"Bahagia itu sederhana, yaitu saat kalian mensyukuri apa yang kalian miliki dan bersabar dengan apa yang kalian hadapi."
-Danish-<<<O>>>
Danish POV
Benar kata orang bijak, sahabat itu ibarat mata dan tangan. Saat mata menangis, tangan mengusap. Saat tangan terluka mata menangis.
Tapi, saya tidak tahu apa persahabatan saya dengan Athaya dan Farel seperti itu. Tapi yang jelas, mereka selalu bisa menghibur saya tanpa tahu apa yang saya rasakan.
Saya sangat bersyukur mereka tetap mau bersahabat dengan saya yang katanya terkenal seantero sekolah sebagai orang yang irit bicara, dingin, dan lain sebagainya. Bahkan ada adik kelas yang memberi julukan kepada saya ice prince. Aneh-aneh saja mereka.
"Yak! Mati lo, Rel!" ucap Atha dengan mata yang fokus ke layar sedangkan tangannya terus menari-nari diatas controller atau stik PS.
"Kaga kena."
"Ih awas aja lo!"
Saat ini mereka berdua berada dalam ruang keluarga rumah saya. Tapi kali ini rasanya milik mereka berdua. Mereka berdua datang katanya ingin mengerjakan PR tapi saat sudah melihat controller tergeletak begitu saja, niat mereka langsung berubah. Kini mereka berdua sibuk bermain playstation.
"Yeay!!! Gua menang!!!" seru Atha heboh.
"Lo curang! Kalo mau gua tuh yang menang," ujar Farel.
"Udah deh kalah mah kalah aja. Kan udah dibi--"
"Bilang kalo main PS Athaya Rizal mah jagonya." Saya dan Farel menyambung.
Saya dan Farel sudah sangat hafal dengan ucapan Atha saat menang bermain playstation. Memang benar, Atha lebih jago dalam bermain playstation dibanding kami berdua. Bagaimana denga pelajaran sekolah? Tidak usah ditanya, dia jagonya dalam pelajaran. Jago mencontek.
"Dan, ambilin minum dong, haus nih tamunya," ucap Atha.
"Gua juga mau Dan, kalo bisa sekalian ambilin cemilan apa kek gitu," tambah Farel.
"Ambil sendiri."
"Tolongin kek Dan, kita kan tamu. Nah tamu kan raja."
"Nah, bener tuh kata Atha."
"Ga usah lebay! Cuma lima langkah--"
"Lima langkah dari sini. Tak perlu kirim surat. SMS juga tak usah..." Atha malah menyanyikan salah satu lagu dangdut yang pernah terkenal di era-nya.
"Nih Rel, gua lempar ya minumannya," ucap Atha sambil memperagakan tangan yang ingin melempar.
"Eh gila lo! Gelas mau dilempar, mau bunuh gua lo?!"
"Hehehe, canda Rel."
"Kalo kamu ga ada ntar aku kesepian," sambung Atha.
"Dih najis!" ucap saya dan Farel.
Sekarang saya, Atha, dan Farel sedang menonton kartun bocah kembar asal Malaysia. Saya heran dengan kartun tersebut, mengapa tokohnya tidak tumbuh maupun berkembang. Dari saya duduk dibangku Sekolah Dasar sampai sekarang dua bocah kembar itu tak pernah besar-besar. Haduh, kenapa saya jadi memikirkan hal itu? Sepertinya otak saya telah terkontaminasi oleh Atha.
"Eh ganti dong channel nya, saya bosan nonton itu terus," ucap saya.
"Gapapa Dan, kali aja pas kita nonton tiba-tiba dia langsung tumbuh jadi besar," ucap Atha ngaco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danish
Teen FictionDanish trauma dengan kejadian masa lalu yang pernah menimpanya. Dia yang dulu suka bermain hujan, kini tidak lagi. Dia yang dulu selalu bermain bersama sahabatnya, kini sahabatnya entah ada dimana setelah kejadian itu. Daniza. Satu nama yang masih i...