Part 32

4.7K 361 63
                                    

Hallo....minal aidin wal faizin, bagi yang merayakan...

mohon maaf lahir batin, jika selama ini saya ada banyak salah termasuk telat up dan typo bertebaran.

masih ada yang menunggu kah...

selamat membaca ya, kalo ada typo maaf lagi ya...

******

Naya keluar ruang pemeriksaan sambil sekali menunduk pamit pada penghuni ruang itu. Menyematkan sebuah senyum tipis saat matanya menangkap sosok Arlan yang baru saja kembali dari bagian Apotek rumah sakit. Pria itu juga tersenyum menyambutnya sambil sebelah tangan mengangkat tinggi bungkusan. Mungkin Arlan baru menebus obat untuknya. Salah satu bentuk tanggung jawab atas ulah istrinya. Masih sedikit menyayangkan kenapa seorang Arlan harus berakhir dengan seorang Kinan.

Jika saja Kinan tidak muncul diantara Arlan dan Maira, atau setidaknya perempuan itu menikah dengan Arlan beberapa bulan setelah kakaknya meninggal. Saat pria itu tidak lagi menyandang status suami orang, mungkin hidup mereka tidak akan sekacau ini. Mungkin tidak perlu ada drama berkepanjangan.

Karma!

Memangnya karma seperti apa yang harus Kinan terima! Mati dengan otak terburai?Jatuh ke jurang dengan tubuh berantakan? Atau di kutuk tidak memiliki anak? Ah... Itu sedikit kejam. Seolah tuhan pun ikut berpartisipasi untuk menghukumnya.

Dan menurut Naya sendiri. Apa yang terjadi di hidup perempuan itu sudah termasuk karma. Bertahun-tahun menikah tapi masih sulit menggoyahkan hati dan masa lalu suaminya. Hidup dengan ketakutan, jika suatu hari nanti akan ada seseorang yang mampu membuat suaminya berpaling. Belum lagi, Tuhan masih belum berbaik hati padanya untuk menjadi wanita seutuhnya yang bisa saja di manfaatkan Arlan untuk membalasnya. Itu sudah termasuk karma, bukan! Tekanannya tiada akhir. Belum lagi kejadian beberapa waktu ini. Namanya sedikit tercoreng.

"Bagaimana?" Tanya Arlan begitu mereka berhadapan dengan sebelah tangan mengulurkan bungkusan obat pada Naya yang langsung di terimanya.

Menganggukan kepala sesaat "Cukup baik. Penanganan cepat, dengan obat yang tepat membuat kecil kemungkinan akan meninggalkan bekas. Hanya menunggu beberapa hari hingga mengering, untuk segera regenerasi kulit baru"

Hanya basa-basi, yang jelas sejak awal ia tau jika pemeriksaan ini sama sekali tidak perlu. Bukan kali pertama ia cedera seperti ini. Dulu semasa Bisma masih berusia beberapa bulan, entah beberapa kali ia tersiram air panas saat ia harus membuat susu untuk anak itu di tengah malam.

Dan tentu saja tawaran pemeriksaan yang di ajukan mantan kakak iparnya itu hanyalah satu dari sekian banyak yang harus ia lakukan sebagai rasa menyesal atas sikap istrinya itu. Niat baik, pantang di tolakkan. Dan ia juga ingin tau, bagaimana sikap Kinan. Ternyata masih aja sama. Nge-drama.

Arlan terlihat cukup lega, tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan. Kini matanya beralih melirik jam di pergelangan tangan kanannya. Menghitung berapa banyak waktu yang ia punya.

"Oke, Mas. Aku harus balik. Aku gak bisa lama-lama izin sebenarnya."

"Tunggu...!" Cegah Arlan menahan lengan Naya, saat melihat perempuan itu membalik tubuhnya. Naya hanya menaikan sebelah alisnya tinggi." Ada yang sesuatu yang mau Mas bicarakan dengan kamu"

"Apa?"

"Tidak bisa sekarang!"

"Kenapa?"

Arlan membasahi bibirnya."Waktunya sedikit sempit."

"Ok. Mas bisa mampir kerumah. Kebetulan aku membuat acara kecil untuk Bisma"

"Tidak bisa Nay. Aku tidak ingin menemuimu diam-diam seperti selama ini. Sekarang sudah banyak yang tau tentang Bisama dan kamu. Mas tidak mau melakukan hal merepotkan itu lagi"

PREJUDICE (Slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang