BAGIAN DELAPAN🌈

13 2 0
                                    

"Sumber kecewa yang paling besar adalah berharap pada manusia ya ku akui itu memang benar. Tapi aku selalu saja berharap kepadamu"

🍭🍭🍭

Setelah kemarin menikmati hari libur, akhirnya sekarang harus kembali pada aktivitas seperti biasanya. Davira juga sudah siap dengan seragam sekolahnya, hari ini ia tidak terlambat seperti minggu lalu.  Memang hanya alena yang mampu membangunkan davira karena ia mempunyai senjata, yaitu mengancam akan memotong uang jajannya. Memang tidak asik pikir Davira

"pagi semua"sapa Davira ketika sudah sampai dimeja makan

"pagi"sahut ketiganya

"tumben gk telat bangun"ujar Gladis

Davira menoleh kearah kakanya yang berada disampingnya "iyalah kan ada nyonya Ramatha bisa berabe kalo telat bangun, uang jajan yang jadi korban."ocehnya

"kamu ini harus biasain bangun pagi dong, nanti kalo udah punya suami masa iya suami kamu yang bangun duluan terus dia harus bangunin kamu gitu?"oceh Alena

"apaansi bun, ngapa bahas suami dah elah. Masih lama kale"cibir Davira

"ya kamu harus biasain dari sekarang dong"

"iya iya"sahut Davira malas

"jangan iya iya aja kamu"

"Udah udah cepet sarapan nanti pada telat"ucap rafael

Davira menatap ayahnya lekat membuat Rafael mengerutkan keningnya "kenapa? Ayah ganteng ya? Udah biasa ko pujian kaya gitu"ujar sang ayah dengan PD-nya

"bukan"sahut Davira cepat "ayah Pd banget si, inget umur kenapa si"lanjutnya

"eh ayah masih muda ya enak aja"Ucap Rafael

"ayah ko pake baju santai si emang gk kekantor?"tanya Davira. Ya sedari tadi Davira mengamati pakaian yang dipakai ayahnya. Biasanya setiap pagi ayahnya selalu rapi dengan pakaian kantor miliknya.

"gk"

"kenapa?"

"ya suka suka ayah dong, ayah kan bosnya"

Mendengar itu Davira mencibir "gaya banget mentang mentang bos"katanya

"berarti ayah bisa dong anterin vira sekolah?"lanjutnya

"em bisa gk ya? Bisa gk bun?"tanya Rafael seraya menatap Alena

"ayah"rengek Davira

"iya iya, udah cepet abisin sarapannya nanti telat"ujar Rafael membuat Davira tersenyum lebar "yey!"pekiknya

🍭🍭🍭

"aku berangkat dulu ya bun"pamit Davira seraya mencium punggung tangan bundanya

"iya hati-hati"

"kaka, mau berangkat bareng ayah juga gk?"tanya Rafael pada Gladis

"eh, gk deh yah soalnya temen aku mau jemput"sahut Gladis

DEL-VIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang