Salahkah aku jika menutupi berjuta kesedihan yang ku punya dengan sebuah kebahagiaan yang pura-pura?
-Danish-<<<O>>>
Nessa POV
Aku berjalan menuju kelasku sambil menunjukkan senyuman terbaikku kepada semua orang yang ku kenal. Yang ku sebut senyuman terbaik itu ku tunjukkan agar semua orang tahu, Nessa itu bahagia. Mungkin dengan senyumanku orang lain bisa ikut tersenyum.
Orang mengenal Nessa sebagai gadis yang ceria, dan penuh kebahagiaan. Namun, mereka tidak tahu yang sebenarnya dibalik semua yang ku lakukan.
"Assalamu'alaikum Nessa," sapa Kaila padaku.
Masih ingat kan dengan Kaila? Dia itu sahabatku, chairmate-ku, orang yang setia mendengat curhatanku. Walaupun aku curhat padanya hanya sebagian tak seluruhnya.
"Wa'alaikumussalam, Kailaaa ... Nessa kangeeen..."
"Ish kamu ini ga ketemu dua hari aja kangen," protes Kaila.
"Yee emangnya kenapa? Ga boleh gitu?"
"Boleh sih," ucap Kaila, "eh kamu abis nangis lagi ya semalam? kenapa lagi sih emangnya? masalah yang sama?" tanya Kaila.
Bisa dibilang dia orang yang peka-an. Aku kira dia tidak akan menyadari, namun ternyata dia pun menyadari dengan sendirinya.
Aku tersenyum tipis sebagai jawaban, "ih kata siapa Nessa habis nangis?"
"Udah deh kamu mah ga usah bohong, ga jago bohong kamu sama aku," ujarnya. Memang sih suara ku mungkin terdengar sendu, tapi apa iya bisa terdengar jelas?
"Iyalah, ga jago, kan Nessa bukan ayam, hehehe."
"Huh dasar kamu, masih aja sempet ngereceh. Padahal dari suaranya aja udah ketauan banget kalau kamu abis nangis, jujur aja deh," ujar Kaila.
"Oh iya Ness, kamu PR kimia udah dikerjain?" tanya Kaila.
"Alhamdulillah, udah," jawabku, "kamu udah?"
"Belum, hehehe. Mau liat dong."
"Nih, makanya kalau ada waktu luang tuh dikerjain, Kai," ucapku sambil memberikan buku latihan kimia.
"Kan aku ga ngerti, makanya ga dikerjain. Yang pinter kimia mah beda."
"Yang pinter biologi, fisika dan sejarah Indonesia mah beda," ucapku.
Jika aku pintar di pelajaran kimia. Maka Kaila pintar di pelajaran fisika, biologi dan sejarah Indonesia. Sedangkan Danish pintar di segala mata pelajaran. Intinya, setiap orang mempunyai kemampuan di bidangnya masing-masing.
"Kai, Nessa mau ke kelasnya Danish ya sebentar," ucapku.
"Oke, hati-hati ya."
Entah kenapa rasanya aku senang sekali menggangu Danish. Danish itu kan orangnya bisa dibilang dingin, cuek, dan pendiam. Aku mengganggu Danish karena aku tidak mau Danish hidupnya monoton. Mungkin dengan mengganggu Danish aku juga bisa merasakan apa yang disebut kebahagiaan.
"DAANIIISH!!!"
"Woy! Ini kelas orang, ga usah berisik deh!" ucap Atha. Ah sudah biasa mendapat komentar dari Atha. Dasar Atha netizen. Yang lain saja tidak pernah protes.
"Apa sih Atha biarin aja dong, yang lain aja ga komen."
"Mereka nya aja lagi pada males komen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Danish
Teen FictionDanish trauma dengan kejadian masa lalu yang pernah menimpanya. Dia yang dulu suka bermain hujan, kini tidak lagi. Dia yang dulu selalu bermain bersama sahabatnya, kini sahabatnya entah ada dimana setelah kejadian itu. Daniza. Satu nama yang masih i...