"Allah memberimu ujian ini mungkin karena Dia percaya bahwa kamu mampu menghadapinya. Bersyukurlah karena banyak yang diberi ujian lebih berat darimu, dan bersabarlah dalam menghadapinya."
-Danish-©fatmanda_ | 2019
<<<O>>>
"Danish!"
Saya pun menoleh, lalu menatapnya dengan heran. Siapa lagi kalau bukan Nessa orangnya. Mau apa dia menghampiri saya? Saya jadi bingung mengapa saat kelas saya sedang jamnya mata pelajaran olahraga, kelasnya Nessa sering tidak ada guru yang mengajar.
"Danish!" panggilnya lagi.
Saya mengangkat sebelah alis, dengan maksud bertanya.
"Nanti anterin Nessa ya ke gramedia," ucapnya.
"Gak!"
"Kalo sama gue gimana?" tawar Atha.
"Nessa gak mau sama Thaya," tolak Nessa.
"Ya udah sih terserah lo."
"Danish... please..." ucapnya memohon, "ini tuh buat ngelengkapin tugas Nessa, penting banget Danish."
"Pergi sendiri aja." Saya menolak karena kebetulan saya juga mempunyai banyak tugas.
"Nessa kan gak tau di sebelah mana gramedianya."
"Sama Kaila."
"Kaila gak bisa nemenin, dia ada acara Danish. Nessa mohon sama Danish anterin Nessa ya ke gramedianya."
"Sama Atha."
"Nessa gak mau sama Atha, maunya sama Danish."
Saya ingin menolak, tapi kasihan dia kalau tidak di antar. Sebenarnya saya tidak cuek-cuek banget kok dengan Nessa. Ya cuma gitu deh.
"Oke."
"Beneran? Alhamdulillah terima kasih ya Allah, Engkau telah meluluhkan hati Danish yang tadinya ogah nganterin Nessa," ucapnya sambil menengadahkan tangannya seperti berdoa.
"Jam berapa?"
"Sini handphone Danish."
"Buat apa?" tanya saya. Saya bukan tipikal orang yang dengan mudahnya memberikan barang pribadi.
"Udah pokonya siniin, enggak bakal Nessa ancurin kok," ucap Nessa meyakinkan saya. Saya akhirnya memberikan handphone milik saya.
Entah apa yang Nessa lakukan terhadap handphone saya, semoga baik-baik saja.
"Nih." Nessa mengembalikan handphone yang tadi dimintanya.
"Nanti kalau udah jam empat sore, berarti tandanya kita udah harus banget ke Gramedia gak bisa dipending lagi, oke? Paham, kan?" tanyanya.
Saya mengerutkan alis, tidak mengerti dengan maksud Nessa.
"Pokonya kalo udah jam empat sore misalnya Nessa enggak nyamper Danish, Danish yang nyamper Nessa," jelasnya lagi. Saya mengangguk paham.
"Ya udah sana balik!"
"Kan belum waktunya pulang sekolah Danish, udah ga sabar ya nganterin Nessa?" Kadang otaknya lemot juga ya dia.
"Balik ke kelas, bukan ke rumah."
"Oke siap! Bye Danish jangan kangen ya..."
Saya tersenyum tipis, sangat tipis mungkin. Dia saja tidak menyadari setiap dia bertingkah konyol pada saya diam-diam saya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danish
Teen FictionDanish trauma dengan kejadian masa lalu yang pernah menimpanya. Dia yang dulu suka bermain hujan, kini tidak lagi. Dia yang dulu selalu bermain bersama sahabatnya, kini sahabatnya entah ada dimana setelah kejadian itu. Daniza. Satu nama yang masih i...