Siapa sih yang tidak kenal dengan Bapak Proklamator Rebuplik Indonesia?
Ir. Soekarno, penyambung lidah rakyat Indonesia. Presiden pertama Republik Indonesia yang disegani oleh lawan dan dihormati oleh kawan. Disini, saya Lakshahida Kusumawardani mempunyai pengalaman yang sangat berkesan. Ketika liburan semester 2 kelas 11 saya dan sahabat saya berkunjung ke Ndalem Pojok, Wates. Memang tempatnya tidak terkenal, karena dipedesaan yang cukup jauh dari bising kota. Disana Bapak Proklamator penyambung lidah rakyat Indonesia melewati masa kecilnya, bermain bersama anak sebayanya dan disana pula beliau berdiskusi dengan teman-teman pergerakannya bahkan ketika Ibukota Jakarta dipindah ke Kota Yogyakarta beliau sempat berkunjung ke Ndalem Pojok, Wates.
Pagi itu pada pukul 07.45 WIB aku sudah bersiap-siap untuk berangkat kerumah Lavanya karena sebelumnya kita mau ke Ndalem Pojok, Wates. Berhubung ini masih libur panjang. Lav adalah temanku ketika MTs, kita masih akrab dan bertukar kabar walau sudah berbeda sekolah. Sekitar pukul 08.50 WIB aku baru sampai dirumahnya, kami langsung berangkat ke Kandat terlebih dahulu karena Lav meminta temannya anak teater SMAN 1 Kandat untuk mengantarkan kita ke Ndalem Pojok, Wates yang cukup dekat dengan SMAN 1 Kandat serta meminta salah satu temannya yang bernama Alka Prayoga untuk menjadi Tour Leader.
Perjalanan yang cukup jauh berbuah manis, lelah ditubuh terasa hilang seketika ketika kita bertiga, Lav, Alka dan aku sudah sampai di Ndalem Pojok, kesan pertamaku ketika sampai, aku dan Lav disambut dengan hangat oleh abdi Ndalem Pojok, orang yang tinggal dan merawat situs bersejarah tersebut. Alka atau yang akrab disapa Al mulai mengajak kita berdua ke dalam rumah atau kalau dalam bahasa jawa kramanya ndalem, Al dengan piawainya menjelaskan sejarah rumah tua tersebut, mulai dari pintu rumah, meja bundar di tengah ruangan yang dulu digunakan Bung Karno berdiskusi dengan teman pergerakan dan gurunya HOS Cokroaminoto, muso, kartosuwiryo. Setelah itu kita ke kamar bayi Koesno, di tempat itu nama Koesno berganti menjadi Seokarno. Kamar tersebut tidak terlalu luas, ada tirai berwarna putih mengelilingi tempat tidur dan kamar itu masih terawat, aku seperti ditarik ke masa silam, ada kenangan yang membekas disana dan seolah-olah aku bisa merasakannya langsung. Selanjutnya, Al mengajakku dan Lav ke kamar Soekarno muda, disana Bung Karno menghabiskan waktu belajar dan membaca buku, dan sebelum lulus dari Technische Hoogeschool (THS) Bandung Bung Karno menyelesaikan tugas akhir membuat jembatan. Jembatan buatan Bung Karno pertama kali ada di Kedak Kediri yang proses desain arsiteknya juga dirancang dikamar ini.
"Boleh kusentuh meja ini?". tanyaku canggung pada Al,
"Silakan." jawab Al ramah.
Al menjelaskan ke kami seperti pengunjung yang benar-benar dihormati, aku menikmatinya karena selain dia bisa santai, Al juga mudah akrab dan itu membuatku menjadi tidak canggung. Lalu kami keluar dari kamar muda Soekarno dan berlanjut ke halaman rumah ini yang menurutku cukup luas. Ada pohon Kanthil Asmoro yang konon pohon itu saksi bisu kisah cinta kedua orang tua Pak Soekarno, bunga kantil dari pohon itu pernah dipetik olah ayah Bung Karno sebagai tanda cinta kepada Ida Ayu ibu Soekarno, seorang gadis Buleleng Bali.
"Pohon ini adalah saksi bisu dua insan yang saling mencintai tetapi berbeda adat istiadat dan agama. Dan ayah Bung Karno memetik Bunga ini untuk memantapkan hatinya meminang Ida Ayu, ibu Bung karno." begitu penjelasan dari Al,
Aku dan Lav menyimaknya dengan seksama. Lalu, kita berlanjut ke petilasan batu yang masih dihalaman rumah.
Al menjelaskan "Dulu, ketika Bung Karno masih kecil dia bermain dengan teman sebayanya dan tersandung hingga kepalanya terluka."
Lav ikut menyahuti "Ah, itu sebabnya Bung Karno memakai peci miring kekiri?."
Aku baru menyadarinya "Eh, iyakah?" aku membuka galeri poto dan melihat poto Bung Karno "Ah iya bener Lav." pekikku heboh dan mereka berdua menertawakanku.
"Ciyeileh yang pekanya lama" gurau Lav padaku.
Lalu kami berlanjut ke petilasan pohon beringin, dulu pohon itu tumbuh besar dan ada kursi disana, biasanya Bung Karno melatih kemampuan pidatonya di bawah pohon beringin tersebut "Tempat ini dulunya adalah pohon beringin yang besar, dibawah pohon ini dulu ada meja kursi untuk duduk, terkadang Soekarno muda berdiri ditempat ini sambil teriak-teriak untuk belajar pidato," Al menjelaskan kepadaku dan Lav,
Lav bertanya ke Al, "Al, katanya di ndalem ada kitab nagarakertagama ya? Boleh nggak kita lihat?"
"Nggak boleh Lav, yang boleh masuk itu hanya abdi ndalem saja. Selain abdi ndalem kita dilarang masuk, dan yang tadi kita masuki itu belum ndalemnya, itu masih bale –nya saja."
Aku mencerna omongan Al, lalu kata ku "Jadi, kursi bundar diruangan tengah, kamar bayi dan kamar Soekarno muda tadi belum ndalem?"
Al menggeleng " Rumah Ndalem dibangun tiga generasi, dan yang boleh dikunjungi hanya bagian depannya saja atau mbale-nya saja"
Dan terjadilah perdebatan kecil antara aku, Lav dan Al. Lalu Al mengajak kita ke belakang Ndalem yang dulu tempat Bung Karno merenung. Disana terdapat pohon kepuh dan dibelakang pohon tersebut ada sungai yang menambah asri suasana disana, kita bertiga duduk di kursi bambu dan membicarakan hal-hal yang berbau sejarah. aku merasa nyaman disana, suasananya tenang, tidak ada bising dari kendaraan, yang ada hanya semilir angin dan suara air sungai yang mengalir. "Bung Karno dulu suka merenung atau meditasi disini, ini tempat favoritnya Bung Karno" ujar Al kepadaku dan Lav.
"Bakalan jadi tempat favoritku juga," celetukku.
"Banyak anak muda zaman sekarang yang tidak tau sejarah bangsanya, mereka merasa kalau sejarah hanyalah masa lalu yang tak berarti" ujar Al lagi.
"Padahal bangsa yang hebat adalah bangsa yang mengingat jasa dan perjuangan para pahlawannya," kata Lav.
"JAS MERAH" celetukku, yang teringat pada artikel yang pernah kubaca 'bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, jangan sekali-sekali melupakan sejarah' yang kemudian disingkat menjadi JAS MERAH.
Kami pun berbagi pengetahuan sejarah yang kami tahu. Al bilang, "Bung Karno ketika sholat Idhul Adha pernah ditembak---"
"yang bener?" potong Lav, aku menjadi greget sendiri "Dengerin dulu napa Lav".
Lav hanya menapakkan senyum pepsodentnya.
"Bung Karno ketika sholat Idhul Adha pernah ditembak tetapi peluru tersebut meleset dan mengenai imam sholat, dan ketika pelaku ditangkap, dia berujar ketika menembak Bung Karno, Bung Karno seperti terbelah menjadi dua dan peluru tersebut meleset" kata Al, hanya saja percakapan kami terpotong karena Al harus latihan teater yang akan tampil di Simpang Lima Gumul untuk acara HUT Kediri.
[a.n]
haloh.
wutsap rek?
jadi ini cerpenku yang ketiga. itu adalah cerpen tugas akhirku sebagai murid MAN. kalau ndak salah waktu penugasan bahasa indonesia teks cerita sejarah. aku pernah ke situs itu... kira-kira tiga kali. seingetku sih tiga kali. pertama yang sama temenku itu yang saat ini aku jadikan cerpen-- balik-balik ke panties pizza kediri terus nyerempet motor wkwkw. duh masa itu.
terus yang kedua nemenin temen buat observasi.
dan yang terakhir aku sama Lav lagi. kesana bawa ayam geprek sa'i terus makan di sungai yang ada kursi bambu dan pohon kepuhnya. ini super silly tapi emang gitu. suka aja nguliner terus makannya ditempat yang nggak biasa.
cerita ini real, ini asli pengalamanku dan nama-nama tokohnya aku samarkan.
cerita ini di sponsori oleh; sman 1 kandat. teater gaman. teater ia.
mohon para anggota untuk tidak ricuh. wkwk
oke sekian.
see u!
Published at
Kediri, 24 april 2019
10.16
![](https://img.wattpad.com/cover/183693528-288-k118781.jpg)
YOU ARE READING
kumpulan cerpen
General FictionIni adalah kumpulan cerpen aku sejak jaman putih biru-dongker sampai sekarang. Beberapa cerita terbaru kemungkinan akan di upload ke karya karsa dengan side story yang lebih panjang dan mendetail. bisa berbayar atau gratis.