Let's go

105 10 20
                                    

Keesokan harinya semua roh berkumpul untuk berhadapan dengan para tetua, tapi sebelum itu mereka berkumpul dirumah Envy. "KOK RUMAH GUE JADI TEMPAT NONGKRONG KALIAN???!!!"

"Santai aja kak, nggak usah ngegas," kata Gluttony.

"Aku nggak ingin ada dua Wrath disini," kata Pride.

"Dunia akan kiamat jika ada dua kak Wrath," jelas Greed.

"Waktu nontonku tersita," kata Lust.

Oh... aku baru tahu kalau para dosa bisa nggak waras juga, lagian kita menunggu siapa sih? "Kita lagi menunggu siapa?," tanya Kindness.

"Si tukang sihir," balas Pride.

"Emang untuk apa?," tanya Envy.

"Jika kita ingin menyelinap ketempat para tetua, maka kita butuh seseorang yang mengenal baik tempat itu. Bicara soal seseorang...."

Pride kemudian berjalan kearah pintu dan membukannya, diluar terdapat Witchcraft dan anak-anaknya. "Tenanglah, dia ada dipihak kita. Masuk tukang sihir!"

"Mentang-mentang kau mendapat ingatanmu kembali, sabar aja.... Menggambar peta kesana juga susah," jelas Witchcraft sambil memberikan mereka peta yang telah dia gambar. Para roh berkumpul disekitar peta itu, mereka mulai menganalisis petanya. "Hm.... petanya asli kan?," tanya Envy yang gampang curiga.

"Iya, itu asli mana mungkin aku menipu kalian jika urusan mengenai para tetua. Dasar roh-roh kuno yang aneh," ujar Witchcraft.

"Bukankah kau sama kunonya?," tanya Pride.

"Jangan samakan aku dengan mereka, setidaknya aku masih memiliki hati nurani. Mereka mah udah buta total, masa membunuh dua orang roh hanya karena lahirnya roh baru."

"Iya juga sih, Witchcraft itu menyerang kita karena kematian Vanessa. Sedangkan para tetua membunuh roh lain, hanya karena kelahiran dua orang roh," jelas Humility.

"Kasihan Hope dan Despair," kata Kindness.

"Kau tahu legenda itu?," tanya Witchcraft.

"Iya, Chastity memberitahukan ceritanya."

Chastity langsung tersedak minuman yang dia minum, "Chas!!!???"

"Aku baik-baik saja kak Kindness, kau tidak perlu khawatir."

"Eh...? Mari kita bahas bagaimana cara kita untuk pergi kesana," ucap Humility mengubah topik pembicaraan.

"Oke, jadi kita harus melewati eternal horizon. Namun, kita akan menemui tetua yang mana?," tanya Witchcraft.

"Tetua para kebajikan, mereka bisa membantu kita jika bicara dengan tetua para dosa," ujar Envy.

"Pilihan yang bagus, berarti kita harus pergi kesini," kata Witchcraft sambil menunjuk sebuah daerah kecil.

Timeskip karena aku bosan menulis banyak hal....

Para roh sekarang telah berada ditempat yang Witchcraft tunjuk, dan disitu tidak ada apa pun kecuali hutan. "Witchcraft sialan, kau membohongi kami ya kan?" Witchcraft hanya menatap Envy dengan sesaat, lalu arah tatapannya kembali keawalnya. Dia ternyata sedang menatap seekor kodok, dan matanya dipenuhi dengan mata yang biasanya Gluttony keluarkan. "Lapar sih lapar... tapi nggak gini juga," kata Pride.

"Maaf... pukul aja kodok itu, tapi hati-hati kodok itu cepat dalam hal lari."

Envy tanpa mempedulikan peringatan Witchcraft mendekati kodok itu, dan benar apa yang Witchcraft katakan kodok itu bisa berlari. "Sudah dibilangin...."

"Kupikir kau hanya bercanda," balas Envy.

"Maaf dek Pengki sayang, ini sudah lewat tanggal 1 April. Sekarang sudah 7 april, sehari sesudah ultah Wrath," jelas Witchcraft sambil tersenyum menahan emosi.

"Kok ngeri?," tanya Envy pada dirinya sendiri.

Dia akhirnya mengejar kodok itu, tapi dia tidak sendiri.... Diligence, Wrath, dan Charity ikut membantunya, melihat hal itu Pride menjadi terharu. "Jadi, mereka bekerja sama untuk menangkap kodok?," tanya Humility.

"Iya," balas Chastity.

"Aneh... sekali.... Padahal portalnya ada dibawah batu yang diduduki kodok itu," jelas Humility.

"Witchctaft, kau mengerjai mereka?," tanya Pride.

"Nggak, emang kodok itu penting... kalian akan lihat mengapa," ujar Witchcraft. Saat keempat orang roh absurd berhasil menangkap kodok itu, Witchcraft mengambil mata kodok itu. Dan sisa tubuhnya diberikan pada Demonism, apa salah kodok itu Witchcraft?

"Oke, ayo berangkat," kata Witchcraft sambil membuka portal dibawah batu tempat duduk kodok tersebut. Keempat roh yang mengejar kodok itu sedari tadi, langsung menatap Witchcraft dengan perasaan jengkel. "Sudalah, mari kita pergi," kata Humility.

"Ide bagus, ayo kita pergi."

Akhirnya semua roh melewati portal itu, dan tanpa disadari ada dua orang yang mengawasi mereka. Tapi siapakah dua orang itu? Apa mereka musuh atau teman?

Tbc.....

Feeling (DESIME FANFIC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang