DUA

6.7K 547 2
                                    

Jerry terus menerus gelisah setelah tadi pagi mendengar ucapan tuan pemilik penginapan yang ternyata bernama Marcus Griffin. Rasa bersalah menggelayuti benak nya.

Oh astaga, kenapa dia begitu lambat dalam mencerna tiap pandangan kosong mata indah milik Jessy? Dia merutuki dirinya sendiri yang sempat menuduh Jessy bahkan membentak gadis tak bersalah itu.

Jerry yang terlarut dalam rasa penyesalannya tidak menyadari kehadiran Jessy yang melangkah pelan membawakan sepiring pie apel dan secangkir teh rosemary.

Lelaki itu baru tersadar ketika gadis itu sudah terduduk manis dan sedang meraba nampan, memotongkan seiris pie apel yang menguarkan aroma lezat itu.

Dengan sigap Jerry membantu Jessy yang sedang meraba nampan mencari secangkir teh untuk disuguhkan pada Jerry.

"Tuan, tidak perlu. Saya bisa melakukannya sendiri." elak Jessy sungkan.

"Tidak apa - apa nona. Aku tidak keberatan." ucap Jerry dengan terus memandang wajah Jessy yang saat ini terlihat redup. Astaga, ada apa dengan gadis itu? Apa ini semua karena ucapan kejamnya tadi pagi?

"Selamat menikmati tuan. Semoga lidah tuan cocok dengan rasa pie apel ini." ucap Jessy lalu berdiri dan membungkuk memberi hormat.

"Apa kau bisa menemaniku memakan pie apel ini, Jessy?" tanya Jerry cepat ketika melihat Jessy yang mulai melangkah pergi dengan pelan.

Gadis itu berbalik, namun tidak menghadapnya, melainkan menyerong ke kanan dan tepat saat itulah, pinggang gadis itu terantuk pinggiran meja.

Jerry terkejut melihat Jessy yang sudah oleng hendak jatuh akibat membentur pinggiran meja. Lelaki itu berlari cepat untuk meraih tubuh Jessy ke dalam dekapannya. Dan itu tepat waktu.

Jerry mendesah lega. Untung saja. Kalau tidak, entah bagaimana gadis itu nanti nya.

Jessy yang merasa di dekap oleh seseorang pun secepat mungkin menyeimbangkan diri dan menundukkan tubuhnya. "Maaf tuan, maafkan saya. Lagi - lagi saya merepotkan tuan. Maafkan saya." ujar nya ketakutan.

Jerry terdiam menatap Jessy yang lagi - lagi tidak menghadap nya dengan tepat. Didekati nya gadis itu lalu diputar tubuh mungil itu menghadap tepat ke arahnya. Jerry jelas bisa melihat pipi Jessy yang memerah.

"Tidak apa. Aku justru akan marah pada diriku sendiri jika kau sampai benar - benar terjatuh. Apa kau baik - baik saja? Ada yang luka?" tanya nya.

Jessy menggeleng pelan. Dia sedikit bingung, kenapa tiba - tiba tuan ini menjadi begitu lembut padanya?

"Saya baik - baik saja tuan. Dan itu semua berkat kebaikan tuan. Terima kasih banyak." ucap Jessy kembali membungkukkan tubuhnya.

"Berhentilah membungkukkan tubuh seperti itu Jessy. Anggap saja aku sebagai temanmu. Bisa kan?" tanya Jerry mengulum senyum menatap wajah Jessy yang terlihat terkejut mendengar ucapannya.

"T-teman? T-tapi siapalah saya tuan sampai saya bisa menganggap tuan sebagai teman saya. Saya tidak pantas tuan." ucap Jessy terlihat murung. Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jerry ingin menjadi alasan gadis itu untuk bergembira. Melihat wajah murung nya sungguh tidak pantas bersanding dengan wajah cantiknya.

"Memang nya siapa aku sampai kau merasa tidak pantas? Aku hanya seseorang yang sedang mencari kehidupan. Dan aku bukanlah siapa - siapa. Apa itu cukup untuk menjadi alasan berteman denganmu?"

Jessy gelagapan. Ini yang pertama untuknya. Selama ini tidak pernah ada orang yang mau berteman dengan gadis buta sepertinya. Ia hanya dianggap parasit yang menyusahkan langkah gesit orang lain. Dan untuk itulah ia sadar kalau selama nya hanya Ayahnya lah yang ia punya.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang