Part 24

3.1K 248 15
                                    

HAI...Maaf telat publish, rencananya mau kemaren malem. Tapi berhubung aku baru jalan-jalan, dan selama perjalanan gak ada sinyal sama sekali, di tambah power bank di bajak adik, jadi gak bisa ngetik di ponsel. iya...aku ketiknya disana. jadi baru banget di lanjutin.

mohon maaf kalo banyak typo ya . selamat menikmati

********

Sepanjang pengasuhan Bisma, Kanaya Aprilia Putri, tidak pernah sekalipun mengajarkan anak itu untuk berlaku sok jagoan, mengganggu teman, apalagi berkelahi. Dia selalu mengajarkan bocah itu untuk bersikap baik layaknya anak normal lainnya. Menjauhi segala kenakalan yang akan membuat Naya harus menyisihkan waktu hanya untuk sekedar mengunjungi bocah itu di sekolah.

Jadi sangat wajar jika siang ini jantungnya nyaris berhenti saat mendapat telpon dari pihak sekolah jika seorang Bisma Erlangga Pradipta mengigit tangan temannya hingga menangis. Ia bahkan harus beberapa kali menyakinkan telinganya jika nama Bisma yang di sebut wali adalah nama Bismanya.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah Bisma, Naya sudah memikirkan berbagai alasan kenapa bocah itu menggigit tangan temannya. Dari mulai menumpahkan minuman di mejanya, sampai dengan alasan temannya meminjam barang namun tidak mengembalikan. Namun tidak ada satu alasanpun yang membuat dia yakin jika salah satu dari itu, mampu membuat seorang Bisma yang terlihat tenang sampai menggigit tangan temannya.

Bahkan sepanjang ingatannya, selama Bisma di taman kanak-kanak ia terkenal dengan bocah yang sangat menyenangkan. Lalu kenapa sekarang anaknya itu kehilangan kesabarannya.

Matahari semakin tinggi, memperburuk kondisi tubuhnya yang memang kurang baik. Sementara jadwal pulang Bisma hanya tinggal beberapa puluh menit lagi. Dan pasti pihak sekolah tidak akan mengizinkan Bisma pulang sebelum segala masalah kenakalan anak itu selesai.

Naya harus menghentikan motornya saat lagi-lagi gawainya berbunyi dari nomor yang sama. Sepertinya ayah kandung dari Bisma belum menyerah untuk berbicara dengannya. Apa ia harus memberitahu kenakalan Bisma pada Arlan, dan membiarkan ayah anak itu yang kesekolah.

Tidak... Itu tidak akan terjadi.

Naya menggeleng kepala menepiskan ide yang tiba-tiba muncul di otaknya. Apa hanya karena dia kurang sehat, sehingga otaknya juga bermasalah.

Setelah hampir 3 tahun bersekolah, tidak sekalipun Arlan menjemput Bisma di sekolah, lalu bagaimana mungkin sekarang dia meminta kehadiran pria itu, disaat keadaan tidak memungkinkan dia untuk hadir. Naya yakin masalah vidio itu akan membuat Arlan kelimpungan. Dan Naya cukup tau diri untuk tidak menambah beban fikiran dengan kabar kenakalan Bisma.

Naya lagi-lagi membiarkan gawai itu mati sendiri tanpa niat untuk mengangkat. Sudahlah... Setelah keadaan sedikit terkendali dia akan memberi tau pria itu. Jangan bertingkah manja, seolah-olah ia tidak bisa tanpa pria itu. Toh dia juga telah jatuh bangun sendirian mengurusi Bisma. Menutup telinganya rapat-rapat saat yang lain memandang dia wanita yang memiliki anak di luar nikah.

Naya melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sementara sekujur tubuhnya merinding menahan sakit, belum lagi terik matahari semakin memperparah keadaannya. Tubuhnya sedikit gemetar saat kedua tangannya mengarahkan stang berbelok memasuki gedung sekolah dengan Plank di depan bertulis SD Swasta SIRAJUDIN. Mengambil posisi memarkirkan motornya diantara motor yang mungkin milik salah satu pendidik di tempat itu. Matanya sedikit menyapu seluruh area, memperkirakan dimana letak kantor Tata usaha atau ruang guru, sembari tangannya melepas helem yang masih menempel di kepalanya. Merapikan penampilannya sedikit berantakan sambil memastikan jika wajahnya tidak terlalu pucat.

Dahinya sedikit berkerut saat matanya menangkap mobil hitam sedikit familier terparkir mencolok di samping Plank nama sekolah. Mungkin mirip, hanya itu yang terbesit di benaknya saat satu nama muncul di kepalanya.

PREJUDICE (Slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang