Tampak Ryo sedang berada di depan kantor polisi. Ia kebingungan dan merasa ragu untuk memasuki kantor itu. Detektif Tanaka yang kebetulan baru saja dari luar karena sebuah urusan datang dan melihat Ryo tampak kebingungan.
"Ryo-kun? Ada apa?" tanya detektif Tanaka sambil menepuk pundak Ryo.
Ryo menoleh dan membungkuk sopan, "ah, detektif Tanaka! Halo!"
"Kamu cari Chiba? Tapi Chiba sudah tidak di sini," tanya detektif Tanaka menerka-nerka.
"Ah, gue tahu. Mmm.. sebenarnya gue.. gue ke sini mau ketemu Taishi-kun," ucap Ryo dengan malu.
"Ah..," desah detektif Tanaka mengerti, "mari kuantar."
Ryo menurut dan detektif Tanaka mengantar Ryo menemui Taishi.
Di balik kaca pembatas, Ryo dan detektif Tanaka bertemu dengan Taishi.
"Gue pengen tau soal alasan lu, kenapa lu ikut Yamaken? Apa bener karena uang?" tanya Ryo.
Taishi menunduk dalam waktu yang lama lalu mendongak, "iya, karena uang."
"Apa?" pekik Ryo sambil memukul kaca pembatas, "kenapa? Kenapa lu bisa hanya karena uang?"
Detektif Tanaka memegangi pundak Ryo agar Ryo bisa tenang. Ryo pun kembali duduk.
"Gue.. gue harus menghidupi keluarga gue! Orang tua gue bercerai dan ibu sakit-sakitan. Gue punya 2 adik yang masih sekolah dan 1 masih bayi. Siapa lagi kalo bukan gue yang cari nafkah? Tapi kerja paruh waktu gajinya gak seberapa, hanya cukup untuk makan. Terus gue dapet darimana biaya sekolah dan lainnya?" cerita Taishi panjang lebar mengungkapkan semua kegelisahan hatinya. Tampak ia begitu frustasi.
Ryo menitikkan air matanya, "kenapa lu gak pernah cerita? Kan bisa pinjem ke gue!"
"Gue.. gak mau bebani lu! Lagian kebutuhan gue juga banyak, lu bukan keluarga gue. Mana mungkin gue pinjem uang dari lu," ucap Taishi mengalihkan pandangannya.
"Gomen..," ucap Taishi lagi lirih.
"Emangnya lu butuh duit berapa sih? Gue pasti bisa pinjemin lu, lagian lu kan sahabat gue! Gue gak akan itung-itungan! Lu mestinya cerita," ujar Ryo sambil mengusap matanya.
"Tapi lu kan pas-pasan, gue gak enak, malah bikin beban nantinya," balas Taishi melirik sesekali.
"Siapa bilang pas-pasan? Dia kan anak orang kaya," imbuh detektif Tanaka dengan santai.
Taishi mendongak, "hah? Yang bener?"
"Gomen, emang bener. Gue anak walikota, ehm," ucap Ryo sambil berdeham.
Taishi membelalakkan matanya, "kok lu gak pernah cerita?"
"Kan lu gak pernah nanya. Gue juga gak pernah tau soal keluarga lu," jawab Ryo mengeles.
Taishi memegangi pipinya dengan wajah bodohnya, "gue bego!"
Detektif Tanaka dan Ryo mulai tertawa, "baka!"
"Ya udah, ini pelajaran buat kamu. Kalau kamu punya masalah, ceritakan saja sama sahabatmu, orang yang kamu percaya. Jangan sibuk sendiri sama pikiranmu, kalau kamu cerita setidaknya akan dipikirkan bersama bagaimana solusinya," tutur detektif Tanaka dengan penuh wibawa.
Taishi pun meringis, "gue nyesel. Huwaaaaaa!"
"Kaisar, huwaaaaaa," Ryo pun ikut menangis dan suasana ruangan itu pun menjadi sangat ramai hanya karena tangisan 2 orang yang alay. Detektif Tanaka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Hari-hari pun telah berlalu, termasuk Nana yang melewati harinya seperti biasa walaupun ada kegundahan dalam hatinya. Gundah menunggu kekasih yang tidak pulang-pulang. Sementara itu, sahabat Nana- Maika- telah sadar dari komanya. Kesaksiannya dapat menambah bukti yang bisa menjebloskan pelakunya. Nana bahagia kini sahabatnya telah kembali padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umurku 30 Bukan 17 (Tamat)🌹
Fiksi PenggemarChiba adalah seorang asisten detektif yang memiliki misi mencari pelaku kekerasan fisik yang dicurigai berada di SMA Suzuran. Dalam misinya, Chiba terpaksa menyamar menjadi anak SMA dan terlibat asmara dengan seorang gadis cantik, Nana. Sayang, gadi...