Sayang, tadi aku ke cafe yang dulunya sering kita kunjungi. Disana, semua masih sama. Usaha-usahamu untuk membuatku nyaman denganmu dulu juga masih terkemas rapi di dalam vas bunga. Bedanya sekarang dia lagi menggigil memeluk kakinya sendiri.
Sayang, sebenarnya aku tidak ingin meminum kopi yang sudah aku pesan, tetapi akhirnya aku minum juga kopi yang menjelma dirimu itu, dengan rasa yang tidak menentu, aku selalu berhasil menikmati setiap sesapnya.
Iya, kamu pasti sudah tahu bagaimana keras kepalanya aku dalam urusan mencintaimu.Dengan sakit yang tidak tahu siapa yang pantas aku salahkan ini, entah kepada hubungan yang tidak pernah kau sepakati kelanjutannya atau kepada cintaku kepadamu yang terus hidup meski sudah kau bunuh mati berkali-kali.
Ternyata benar yang dikatakan ibuku dulu, bahwa hanya ketulusan yang bisa hidup kembali meski sudah dibunuh mati berkali-kali.Tidak peduli lagi dengan perasamu kepadaku. Aku akan tetap berdiri disini untukmu, menunggumu lelah memperjuangkannya.
Karena dalam berjuang, selalu ada lelah disela-selanya.
Itu tidak apa. Kamu hanya butuh jeda, istirahatlah sejenak, pulihkan energimu, duduklah dibangku pojok cafe biasanya sembari minum kopi. Tetapi jangan sendiri, kamu membutuhkan tangan lain untuk mengusap lelah, tanganku misalnya.Dengan begitu kau akan sadar bahwa kehadiranku ini cukup berguna untukmu.
Iya orang itu aku, bukan dia.-inakurotuln
Kediri, 7 april 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Luruhan Nestapa
Teen FictionJika kamu merasa hidupmu yang paling menyedihkan. Coba baca ini, mungkin tulisan ini bisa menyembuhkan atau bisa jadi temanmu.