16

892 34 9
                                    

Hari hari yang ditunggu sudah tiba. Semua peserta sudah berlatih sesuai dengan kemampuan mereka. Rasa berdebar pun juga dirasakan oleh para peserta lomba.

"Refan, aku takut."

"gak usah takut, kita kan sudah sama-sama berjuang, sudah berusaha semaksimal Kita, bagaimana nantinya Kita serahkan sama Allah. Kalah menang sudah biasa dalam Pertandingan."

"tau ndak kamu kalau kayak gini tuh, bijak banget tahu."

"nggak ah, biasa aja tau."tukas Refan dengan tersenyum manis kepada Vienna.

Pengumuman kepada semua peserta lomba diharap untuk memasuki ruangan-ruangan yang telah tersedia.

Lalu para peserta mengikuti lomba dengan khitmad.

Tak halnya dengan Vienna, dilihatnya lembar kertas yang bertuliskan Urutan penampilan peserta musik. Jujur didalam sikapnya yang tenang tersimpan rasa gelisah. Bahkan beberapa kali Vienna menarik hembuskan nafasnya.

Dilihat namanya dengan seksama dari atas hingga bawah ternyata urutan nama Vienna berada pada urutan nomor ke 14 dari 16 peserta , yang artinya dirinya akan tampil setelah makan siang.

Berarti Vienna masih punya kesempatan untuk berlatih.

Semoga saja dirinya bisa membanggakan nama Sekolah. Vienna tidak akan menyia-nyiakan kesempatan Emas ini.

Berkat kedua orang tua Daniel, dirinya bisa kembali Sekolah, dan dengan itu nantinya Vienna akan membalas kebaikan mereka, tahap demi tahap mengejar impiannya.

Saat ini Vienna masih duduk dibangku peserta, melihat dengan seksama penampilan musik yang sedang dimainkan peserta lain. Jujur menurutnya penampilannya sangat bagus-bagus.

Dilihatnya jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan nya menunjukan pukul 09.30 ,memang waktu cepat berlalu. Lalu Vienna bangkit dari kursinya dan membawa biolanya melintasi peserta lain, dirinya harus mencoba lagi permainan nya agar lebih lancar lagi.

Setelah keluar dari ruang lomba musik Vienna berusaha mencari tempat, tetapi dia sedikit kewalahan dikarenakan banyak ruangan yang sudah terpakai.

Memang ini adalah Sekolah lain, jadinya tidak tahu. Dia sekarang berada dibelakang taman Sekolah. Duduk terdiam sambil menghafalkan kunci not musik yang akan dimainkan nanti sehingga sesuai dengan partitur not pada biola.

Membaca musik untuk biola membutuhkan pengetahuan akan posisi jari dan tangan, gerakan busur, serta teknik-teknik lainnya untuk menghasilkan suara biola yang unik dan indah.

Tiba-tiba saja dari arah belakang ada yang menepuk pundak Vienna, dan itu membuat Vienna terkejolak kaget.

"Iki, sopo sih?"Vienna lalu membalikan badannya melihat siapa yang menepuk pundak nya dengan seenaknya

Vienna terdiam sejenak dengan mata yang masih menatap orang tersebut. Namun orang tersebut hanya diam ikut menatapnya juga.

Hitungan 10 detik berlalu, Vienna memutuskan kontak mata dengan orang tersebut. "kamu siapa?"tanya Vienna

"ohya, gue lupa bilang, kenalin nama gue Gibran dari Sekolah SMA Nusa Bangsa."diulurkannya tangan didepan Vienna sambil tersenyum

CEWEK CUPUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang