikit tersenggal. Muara panas yang di sudut matanya sedikit lagi akan mengalir turun. Wajahnya sudah memerah dengan buku tangan yang memutih, terlalu kuat dia menggemplkan tangannya menahan emosi.

Kenapa dia tidak bisa merasakan sedikit saja merasakan bahagia dalam pernikahannya. Kenapa pria di depannya masih belum bisa memberikan dia kesempatan untuk mengisi hatinya. Apa terlalu sulit bagi pria itu menghapus bayangan masa lalu.

Kinan memejamkan matanya sesaat. Berusaha mengatur emosinya yang masih saja memenuhi perasaannya. Beberapa kali dia mengeluarkan napas lewat mulut. Dan perlahan membuka matanya.

"Beri aku kesempatan satu kali" Kinan memohon dengan lirih, "Aku janji. Kali ini kita pasti punya anak"

Arlan menghembuskan napasnya kuat, lalu sedikit memijit pangkal hidungnya.
" Sepertinya kita bicara berputar-putar. Baiklah aku akan katakan sekali lagi padamu"

"Kamu,  tidak perlu memikirkan memberikan Ayah dan Mamaku seorang cucu. Kamu juga tidak perlu terbebani dengan semua ini. Kamu cukup diam dan nikmati semuanya. Karena cepat atau lambat. Aku akan membawa dia kehadapan kalian. Setelah aku pastikan posisinya kuat di keluarga ini"

Seperti ada sebuah tombak yang langsung menembus jantung kinan. Membuatnya sangat takut untuk menariknya. Takut jika dia tarik maka dia akan segera roboh.

Namun ucapan Arlan sanggup membuat seluruh tubuhnya kehilangan tenaga. Membuat muara air mata yang sejak tadi berusaha dia tahan meluncur tanpa hambatan.

Awalnya Kinan fikir dia akan menang, membawa serta orang tua suaminya, akan membuat pria itu tidak berkutik. Tapi siapa sangka jika melibatkan orang tua pria itu, malah membuat pria itu tidak menahan diri untuk mengatakan dengan jelas jika pria itu telah memiliki anak dengan wanita lain.

Lalu bagaimana dengan dirinya. Apa Arlan tidak akan segan-segan untuk menyingkirkannya.

"Berengsek" Upat Kinan sambil menatap tajam pada Arlan yang masih saja terlihat tenang.

****
TBC

Gimana part ini...
Kalo suka klik bintang. Kalo penasaran komen.

Atau ada yang punya saran untuk part selanjutnya. Boleh...
Nanti di pertimbangkan.

Dan tak lupa, makasih untuk bintang dan komen part sebelumnya.

PREJUDICE (Slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang