"Kata orang, hujan itu ga disukai karena dia membawa kenangan. Sebenarnya bukan salah hujan, namun salah dirinya lah yang membawa kenangan saat hujan."
-Danish-<<<O>>>
Mentari bersinar dengan teriknya pada siang ini. Embusan angin hadir untuk sedikit menghilangkan rasa gerah karena panasnya matahari. Begitu lengkap Allah menciptakan. Semuanya sudah Dia ciptakan berpasang-pasangan.
Langit dengan bumi. Siang dengan malam. Panjang dengan pendek. Panas dengan dingin.
Namun, saat ini seorang gadis berkerudung putih sedang terduduk sendirian, sembari memegang kepalanya yang terasa berdenyut akibat terkena bola basket.
Entah kemana sekarang orang yang katanya akan memanggil petugas PMR untuk membantunya. Sudah cukup lama dia menunggu, tapi orang yang ditunggu tak kunjung datang.
Dari kejauhan nampak seorang laki-laki berjalan ke arahnya. Bukan. Dia bukan Danish, orang yang ia tunggu. Melainkan yang menghampirinya justru orang lain.
"Lo kenapa, Ness? Sakit? Pusing?Ayo gua anterin ke UKS," ucap laki-laki itu. Kentara sekali nada khawatir dari suara yang ia ucapkan.
Nessa memandang laki-laki itu dengan menunjukkan wajah bingungnya. Ia merasa kenal dengannya, tapi lupa dia siapa.
"Lupa ya? Gua Raihan, anak kelas sepuluh IPS 2, adik kelas lo," ujar Raihan, "gua pernah nganter lo pulang pas lo ditinggal sama Danish."
"Oh iya ya, Nessa lupa maaf ya."
"Iya gapapa kok."
"Lo kenapa? Pusing ya? Mau gua bantuin ga ke UKS?" tanya Raihan.
"Nessa lagi nungguin Danish, katanya dia mau manggil PMR," jawab Nessa.
"Anggota PMR kan tadi pagi pada izin keluar, katanya ada seminar, emang ga tau?" tanya Raihan.
"Oh iya Nessa lupa." Lalu, jika anggota PMR sedang tidak ada, Danish kemana?
"Mau gua bantu ga? Mungkin Danish lupa nyamperin lo lagi," ucap Raihan sambil mengulurkan tangannya.
Nessa menatap tangan Raihan yang masih mengambang di udara. Ia bingung harus menerima bantuan Raihan atau tidak. Tapi rasanya kepalanya sudah sangat pusing akibat benturan yang disebabkan oleh bola basket.
"Gimana? Mau ga? Dari pada lo nunggu Danish disini sendirian udah gitu ga pasti lagi," ujar Raihan meyakinkan.
"Tapi Nessa udah biasa kok nungguin Danish," jawab Nessa, "walaupun ga pasti," lirihnya.
"Ya udah sama gua aja, kepala lo pusing kan? Lo istirahat aja di UKS, kalo Danish inget dia mungkin bakalan nyariin lo."
Ucapan Raihan ada benarnya. Disisi lain ia ingin menolak, tapi sisi lainnya ia ingin menerima. Kepalanya sudah sangat pusing.
"Ya udah deh"
Baru saja Nessa ingin menerima uluran tangan Raihan, suara bariton milik seseorang menghentikannya.
"Jangan sama dia."
Nessa dan Raihan pun kompak menoleh.
"Jangan sama Raihan, sama Kaila aja," sambung orang itu.
Nessa menaikkan alisnya. Apa masalahnya jika dia dibantu sama Raihan. Raihan manusia kok bukan binatang buas. Pasti Nessa ga akan digigit. "Emangnya kenapa kalo Nessa sama Raihan?"
"Laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dilarang bersentuhan dalam islam," jawabnya datar.
"Danish sih kelamaan datengnya, Nessa udah pusing banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Danish
Teen FictionDanish trauma dengan kejadian masa lalu yang pernah menimpanya. Dia yang dulu suka bermain hujan, kini tidak lagi. Dia yang dulu selalu bermain bersama sahabatnya, kini sahabatnya entah ada dimana setelah kejadian itu. Daniza. Satu nama yang masih i...