Pernah nggak kalian punya sahabat yang akrab banget sejak kecil? Oke, sebelumnya aku ingin memperkenalkan diri. Namaku Zahfa, berbicara tentang sahabat aku punya satu sahabat cowok, Farhan namanya, dia sahabatku sejak kelas lima SD, entah sejak kapan aku mulai akrab dan berteman dengannya hingga sampai saat ini. Persahabatanku dengan Farhan berawal ketika kita menjadi partner lari untuk lomba antar SD waktu itu. "Hei, larimu tadi bagus, kamu satu-satunya anak perempuan yang lolos seleksi, ya?" ujar Farhan waktu itu, aku hanya mengangguk dan mengatakan "iya, terimakasih" lalu aku berlalu dan masuk ke kelas.
Dari percakapan sederhana itu, kami menjadi sahabat serta rival dan partner lari, hingga di bangku Sekolah Menengah Pertama, "Fa, club atletik sepulang sekolah ada latihan" ujar Farhan kepadaku ketika jam istirahat, aku mengangguk "ya!" jawabku.
Tidak sepertiku, Farhan anak yang ramah dan supel di club atletik maupun osis waktu SMP, sehingga banyak cewek yang nge-fans berat dengannya, sangat berbeda denganku, aku gadis yang dingin, cuek, nggak mau tahu. Dari sifat kita yang berlawanan mungkin itu faktor persahabatanku dengannya bisa sampai saat ini.
Waktu terus berjalan, hingga kita memasuki masa-masa terindah kita, yaitu masa-masa SMA. Entah takdir atau bagaimana, aku dan farhan satu sekolah lagi. "Fa, di SMA kamu masih ikut ekstra atletik, kan?" tanyanya,"Hmm" jawabku, tanpa mengalihkan pandanganku dari buku biologi yang sedang ku baca. "Baguslah" ujarnya "Kita berarti masih jadi partner sekaligus rival" lanjutnya, "Yah, semoga saja" jawabku dingin seperti biasa.
"Apa kau tidak capek mengingatkanku kalau club atletik ada latihan hari ini? Aku ingat, dan aku belum pikun." Ujarku agak jengkel dengan Farhan. Oke, di SMA ini aku dan Farhan menjadi partner lari mewakili lomba tingkat kabupaten, dan Farhan selalu mengingatkanku kalau ada latihan, "Yah, siapa tau kau lupa, aku tahu kau tidak pikun, tapi kau itu pelupa tingkat akut" ujarnya. Dan itu membuatku ingin melemparkan Farhan dengan benda keras apa saja yang ada disekitarku, "Terima kasih untuk pujiannya" sindirku. "iya, sama-sama" jawabnya sambil tersenyum.
Terik mentari sore serta hembusan angin yang begitu menenangkan membuatku semakin bersemangat untuk latihan hari ini, aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, berusaha menenangkan diri, di samping kananku ada Farhan yang menjadi rival lariku hari ini, "Aku akan mengalahkan mu, aku tidak akan ada di belakangmu" ujarku dalam hati. "bersedia.... Siap... yak..!!" bunyi peluit pun berbunyi, dan aku mulai berlari, tetapi lagi-lagi aku ada di belakang farhan, aku terus mengejarnya, dan hampir aku ada disisi kirinya, tetapi tak lama farhan berada di depanku lagi, dan lagi-lagi aku hanya bisa mengejar bayangannya dan melihat punggungnya sampai garis finish. "Tiga belas koma tiga detik" kata pak edo memberitahuku "Coba lebih baik lagi fa. Bapak yakin kamu bisa, latihannya kita lanjutkan minggu depan lagi". Aku mengangguk. Lalu berjalan kepinggir veledrom untuk istirahat, tanpa sadar aku menatap farhan yang berjalan kearahku, "Usaha keras nggak akan menghianati, kok" ujarnya sambil tersenyum. Ya, aku tahu dia hanya ingin menyemangatiku. "Nih..." ujarnya sambil menawarkanku air mineral, "Terimakasih" jawabku. Farhan pun mengambil duduk di sampingku. "Fa, kamu tahu? Kalau kita besok ada satu anggota baru yang ikut atletik" ujarnya memulai percakapan "Sudah" jawabku setelah meneguk air, "Darimu, baru saja".
"Aku tersanjung, menjadi orang pertama yang memberitahumu."
"Memang sudah seharusnya" aku mengangguk "Jadi berterimakasihlah" lanjutku.
Farhan tersenyum "Terkadang karena kecuekkan mu, aku ingin sekali menimpukkmu"
"Akan kutimpuk kau dulu, sebelum kau menimpukku" jawabku.
Apa yang dibicarakan Farhan itu benar, kalau ada anggota baru di club atletik ini. Dan aku tidak menyangka kalau dia cewek, dan cantik pula. "Perkenalkan, nama saya Arasya, bisa di panggil Ara" katanya dengan lembut, dan seketika itu bisa menarik perhatian cowok dalam sekejap, tetapi tidak untuk para cewek, "Fa, saingan baru mu, tuh?"bisik Naela. "Saingan?" ujarku sambil menaikan sebelah alisku, "Iya," angguk naela mantap "Dia sainganmu untuk mendapatkan Farhan", aku memutar bola mataku dan menggelengkan kepala.
Bel tanda pulang berbunyi, aku segera menuju tempat pakir. "Fa? Boleh bicara sebentar?" ujar Ara "Ya, silahkan", "Besok ada latihan atletik, aku ingin meminta sesuatu padamu", "Iya, cepatlah, aku tidak punya banyak waktu untuk basa-basi" ujarku dingin. "Oke, begini. Aku ingin kau berhenti menjadi partner larinya Farhan, dan aku yang akan menggantikanmu, lagian kau juga belum bisa memperbaiki skor waktumu, jadi kau tidak mungkin akan memenangkan perlombaan nanti, dan sepertinya aku yang lebih layak untuk menjadi partner-nya Farhan", aku terkejut, hati kecilku ingin berbicara tidak! Tetapi apa yang dikatakan Ara juga ada benarnya, skor waktu ku masih belum imbang dengan Farhan "Ya! Baiklah" kataku lalu menyalakan mesin motor dan pergi. Diperjalanan aku masih terngiang-ngiang pembicaraanku dengan Ara tadi.
"Fa, nanti club atletik ada latihan" ujar farhan ketika pergantian jam mata pelajaran. Aku memutar tubuhku ke Farhan yang duduk tepat di belakangku. "Han, aku tidak ikut latihan hari ini", "Lho kenapa?".
"Aku mengundurkan diri menjadi patner larimu".
"Apa? Kau tidak sedang bercanda, kan?".
"Tidak" jawabku, lalu tak lama Bu Anik datang dan pelajaran pun dimulai.
Ketika aku melewati koridor kelas, aku melihat Ara dan Farhan sedang membicarakan sesuatu, mereka tampak akrab sekali, sesekali mereka tertawa bersama seperti sedang menertawakan suatu hal yang lucu. Tiba-tiba ada perasaan kecewa dalam diriku, bukan hanya rasa kecewa, tapi sakit hati dan... entahlah, aku sendiri bingung untuk menjelaskannya. Mau tak mau aku harus lewat di depan mereka. "Fa, kamu mau ikut latihan?" Tanya farhan,
"Tidak" jawabku "aku mau pulang".
"Jadi yang kau katakan di kelas tadi tidak bercanda?"
"Menurutmu?"
"Hmm, bercanda" ujarnya sambil tersenyum.
"Aku serius, Han" jawabku.
"Oke, oke. Tapi kamu tidak boleh pulang dulu, kamu harus melihatku latihan".
aku menggelengkan kepala "Tidak! Lagian untuk apa aku melihatmu latihan"'
Farhan memegangi dadanya dan pura-pura kesakitan "Sakittt tau Fa. Kau anggap aku apa? Kita kan sahabatan, jadi tidak ada salahnya kalau kau menyemangatiku" ujarnya sambil memasang wajah melas.
Aku luluh,"Iya, aku akan melihatmu latihan". putusku akhirnya.
Langit sore yang berwarna jingga, burung yang berbondong-bondong pulang serta hembusan angin yang menenangkan, membuatku teringat saat aku berlari bersama dengan Farhan, aku teringat ketika aku berusaha mengejar Farhan tetapi yang ku dapat hanya bayangan Farhan dan punggung yang menjauh. Lagi-lagi ada perasaan aneh yang menggagguku.Perasaan yang tidak bisa ku diskripsikan. Yang jelas terasa sangat menyakitkan karena seseorang yang berada di sisi kiri Farhan sekarang bukan aku lagi, melainkan orang lain. Sekarang aku merasa jauh sekali dengannya.
[a.n]
ea, endingnya emang gitu, rek. gantung-gantung manja. itu cerpen aku (walau bukan yang pertama) tapi termasuk yang lama dan yang masih ada di microsoft world laptopku sampai sekarang.
see u!
published in April 6th 2019
Kediri
21.47pm
YOU ARE READING
kumpulan cerpen
General FictionIni adalah kumpulan cerpen aku sejak jaman putih biru-dongker sampai sekarang. Beberapa cerita terbaru kemungkinan akan di upload ke karya karsa dengan side story yang lebih panjang dan mendetail. bisa berbayar atau gratis.