NOW PLAYING| MARSHA - HATI TERLATIH
"Aku gak dendam. Enggak sama sekali. Tapi aku ingat. Kamu juga seharusnya ingat, kalau kamu pernah nyakitin orang yang benar-benar mencintai kamu sepenuh hati. "
Selamat Membaca Cerita
FALL ON YOUR FELT****
Jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB. Tapi gadis ini tetap masih berada di sebuah restaurant cepat saji dan sudah menghabiskan banyak makanan. Ya, memang kebiasaan nya saat sedang sedih atau marah dia akan banyak sekali memakan jenis makanan. Tidak lagi memperdulikam kesehatan dan berat badan. Katanya "Dari pada menyakiti orang lain, lebih baik menyenangkan diri sendiri dengan makan. Persetan dengan berat badan." Selalu saja seperti itu.
Setelah merasa bosan dan cukup kenyang, perempuan tadi bergegas meninggalkan restaurant itu dan menuju supermarket untuk membeli bahan-bahan masak. Ini adalah jadwal belanja mingguannya. Nampaknya dia harus belanja banyak minggu ini. Karena dia yakin, dia akan makan lebih banyak dari biasanya.
Setelah mengambil troli, dia segera menyusuri supermarket tersebut dan mengambil apa saja yang dia butuhkan. Ponsel gadis itu kembali bergetar. Sudah lebih dari 25 kali sejak tadi sore orang yang sama menelponnya. Dia tidak berminat sama sekali untuk mengangkat panggilan itu. Rachel mendengus keras saat lagi-lagi mendapati ponselnya bergetar. Dia sudah muak. Akhirnya memutuskan untuk mengangkat telponnya.
"Mau apa lagi sih lo ?! Gue kan udah bilang, kalo lo mau sama dia ambil aja!! Silahkan!!! Gue ikhlas. Sekarang apa lagi?!" ujar Rachel meledak-ledak, mengabaikan pandangan sinis orang-orang terhadap nya.
"Chel. Maafin gue. Gue tau gue salah. Tapi please maafin gue," ucap seseorang di sebrang telpon itu.
Rachel mendengus kasar. Dia tidak peduli. Apapun yang terjadi dia tidak peduli. "Cih!! Gue gak butuh maaf lo. Setelah lo hancurin semuanya lo cuma minta maaf? Gak berguna banget lo nelpon-nelpon gue," balas Rachel yang kini terdengar lebih sinis. Lagi-lagi dia yang memutuskan panggilan itu.
Rachel melangkah lebih cepat. Hati dan matanya kian panas. Rachel benar-benar sudah dibuat sakit hati. Dia bahkan sudah lupa, kapan terakhir kali dia merasakan sakit hati yang mendalam. Setelah dia berhasil melupakan bagaimana rasanya, tiba-tiba saja luka yang baru kering itu di buka lagi bahkan dengan paksaan. Kebayang kan sakitnya bagaimana?
Saat sedang mengantri di depan kasir, Rachel menoleh kebelakang sejenak untuk memastikan apakah dibelakangnya ada banyak orang atau tidak. Ternyata hanya ada satu perempuan separuh baya, dengan beberapa belanjaan saja. Rachel bernapas lega. Kini giliran dirinya yang harus membayar, saat semua belanjaan sudah ditotalkan, Rachel berniat mengambil dompet dari dal tasnya. Tapi hasilnya nihil. Dia tak menemukan dompetnya. Bahkan dia sampai menumpahkan isi tasnya di atas meja kasir tersebut. Dia mulai panik. Bagaimana cara membayar belanjaannya yang banyak ini. Petugas kasir mulai menyinyirinya. Rachel makin panik saja.
"Kalau gak punya uang gak usah sok-sokan belanja mba," ujar petugas kasir itu lembut namun menusuk. Rachel mendelikan matanya tajam.
"Kalau gue gak punya duit, ngapain gue kesini ? Mau jatuhin harga diri ? Sabar dong," ujarnya pelan. Bahkan sangat pelan. Tapi petugas kasir itu masih bisa mendengar, dan Rachel kembali mendapat cibiran.
"Satuin sama punya saya aja dek," ucap ibu-ibu yang mangantri di belakang Rachel tadi.
Rachel sedikit maju ke depan dan memberikan tempat pada ibu tadi. Ibu itu mengeluarkan belanjaannya dari dalam keranjang. Menyerahkan pada petugas kasir.
"Semuanya 59.900 bu," ujar kasir nyiyir tadi dengan ramah.
"Kalau punya dia? " tanya ibu itu kepada petugas kasir.
"Punya si mbaknya 210.700 bu."
Ibu tadi menyerahkan kartu kreditnya kepada petugas kasir dan tersenyum. Segera ibu itu menarik tangan Rachel untuk segera meninggalkan supermarket.
"Maaf bu, jadi merepotkan. Tapi sebelumnya terimakasih banyak. Saya akan ganti uang ibu besok. Bisa saya minta alamat ibu?" tanya Rachel dengan sopan. Dia sudah berhutang budi pada ibu ini. Kalau tidak ada ibu ini, Rachel tak tau apa yang akan terjadi pada dirinya.
"Sama-sama. Kamu tidak perlu mengganti uang saya. Saya ikhlas," jawab ibu itu sambil tersenyum dan mengelus bahu Rachel.
Rachel tersenyum kikuk. Merasa tidak enak dengan ibu ini.
"Ibu nunggu siapa? Di jemput? Atau mau saya antar pulang? Sebagai ucapan terimakasih?" tanya Rachel lagi. Rachel seakan lupa akan masalahnya.
"Tidak perlu. Saya di jemput supir saya. Terimakasih banyak," jawab ibu itu. Ibu ini seperti nya orang kaya. Kelihatan dari penampilan dam gaya bicaranya yang classy tapi tidak sombong. "Oh iya, nama kamu siapa?" tanya ibu itu lagi sembari menatap Rachel senang.
"Nama saya Rachel Pamela bu," jawab Rachel seadanya.
"Hmm Rachel nama yang cantik seperti parasmu. Nama saya Kartika. Kamu Sudah bekerja?" tanya ibu itu lagi.
"Sudah bu. Saya seorang psikolog di sebuah perusahaan. Saya juga punya praktek psikolog sendiri," jawab Rachel sambil tersenyum memperlihatkan gigi bergingsulnya. Dia terus menjawab pertanyaan ibu sambil menemani ibu ini hingga dijemput.
"Oh ya? Kamu psikolog? Kebetulan sekali saya sedang membutuhkan seorang psikolog. Kamu bisa bantu saya?"
"Aahhh iya bu bisa-bisa. Ibu butuh bantuan apa? "
Baru saja pertanyaan Rachel akan di jawab, tiba-tiba sebuah mobil Mercedes berhenti di depan mereka. Seorang laki-laki dengan seragam khas supir keluar untuk membantu ibu itu berdiri.
"Maaf nyonya, agak terlambat. Tadi jalanan sedikit padat daripada hari biasanya."
Bu Kartika hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Sebentar Mid, saya masih ingin bicara," ujar Bu Kartika kepada supirnya. Bapak itu hanya menganggukkan kepalanya saja. "Bisa saya minta kartu nama kamu? Nanti saya akan hubungi kamu," ucap Bu Kartika meminta kartu nama Rachel. Rachel merogoh saku tasnya dan menemukan kartu namanya disana dan memberikan kepada Bu Kartika.
"Ini bu. Silahkan ibu hubungi saya kapan saja. Saya selalu siap," ujar Rachel sambil tersenyum manis dan menyalami tangan Bu Kartika.
"Terimakasih ya, saya duluan. Ayo Mid," balas Bu Kartika mendahului supirnya dan Rachel.
Rachel menghembuskan napasnya lega. Merasa beruntung di pertemukan dengan ibu yang baik itu.
****
Sesampainya Rachel di depan gedung appartement nya, dia melihat sebuah mobil yang sangat dia kenali, dan seseorang yang bersandar di depan mobil itu yang juga sudah sangat dia kenali.
Rasanya Rachel ingin kembali ke parkiran dan melajukan mobilnya kemana saja Kecuali tempat ini. Tapi terlambat. Orang itu sudah terlanjur melihat Rachel dan segera berjalan ke arahnya.
"Mau apa lagi sih lo?!"
Yeeeayyy!!!! BAB 1 nya sudah uplaod. Bagaimana dengan cerita ini? Apakah harus dilanjutkan atau tidak???
Kasih vote dan komentar nya yaaa. Supaya aku makin semangattt.
Thank u love!!!!!
Babayyyyyy!!!!! ♥
Regards,
Atmospherekata
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL ON YOUR FELT
Romantik"Aku masih bertahan karena Ibu kamu. Kamu pikir aku mau berurusan sama kamu ? Kalau aku gak hutang budi sama ibu kamu aku juga gak mau ada urusan sama kamu!!! " sentak perempuan ini penuh emosi dihadapan seorang laki-laki tampan. "Hmmm." Hanya itu...