13. Pelaku Sebenarnya

120 10 0
                                    

"Bagaimana ini, Ryo-kun? Haruskah kita membawa senjata?" tanya Taishi sambil berbisik dan masih dalam acara pengintaian Kento.

"Tapi senjata apa?" tanya balik Ryo pada Taishi.

"Senjata..," ujar Taishi sambil berpikir, "senjata.. panah!"

"Panah? Dimana kita mendapatkannya komandan?" tanya Ryo bingung.

Taishi memegang dadanya, "di sini. Panah asmara! Huahahaha!"

Ryo segera membekap mulut Taishi yang tertawa begitu saja, "baka! Nanti ketahuan, gimana?"

Kento menyadarinya dan menghampirinya. "Kalian ini, masih aja mainan gini?"

"Si-siapa yang mainan?" tanya Taishi polos.

"Pasti polisi itu kan yang nyuruh kalian?" tanya balik Kento sambil berdecak. Taishi dan Ryo pun menggelengkan kepalanya dan diam tak bersuara.

"Bilang sama dia, gue bukan pelakunya!" perintah Kento dengan wajah menyeramkan.

"Mana ada maling ngaku?" celetuk Taishi dengan santai.

Ryo menepuk paha Taishi sambil bergidik, "bukan maling! Pembunuh!"

"Kalian minta dihajar hah?" tanya Kento sambil mendelik.

Kyaaaaaaaaaa!

Ryo dan Taishi teriak bebarengan lalu berdiri kabur dari Kento.

Hahahaha!

Terdengar suara tawa dari belakang, "masih dicurigai aja lu?"

Kento menoleh dengan wajah masam, "dasar polisi bodoh!"

Mahiro menepuk pundak Kento, "bukannya bodoh, tapi wajahmu itu mencurigakan!"

"Apa?" pekik Kento, "maksud lu gue punya wajah penjahat gitu?"

"Lu sendiri yang ngomong!" celetuk Mahiro sambil berdeham.

"Anak kambing! Sini lu!" ucap Kento dengan geram.

Mahiro pun mulai berlari, "enak aja kambing! Gue gak bau, lu tuh anak kudanil!"

Mahiro mencibirnya dan kabur dari kejaran Kento. Mereka tampak bersenang-senang.

***

Di rumah Chiba..

Tampak Chiba membukakan pintu rumahnya dan menyambut dengan hangat dua bocah yang menjadi mata-matanya di sekolah.

"Ayo masuk! Kalian pasti capek ya, gue bikinin minuman dulu," pamit Chiba sambil berjalan ke dapur.

"Duduk aja! Nonton tv, remotenya di sofa!" teriak Chiba dari dapur.

"I-iya!" jawab Ryo merasa canggung. Hari itu tidak biasanya Chiba memperlakukan dua bocah itu sangat sopan, ditambah lagi rasa bersalah Ryo dan Taishi membuat mereka terasa sangat canggung.

Taishi dan Ryo duduk di sofa tanpa menyalakan tvnya dan saling terdiam. Tak lama, Chiba datang mengantarkan minuman. "Ayo, diminum!"

Taishi dan Ryo mengambil minuman itu dengan canggung, dan menyeruputnya sedikit. Dengan wajah tersenyum lebar, Chiba mulai melontarkan pertanyaannya. "Jadi.. gimana di sekolah tadi? Ada yang mencurigakan dari Nakajima?"

Kretek, kretek!

Dua bocah meletakkan gelasnya di meja dengan gemetaran. Ryo memandangi Taishi lalu beralih ke Chiba, "i-itu kita..."

"..gagal!" imbuh Taishi pendek.

Chiba membelalakkan matanya, "gagal?"

"Kita ketahuan lagi," ujar Ryo sambil cengengesan.

Umurku 30 Bukan 17 (Tamat)🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang