Bait ! | 1

112 24 6
                                    


Bait-bait yang kurangkai kini perlahan hadir dengan rona kebahagian. Berawal dari sebuah senyuman milik teman bicara, hadirnya mereka membangkitkan prasangka buruk yang selalu membuatku terpuruk.Teman bicara, hanya itu, apakah membuatmu cemburu?
.
Ada yang tidak bisa kusampaikan secara langsung denganmu, aku takut kau benci setiap larik yang kuucapkan, barangkali  karena pembahasanku terlalu sumbang. Ada yang tidak berani kuucapkan empat mata denganmu, aku takut kau jenuh akan sajak yang aku bacakan. Ada yang tidak kau tau dari perangaiku yang kian  menjauh, aku takut kau tak mau diriku dekat.
.
Ada yang tidak kau mengerti dari setiap bait sendu yang kurangkai, aku takut kau mengira hatiku bahagia tanpamu. Ada yang tidak kau pahami dari ketidakjelasan senyum yang terlontar, aku takut kau memberi harap terlalu besar. Ada yang tidak kau ketahui tentang aku, aku terlalu takut  atas semua yang kutempuh. Karenamu.
.
Bait-bait yang kuajak bermain peran kini mulai bangkit dari rona kesedihan. Berawal dari sebuah komentar sederhana, nyatanya teman bicara lebih peduli atas semua yang terjadi. Barangkali mereka lebih mengerti, bukan pemain utama, tapi rasanya memberi kisah pada teman bicara seperti mengais solusi yang buatku baik-baik saja. Sudut pandang mereka membangkitkan, meriuhkan yang sunyi, menghidupkan yang mati, menyejukan yang gersang, dan mencerahkan yang usang. Teman bicara, hanya itu, apakah membuatmu curiga?
.
Ada yang tidak pernah kau sadari dari langkah sederhana yang kujalani, memberi kode misalnya. Kadang bait bahagia bermakna marah, bait pilu bermakna riang, dan barangkali sebuah sindiran. Ada yang tidak pernah kau mengerti dari harap sederhana yang kujalani, menulis misalnya. Kadang perangai senyum bermakna marah, perangai sendu bermaka sebaliknya, dan barangkali sebuah pelampiasan. Ada yang kau sadari? Ada yang kau mengerti? Ada yang kau rasakan dari apa yang aku sampaikan? Ada bait yang tertukar!
.
Aku tak pernah marah atas semua balasan yang kau berikan, senyuman dibalas mulut yang rapat lalu menjauh dari hadapan! AKu tak pernah kesal atas semua tingkah yang kau hidangkan, memberikan perangai lalu menanamkan kebencian yang kian membesar! AKU tak pernah kecewa atas apa yang kau berikan, membenci di balik layar lalu memalsukan perasaan! AKU TAK pernah marah! AKU TAK PERNAH kesal! AKU TAK PERNAH KECEWA!
Dan ingat ini hanyalah bait.
.
Ada sorot yang terpancar dengan tenang, sehingga meneduhkan pikiran. Ada embun pagi yang menyelinap diam-diam, sehingga mengalirkan pikiran ke arus yang amat tenang. Ada yang setidaknya mengargai. Ada yang mendengarkan lebih dalam, mengetahui kisah lebih dalam, dan ada yang dalam beberapa kondisi memberi pencerahan. Ada yang setidaknya, mendengarkan. Apakah ini cukup buatmu cemburu? Cukup buatmu curiga? Haha ini bait saja, aku tak benar-benar menulis dengan hati.
.
Ada apa dengan hati yang kian menjadi, ada apa dengan rasa yang kian mengangkasa, ada apa dengan iman yang kian lumpuh, ada apa dengan perasaan yang tak punya landas tempuh, ada apa dengan kita. Ada waktu yang akan buat kita temu, ada masa yang akan buat kita berjumpa, ada.
.
Menelisik lebih dalam, menggumam dalam kesal.Apakah aku berlebihan? Apakah yang aku pilih adalah kesalahan yang fatal? Apakah yang aku sesalkan salah besar? Apakah aku pantas!
.
Bait-bait ini adalah wujud pelampiasan katanya. Tercipta jauh, sebelum hati membalik pada keadaan baik-baik saja. Apa yang kau dapatkan, apa yang kau maknai, apa yang kau pikir sangat buruk hanyalah bait-bait yang tertukar. Hanya bait saja.
.
Apa yang aku takutkan dari setiap pilihan yang kutempuh, adalah rasa yang terlalu berlebih dan harap yang terlalu tinggi pada kekasih. Apa yang aku khawatirkan, adalah rasa yang hilang dari sikap diam dan perangai harap yang terhapuskan. Apa yang aku butuhkan, hanyalah kepercayaan.
Sudut pandang  ‘Aku’ pamit. Jangan cemburu, jangan curiga, barangkali apa yang aku butuhkan, berlaku sama denganmu. Siapa juga yang harus cemburu, siapa juga yang mau!
.
Hanya bait-bait singkat saja, ini sudut pandangku. Mau kau katakan ini sajak atau paragraf aku hargai sudut pandang milikmu.   
.

ANTOLOGI MILIK PENANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang