Menjadi mahasiswa jurusan seni rupa tentu memiliki pamor tersendiri, bisa dibilang orang-orang yang memilih jurusan ini adalah orang-orang yang unik. Dari tipe kecicilan, fleksibel, supel, humble hingga orang kaku sekalipun terhimpun di jurusan seni rupa.
Mungkin Sera termasuk dalam kategori manusia yang tak terdefinisi, karena kadang sifatnya bisa berubah-ubah sesuai waktu dan kondisi.
Hari ini adalah mata kuliah seni lukis lengkap dengan dosen killer bernama Pak Anton. Belum seru alurnya, jika salah satu tokoh belum diceritakan sebagai orang yang hampir ditakuti seluruh penjuru gedung kan?
Namanya Pak Anton, termasuk leluhur di fakultas seni, karena sudah menjadi dosen selama berpuluh-puluh tahun (40 tahun lebih) bisa dibayangkan? Betapa tuanya dosen bernama Pak Anton? Ah iya, selain killer, bonusnya Pak Anton ini multitalent, beliau juga menjadi dosen Sejarah Seni Rupa dan dosen Seni Musik Modern. Iya Pak Anton memang hebat. Tua berbakat.
Studio seni lukis hari ini muatannya dipenuhi seluruh mahasiswa baru. Masing-masing sibuk dengan papan kanvas dan dunia khayalnya masing-masing, tema melukis hari ini adalah "Berpacu dengan Ilusi", tujuannya agar kita bisa mengetahui seberapa berbakat kita di bidang Seni Rupa dengan cara memainkan imajinasi.
"SER AWAS YA LO KALO KENA!" suara melengking milik Rena memenuhi studio seni lukis, hingga seluruh pasang mata memperhatikan Rena sinis.
"Makanya jangan pelit jadi anak ... " Sera balas ucapan Rena dengan santai.
"Sini gak Ser?!!" Rena menarik tubuh Sera dengan paksa, dan Sera mencoba menghindar. Hingga terjadi aksi kejar-kejaran.
"Sini Ren kalo bisa," tantang Sera sambil menunjukkan palet berisi cat minyak ditangannya ke udara.
Disaat orang lain sibuk menciptakan dunia khayalnya, beda dengan Sera dan Rena yang malah sibuk kejar-kejaran mengelilingi studio seni lukis dan melemparkan ejekan jenakanya.
Alasan sepele sih sebenarnya, cat minyak Rena diambil oleh tangan jahil Sera, premisnya cat minyak Rena kandas dan Rena kesal bukan main pada Sera. Iya kadang hal sesepele itu bisa menggemparkan satu bumi jika sudah berhubungan dengan Rena.
Beruntung, Pak Anton sedang keluar, meninggalkan mahasiswanya agar bisa konsentrasi, tapi jangankan untuk fokus melukis, untuk bernafas saja rasanya kesal karena melihat tingkah Rena dan Sera.
"SERA TUKANG NYOLONG YA LO!!!"
"Eh pelit ya lo!"
Mereka berdua mengitari isi studio seni lukis. Merecoki teman-temannya yang sedang sibuk berimajinasi. Lebih tepatnya, Rena yang merecok, Sera hanya berlari santai dan tenang.
Nafas Rena sudah mulai naik turun tak terkendali begitu juga dengan kecepatan larinya yang sudah semakin lambat, beda dengan Sera yang malah semakin lihai menghindari Rena.
"SER UDAH AH BERENTI CAPE!" Rena ini mengagumkan, walau dia sudah lelah dan tidak sanggup berlari, tapi suaranya masih bisa menggelegar. Iya Sera akui, kalau Rena ini memiliki kelakuan ajaib, cerewet, bersuara emas, pecicilan dan sifat unik lainnya, ya meski tingkah kecicilannya lebih mendominasi. Jika dihitung matematis kadar pecicilan Rena itu 80% dari 100%, iya Rena memang sepecicilan itu. Dan sifatnya itu berbanding terbalik dengan Sera yang lebih santai dan kalem.
Rena Reinata Aqilla namanya, salah satu sahabat Sera yang memiliki tingkah super ajaib namun baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung (kata Rena).
Rena berhenti berlari, badannya menekuk menjadikan lututnya topangan kedua telapak tangannya, sesekali dia mengatur nafasnya panjang.
Sementara, Sera masih terus berlari, melindungi palet berisi cat minyak ditangannya, Sera memasuki kawasan koridor kampus, gadis itu masih asyik berlarian menghindari Rena.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK, KOMA
AcakPandu menarik tangan Sera kasar hingga kaki gadis itu melesat. Tanpa basa-basi, Pandu mengeluarkan beberapa lembar foto dan melemparkannya ke wajah Sera, sehingga membuat gadis itu tertegun. "Kalo selama ini lo masih nganggap gue cuma sebagian dari...