Rintik hujan malam itu berhasil mengajak angin untuk menyatu. Kolaborasi yang sangat padu sehingga berhasil membuatku terjaga kala itu.
'" pukul 02:01"
Lambannya gerak detik seolah memberi isyarat jika perjalanan masih sangat panjang. Mataku tak kunjung sepakat saat ku ajak menutup dan raga setuju agar tubuh tak kembali jatuh ke dunia semu.
Kubuka handphone yang tergeletak rapi di atas meja, tak jauh dari tempat tidurku. Ku lihat pembaruan yang sesak akan status orang orang perihal malam tahun baru yang aku lewatkan.
"00:00, 2K19 resolusi baru ! "
Sebuah tradisi yang kian menjadi pada zaman ini. Entah nyata atau tidak sebuah resolusi selalu menjadi kata penghias tiap tahun.
"Selasa, 1 Januari 2019.Hujan"
Teringat memori tahun lalu. Saat awal tahun baruku disambut pesan hujan yang memberi isyarat bahwa kau akan dirundung pilu.
"Katanya tanggal 1 Januari hari perdamaian dunia, tapi mengapa makna damai itu tak pernah datang mendekatiku?Atau, Aku saja yang tak mampu untuk berdamai melupakan?"
Bergumam aku kala itu.Aku terjaga,dengan tekat yang kuat. Pena seakan menggodaku untuk mengingat memori nestapa masa lalu yang kuyakin belum usai untuk dijamu. Kubuka buku aksara lusuh milikku. Kulanjutkan bercerita dengan pena yang ku yakin paling mengerti semua perihalku. Kuharap, memori yang akan ku ungkap tak membuat air mata menetes dengan cepat.
1 Januari. Makna palsu dari propaganda damai yang hanya mitos dalam hidupku. Mengawali hidup baru? Nyatanya kisah lama perihal bagian yang hilang terus menjadi topik paling terdepan. Terhenti sejenak. Aku benar benar menantang rasa yang tak semestinya kembali lagi pada Ia. Mungkin inilah makna bila kau melibatkan hati untuk memulainya. Tak lama, pena menegurku untuk lanjut bercerita pada kertas yang tak sabar menyimak.
'"Ayo kuatkan tekat,..."
Pena menggodaku untuk tak membatalkan niat.
"1 Januari 2018,Akhir dari kisahku bersama Lia.Wanita yang menjadi alasan mengapa aku tetap berdiri di dunia.Alasan mengapa aku tetap duduk di dunia,dan alasan mengapa aku terbaring lemah.Ia Sempurna.Otaknya cerdas,penuh akan pikiran orientasi kesuksesan.Pribadinya sempurna,Ia wanita yang lembut dalam tutur kata dan tingkah yang ditata rapi sedemikan rupa.Mungkin, inilah alasan mengapa Aku tak kunjung lupa.Namun, tanpa alasan yang tak ditata dengan jelas ia berkata pisah.Barangkali,barang rongsokan tak bisa bersanding dengan kemewahan kan? Dan,aku terlalu biasa untuk Ia yang sempurna".
Pena senyum-senyum saja,dan kertas menyimak dengan perangai yang mencoba menenangkan.
Disaat aku masih bersungguh untuk menyatu dengan hati yang berjalan sempurna, kau malah pamit dikala pisah bukan menjadi topik yang tak semestinya ada.
"Darrrrrrr"
Guntur membuatku terkejut dengan sambaran yang tak semestinya datang pada sunyinya fajar yang damai.
Lagi,analogi sekitar masih kukisahkan sama dengan Lia.Seperti halnya momentum kala itu, disaat aku sedang nyaman dengan Lia. Sebuah pesan singkat membuatku terkejut dengan pernyataan yang tak semestinya.Pisah" Maaf,...
Maafkan aku, yang menghindar di saat arus yang seharusnya bermuara pada hilir yang sama.
Namun, pisah menjadi pilihan yang aku pilih.
Aku berbenah, dan mungkin tuhan alasan utama.
Mungkin aku akan kembali.
Kau baik.
Kuharap pesan tuhan tak kau abaikan
Aku akan menyatu...
Tunggu bila kau mau.
Jika hati tak berpaling karena pilu : ) "Bergetar hati dan mendung menutup biru kala itu. Ku tutup pesan. Tak pernah ada pertanda berakhirnya sebuah kisah. Dalam tekad bersama amarah dan sedih, tak sedikitpun aku akan memberi Ia amarah maupun cacian. Tak semestinya.
Dalam lepas yang membekas, satu tekad yang tertanam lepas. Ia punyaku. Seluruh daya ku kerahkan, kutahan amarah dan sedih yang semestinya merobahkan batinku yang memang tak sekuat milik laksana.
Aku mencoba berdiri dengan gagah. Dalam yakin, pisah kala itu membuatku tertunduk dalam pilu. Namun, waktu menyadarkanku.
"Mungkin Aku lupa pada syariat yang tak semestinya mengizinkan ada kisah yang terbentuk di lain perintah yang tertanam. Aku ingin Ia satu tapi tuhan bukan menjadi pemersatuku, bagaimana bisa? Wanita yang baik untuk lelaki yang baik pula".
Janji pelan yang membangkitkanku dari pilu akan kisah yang kian menghilang.
Kulihat kembali deretan angka milik hijriah. Muncul tekad lama dengan usaha yang jauh lebih indah."Kujadikan Ia tekad yang utama. Kubawa aksara penyampai rasa dan tuhan sebagai peñata waktu paling sempurna. Kulanjutkan di penghujung kertas," aku berbisik lewat aksara.
" Aku bersyukur pada tuhan, memberiku teguran dengan pesan perpisahan yang semestinya membawaku pada syukur yang tak terbenam. Kuharap doaku paling mengakasa untuknya. Aku mencoba menjadi yang sempurna. Karena hakikatnya Ia milikku satu satunya".
Baru tersadar olehku. Kubaca lagi pesan dari Lia yang terlewat karena pilu lebih menguasaiku daripada tenang yang hilang dalam kalbu.
" Aku berbenah, dan mungkin tuhan alasan utama.
Mungkin aku akan kembali.
Kau baik.
Kuharap pesan tuhan tak kau abaikan
Aku akan menyatu...
Tunggu bila kau mau.
Jika hati tak berpaling karena pilu : ) "Tak dapat kupahami dengan baik. Kuharap pesan penghujung itu bukan gumam yang hanya pandai memberi angan.
Untukmu yang selalu memberi nestapa, tak mengapa. Aku punya tuhan sebagai solusi nyata yang paling indah. Hatiku paham pada rasa yang tak semestinya mengenal rasa pisah. Kuharap, tahun baruku membawa berita bahwa kau milikku dengan tuhan sebagai jalan pemersatu,bukan nafsu yang menyesatkan pada kata nyaman yang tak semestinya terlontar. Bawa aku pada Ia. Aku mohon bantu aku berbenah. Aku milik Ia.Lia.
"Cukuplah aku sebagai penulis aksara rahasia dan pemain sandiwara yang lebih kuasa daripada nafsu. Berikan waktu agar kita menjadi satu dan tuhan sebagai pemersatu. Untukmu yang sempat membekas, percaya kau milikku. Dan jawab Ia. : ) "
******
Kuharap kalian suka, senyum saja aku sudah bahagia.Jangan lupa beri suara ya.
![](https://img.wattpad.com/cover/184051301-288-k825650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI MILIK PENANTI
ContoKisah milik penanti. Tak kunjung beranjak dari pulau hati,menanti Ia yang berjanji akan kembali.Atau,aku terjebak keyakinan yang menipu lagi?. Beranjak pergi?,atau setia menanti? Perdebatan milik hati yang kian menjadi,semoga tuhan menjadi penengah...