Sudah seminggu lebih Jerry berada di penginapan sederhana milik keluarga Griffin. Rencana nya yang hanya dua hari berada di penginapan ini sepertinya hanya ucapan belaka. Karena nyata nya, sudah seminggu lebih Jerry berada di penginapan ini dan enggan pergi mencari rumah yang sekira nya bisa ia sewa selama misi kabur dari rumah ayahnya.
Jerry terlalu menyayangkan dirinya jika ia harus pergi ke tempat lain. Ada ketidak relaan meninggalkan penginapan milik keluarga Jessy. Ia tidak rela pergi dan jauh dari pandangan Jessy, si gadis murni dan baik hati yang telah berhasil menjerat hatinya erat. Lagipula, biaya penginapan disini bahkan tidak lebih dari uang yang biasa ia keluarkan untuk bersenang-senang di kelab bersama teman - temannya. Amat murah dan yang pasti, ia bisa melihat sosok Jessy yang ternyata menjual bunga tanamannya untuk membantu perekonomian keluarga ini.
Jerry terlalu takjub melihat bagaimana gigih nya gadia buta itu. Ia bahkan merasa malu jika mengingat bagaimana kelakuannya dulu. Jessy, setiap hari pergi ke pasar khusus tanaman yang berada tak jauh dari rumahnya untuk menjajakan bunga mawar cantik hasil rawatannya. Gadis itu pergi diantar oleh tuan Marcus, yang kini menjadi tugasnya setiap hari. Oh astaga, dia begitu menikmati bagaimana sederhananya kehidupan di rumah keluarga Griffin.
Jerry juga mengetahui beberapa hal setelah hidup bersama keluarga kecil Griffin. Jessy yang ternyata sudah tidak memiliki Ibu, tentang Jessy yang selalu bermimpi menjadi chef profesional dan bagaimana akhirnya mimpi itu kandas karena kecelakaan yang merenggut penglihatannya. Ia merutuki seseorang yang telah menyebabkan keadaan Jessy menjadi seperti saat ini. Tanpa maaf dan tanpa tanggung jawab.
Dan kali ini, ia bertekad akan membantu sekuat tenaga agar mimpi Jessy menjadi chef profesional bisa ia dapatkan.
"Hai. Sedang memanen bunga lagi?" sapa Jerry ikut berjongkok di samping Jessy yang terlihat tengah berusaha memetik bunga mawar di taman rumahnya.
Jessy tersenyum mendengarnya. "Tidak, aku hanya sedang ingin memetik beberapa."
"Untuk apa?" tanya Jerry bingung.
"Aku ingin mengawetkan bunga ini untuk kuletakkan di kamarmu. Aroma bunga nya bisa menjadi aroma therapy untuk penatmu." ucap nya semangat dan berbinar. Jerry tidak bisa berhenti mengagumi gadis ini tiap menitnya.
"Oh ya? Aku akan sangat senang. Tapi bukankah akan cepat layu?"
Jessy tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi rapi dan bersihnya. "Aku akan menambahkan cuka pada air vas nya. Setidak nya itu bisa mempertahankan bunga agar awet lebih lama."
Jerry takjub bagaimana cerdas nya gadis ini. Sungguh amat disayangkan bagaimana keadaan gadis itu kini.
Jessy bangkit perlahan dan mulai meraba jalanan dengan menyeret kaki nya. Jerry dengan sigap langsung membantu Jessy dengan menggenggam erat tangan lembut gadis itu. Oh astaga, Tuhan pastilah sedang berbahagia ketika menciptakan gadis ini. Semua yang ada di tubuh Jessy begitu indah dan menawan kendati tidak pernah ada bahan kimia yang membantu menunjang kecantikan wajahnya.
"Aku bertanya-tanya, kemana tongkatmu? Bukankah biasanya kalian memakai tongkat untuk membantu berjalan?" tanya Jerry sudah tidak tahan dimakan penasaran.
Jessy tertawa kecil. "Tongkatku sudah lama patah. Dan aku tidak mungkin membiarkan ayah menebang pohon diusia nya yang sudah lanjut hanya untuk membuatkanku tongkat, kan? Aku sudah lumayan terbiasa berjalan tanpa alat bantu. Walaupun terkadang masih sering jatuh atau membentur sesuatu."
Jerry menggeram. "Aku bisa membelikanmu tongkat terbaik. Kenapa kau tidak meminta padaku Ms. Griffin?"
Jessy menggeleng. "Kau tamu kami disini. Dan tamu itu harus dimuliakan, bukan direpotkan. Mengerti Mr. Fuchs?" goda Jessy terkikik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love
RomanceShort Story Tentang bagaimana cinta tak memandang siapa kamu, apa kekuranganmu, apa kelebihanmu dan bagaimana keadaanmu.