Part 31

3.3K 276 39
                                    

Masih ada yang nunggu cerita ini lanjut gak?

Lama? Iya... Maaf... Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini menghambat saya untuk menulis. Termasuk, adegan yang bolak balik hapus tulis.

Ok selamat baca....

***
Sepeninggal Banyu, Kinan langsung membuang nafasnya keras. Menyugar rambutnya kebelakang dengan gelisah sambil mengigit bibir bawahnya.

Sialan.

Kenapa dia tidak pernah memperhitungkan sebelumnya jika adik iparnya itu bisa saja jadi batu sandungan di kemudia hari. Ia terlalu terlena dengan sikap baik hati dan lunak yang selalu pria itu tunjukan padanya. Jika tau pada akhirnya Banyu akan menjadi penghalang, apa perlu pria itu juga ikut ia singkirkan? Semakin banyak saja orang-orang yang menghalangi jalannya. Menyebalkan.

Kinan menegakan tubuhnya sambil sedikit memperbaiki penampilannya. Mengatur ekpresinya sedikit seolah kejadian tadi sama sekali tidak mengganggunya. Ia teramat yakin, sebentar lagi kedua mertuanya itu juga akan membereskan vidio sampah ini untuknya. Mereka tidak akan membiarkan masalah ini akan menghancurkan reputasi baik yang selama ini mereka jaga mati-matian.

Kinan kembali menghela langkahnya menuju ruang prakteknya. Mengabaikan segala bisik-bisik yang masih tetap mengganggu telinganya. Dan untuk perawat pengganggu itu ia sudah berencana melayangkan tuntutan dengan tuduhan tindakan kurang menyenangkan. Perfect.

Kini ia telah berdiri di depan meja resepsionis yang sama seperti sebelumnya. Dan matanya juga tidak melihat sosok perawat pembuat masalah tadi, hanya dua orang perawat lain yang ia sama sekali malas untuk mengingat siapa nama mereka berdua. Menurutnya itu tidak terlalu penting.

"Tolong panggil pasien pertama keruangan saya." Perintah Kinan sambil membuka salah satu folder diatas meja.

Kedua petugas itu hanya saling melirik.

"Ada apa?"

Kini terlihat mereka saling mendorong pelan menentukan siapa yang akan berbicara terlebih dahulu. Sampai akhirnya Salah satu dari mereka memutuskan, mulai menghela nafas lalu berdahem sekali. "Eh... Dok, maaf tidak ada pasien untuk Dokter!"

Kinan langsung mengerjab mengangkat wajahnya dengan mengerutkan kening tidak mengerti.

"Para pasien memutuskan membatalkan pemeriksaan dengan anda" sambung yang satunya lagi.

"Bagaimana bisa?"

Perawat itu mulai menggaruk lehernya bingung. "Mungkin karena video Dokter yang kemarin!"

Hanya suara dengusan sebagai balasan dari Kinan. Sialan. Mereka mau main-main dengannya. Kinan langsung memukul meja menyalurkan rasa kesalnya, hingga membuat dua perawat itu langsung terlonjak terkejut.

Baru juga ia memutar tubuhnya sosok wanita yang ia anggap sebagai akar permasalahan berdiri disana. Berdiri dengan sedikit mengedarkan pandangan keseluruh ruang lobi rumah sakit. Mata mereka bertemu- namun wanita itu segera memalingkan pandangan kearah lain. Bukan terlihat takut justru terlihat malas bertatapan dengannya. Hingga membuat percikan panas di hatinya. Dengan tergesa-gesa langkah Kinan segara ia hela menghampiri.

"Untuk apa kamu kesini?" Kinan bertanya dengan suara sedikit mendesis.

Wanita itu kembali mengedarkan pandangannya kearah lain sebelum kembali menatapnya. " Mencari Mas Arlan"

"Untuk apa kamu mencarinya. Belum puas kamu merusak rumah tangga saya"

"Aku sedang menagih tanggung jawabnya. Dia bilang bersedia tanggung jawab. Makanya aku kemari"

PREJUDICE (Slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang