CHAP 1

9.1K 507 15
                                    

"Good Morning.."

Chanyeol menoleh saat sebuah sapaan menyapa Indra pendengarannya. Tak jauh darinya, seorang Gadis remaja berjalan dengan seragam sekolah lengkap dan sebuah tas tersampir di bahunya. Chanyeol tersenyum cerah menyambut kedatangan Baekhyun.

"Selamat pagi.. apa tidurmu nyenyak?"

Remaja bertubuh mungil itu mendudukkan diri bersebrangan dengan Chanyeol. Wajahnya yang tadinya cerah, seketika berubah masam. "Aku menunggumu sampai ketiduran, tapi saat pulang kau tidak membangunkanku.. jahat."

Chanyeol terkekeh. "Itukah kenapa pagi ini aku tidak mendapatkan pelukan?"

Baekhyun mengangkat bahunya dan mengambil selembar roti tawar. Mengolesinya dengan selai strawberry yang sudah tersedia di atas meja makan. Satu-satunya sarapan mereka pagi ini, karena di antara keduanya tidak ada yang bisa memasak satupun.

"Baiklah, maafkan aku.. sekarang apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku yang satu ini?"

Baekhyun mengulum senyum sambil menyuapkan potongan roti kedalam mulutnya. Setelah menepuk tangannya agar terbebas dari remahan roti, Baekhyun mengambil sesuatu di dalam tasnya.

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya saat sebuah amplop putih muncul dari dalam tas Baekhyun.

"Ekhm.." Baekhyun mendekap amplop putih tersebut dan menatap Chanyeol. "Aku ingin kau tidak marah, apapun yang ada di dalam amplop ini."

Chanyeol menarik nafas panjang saat menyadari apa yang sedang coba Baekhyun sampaikan. "Baiklah, kali ini apa lagi?"

"Kau harus berjanji untuk tidak marah!" Baekhyun mencoba untuk memastikan.

"Fine." Chanyeol mengangkat kedua bahunya santai. "Aku tidak marah.. Sekarang berikan surat itu agar aku bisa tahu masalah apa yang sudah kau ciptakan."

Baekhyun tersenyum lebar dan menyerahkan amplop putih itu ke tangan Chanyeol. Chanyeol membukanya dan membaca isinya dengan teliti, kemudian mengangguk paham. "Memecahkan kaca ruang guru dengan bola baseball, padahal tidak ada kelas olahraga hari itu?"

"Kau sudah berjanji untuk tidak marah." Cicit Baekhyun.

"Aku tidak marah.. apa wajahku terlihat seperti orang yang sedang marah?" Ucap Chanyeol. Tapi Baekhyun hanya meliriknya sekilas-sekilas dan memainkan roti di tangannya.

"Aku akan datang ke sekolah untuk menawarkan ganti rugi."

Seketika itu raut wajah Baekhyun berubah cerah. "Chanyeol terbaik!!" Serunya sambil mengacungkan dua jempolnya ke udara.

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya. "Hanya jempol? Aku ingin pelukanku sekarang.."

Baekhyun terkikik. "Baiklah.. baiklah."

Gadis itu bangkit dan memutari meja untuk menjatuhkan dirinya kedalam pelukan Chanyeol. "Aku merindukanmu.. kau pasti sangat kesepian selama seminggu ini, bukan?" Bisik Chanyeol.

Baekhyun memejamkan matanya menikmati pelukan Chanyeol. "Hmm.. aku sudah biasa."

"Maaf selalu meninggalkanmu sendiri di rumah."

"Tidak masalah. Aku bersenang-senang selama seminggu ini."

"Benarkah? Memang apa saja yang kau lakukan?"
Chanyeol melepaskan pelukannya, dan menarik Baekhyun agar duduk di pangkuannya. "Iisshh, Chanyeol jangan begini! Aku sudah besar!" Baekhyun melayangkan protesnya dan mencoba untuk bangkit dari pangkuan Chanyeol. Tapi lelaki yang lebih tinggi darinya itu menahannya agar tetap berada di posisi seperti itu.

"Dulu saat kecil kau suka sekali jika aku memangkumu seperti ini.." kekeh Chanyeol.

"Itu kan saat aku masih kecil!"

"Memangnya kalau sekarang kenapa? Toh, disini pun tidak ada siapa-siapa."

Baekhyun menghela nafas dan menyerah. Menyamankan dirinya dalam pangkuan Chanyeol sambil terus berbagi cerita.

***************

"Nanti Mingyu yang akan menjemputmu ke sekolah. Jangan melakukan hal aneh-aneh dan merepotkannya. Mengerti?"

Baekhyun mengangguk malas oleh perintah Chanyeol. Lagipula, memangnya dia melakukan hal aneh apa?

"Jangan menghilang lagi seperti waktu itu."

Baekhyun tidak menghilang. Dia hanya turun sebentar untuk membeli buku, kemudian tanpa sadar berkeliling dalam waktu yang lama sampai Mingyu kebingungan mencarinya keseluruh penjuru Mall.

"Jangan menyuruhnya mengikuti lomba makan makanan pedas."

Baekhyun ingat, saat itu beberapa teman sekelasnya heboh membicarakan sebuah kedai yang menjual Donkkasseu super pedas dan memberikan sebuah tantangan. Bagi siapa yang bisa menghabiskan Donkkasseu pedas dalam porsi besar selama waktu yang di tentukan, akan mendapatkan Voucher makan gratis selama semingu penuh. Baekhyun tidak kuat pedas. Tapi dia penasaran dan akhirnya memanfaatkan Mingyu yang baik hati untuk memenangkan tangangan tersebut untuknya. Walaupun pada akhirnya lelaki itu tidak sanggup karena perutnya terlanjur sakit. Sayang sekali. Padahal dia berencana memberikan Voucher itu untuk Chanyeol agar mereka bisa makan bersama. Mingyu memang payah.

"Pokoknya jangan mencari masalah dan jadilah anak baik.."

"Aku mengerti. Bolehkah aku turun sekarang? Gerbangnya akan segera di tutup."

Chanyeol mengusap rambut Baekhyun. "Jangan menungguku pulang. Tidurlah di kamar, hm.."

"Baiklah.. aku pergi dulu."

Setelah itu, Baekhyun keluar dari dalam mobil dan melambai sebelum kemudian berlari kecil ke dalam sekolah.

Chanyeol masih memperhatikan punggung Baekhyun yang perlahan menghilang dari pandangannya. Tatapannya berubah sendu. "Rasanya baru kemarin aku mengajarinya berjalan. Tapi aku bahkan tidak bisa memeluknya dengan bebas sekarang." Gumamnya.

*****************

Pintu ruangannya terbuka beberapa detik setelah Chanyeol mendudukkan dirinya. Mingyu melangkah masuk sambil membawa beberapa map dan menyerahkannya ke atas meja Chanyeol. "Aku sudah memeriksa semuanya. Tidak ada masalah."

Chanyeol bergumam dan membuka salah satu map yang baru saja Mingyu serahkan. "Apa Appa sudah kembali?" Tanyanya.

"Tuan Park baru saja tiba pagi ini."

Chanyeol mendongak, menatap wajah Mingyu. "Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Beliau bertanya tentang keadaan Baekhyun dan meminta untuk bertemu siang ini."

Chanyeol mengangguk paham. "Bawa Baekhyun ke rumah inti sepulang sekolah. Biar aku yang menjemputnya nanti malam."

Mingyu membungkukkan tubuhnya, kemudian berbalik pergi.

Chanyeol menatap bingkai kecil yang berisikan foto dirinya dan Baekhyun yang dia pajang di atas meja. Semoga Ayahnya tidak merayu Baekhyun untuk tinggal bersama. Walaupun mustahil Baekhyun mau, tapi tetap saja di dalam hatinya, Chanyeol takut Baekhyun luluh dan menuruti apa yang Ayahnya katakan.

****************

"Hai, Mingyu.." Baekhyun memberikan sapaan ceria begitu memasuki mobil jemputannya.

Mingyu membalas senyuman Baekhyun di kursi kemudi. "Hai, Baek.. Bagaimana harimu?" Tanyanya.

"Seperti biasa. Tidak ada yang special."

Mobil mulai bergerak meninggalkan pelataran sekolah. "Kau yakin? Tidak membuat keributan apapun hari ini?" Goda Mingyu.

Baekhyun mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak pernah membuat masalah, Mingyu!" Protesnya.

Mingyu tergelak kecil. "Lalu kenapa kau guru senang sekali mengirimkan surat teguran?"

"Aku melakukan kesalahan kecil, tapi sepertinya guru-guru di sekolahku tidak menyukaiku. Makanya mereka selalu mencari alasan untuk memanggil Chanyeol ke sekolah."

Kali ini Mingyu tertawa kencang mendengar alasan Baekhyun. Yah, dia tidak bisa menyalahkan sikap Baekhyun yang sedikit berbeda dari anak-anak lain. Baekhyun sangat kesepian. Sejak kecil, Baekhyun hanya hidup bersama Chanyeol setelah Ibu mereka meninggal dunia saat usia Baekhyun menginjak 8 tahu. Ayahnya menikah lagi setahun kemudian dan Chanyeol memutuskan untuk meninggalkan rumah dan hidup berdua saja dengan Baekhyun di sebuah apartemen yang dia beli sendiri menggunakan uang tabungannya. karena Chanyeol saat itu sudah berkuliah dan mulai memiliki tempat di perusahaan Ayahnya.

Chanyeol berubah sangat sibuk sejak menempati posisi direktur di perusahaan Ayahnya. Lelaki itu sering pergi ke luar negri dan baru kembali beberapa hari kemudian. Bahkan pernah Chanyeol pergi dua bulan penuh. Meninggalkan Baekhyun bersama asisten rumah tangganya di rumah.
Baekhyun sangat kesepian. Meskipun kerap kali Ayahnya menawari untuk tinggal bersama, Baekhyun selalu menolak. Dia tidak suka suasana rumahnya yang sekarang.  Di dalam rumah itu, ada orang asing dan Baekhyun merasa tidak nyaman akan hal itu. Baginya, itu bukanlah rumahnya yang dulu. Rumahnya sekarang adalah Chanyeol. Hanya bersama Chanyeol dia merasa nyaman dan bahagia. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Begitupun sang Ayah.

"Mingyu, bukankah kita akan pulang?"
Baekhyun bertanya heran saat menyadari mobil yang di kendarai Mingyu tidak melaju ke arah rumahnya.

"Tuan Park baru saja tiba pagi ini, dan meminta untuk bertemu denganmu." Mingyu menjawab dengan kalem.

"Apa Chanyeol tahu hal ini?"

"Chanyeol yang menyuruhku mengantarmu ke rumah Inti."

Baekhyun mengerutkan alisnya. Tumben sekali.

"Bagaimana aku pulang nanti?"

Lucu memang. Baekhyun menanyakan hal itu, sedangkan Ayahnya memiliki beberapa supir serta puluhan mobil mewah yang siap mengantarkan kemana saja dirinya pergi.

"Chanyeol yang akan menjemputmu nanti malam."

Baekhyun mengangguk paham dan menutup mulutnya sampai mereka tiba di kediaman Park.

***************

"Putri kecilku yang cantik.."

Baekhyun tersenyum dan memeluk lembut tubuh renta Ayahnya. "Bagaimana kabar Appa?"

"Baik, nak. Baik sekali.. bagaimana denganmu, hm?"

Baekhyun melepaskan pelukannya dan duduk di samping sang Ayah. "Seperti yang Appa lihat."

Tuan Park tersenyum, mengelus kepa Baekhyun penuh kasih sayang. "Appa merindukanmu..

"Ku dengar Appa baru saja pulang dari Mexico. Aku ingin menagih oleh-olehku.." canda Baekhyun sambil menengadahkan kedua telapak tangannya.

Tuan Park tergelak. "Kau harus melakukan Aegyo dulu jika ingin mendapatkannya."

Baekhyun mendengus kencang kemudian merengut. Melipat kedua tangannya di dada. "Aku sudah besar. Jangan menyuruhku melakukan hal itu lagi!" Protesnya.

"Ya sudah kalau tidak mau.." Tuan park berlagak cuek.

Baekhyun melengkungkan bibirnya ke bawah melihat hal itu. Kenapa orang-orang suka sekali menyuruhnya melakukan Aegyo! "Appa~" rengeknya sambil mengguncang lengan sang Ayah. Tapi tuan Park masih bertahan dengan pendiriannya. Baekhyun mendengus dalam hati. Jika sedang begini, Ayahnya benar-benar mirip dengan Chanyeol.

Setelah menghela nafas, Baekhyun mengatur mimik wajahnya dan bersiap menengadahkan tangannya di depan sang Ayah. "Juseyo~" ucapnya, kali ini menggunakan tatapan dan suara yang dibuat semenggemaskan mungkin. Baekhyun tidak yakin, tapi Ayahnya seketika langsung mencubit kedua pipinya dengan gemas.

"Kenapa anakku imut sekali~"

Baekhyun mendengus dengan bibir mengerucut. Namun begitu matanya bergulir, tubuhnya seketika menegang. Dari arah pintu masuk, berdiri seorang Pria yang sangat Baekhyun kenal. Yang juga sedang berdiri terpaku menatap ke arahnya.

"Se-seonho Oppa.."

Melihat reaksi Sang putri, Tuan Park mengikuti arah pandangan Baekhyun dan menemukan putra tirinya sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk. "Ah.. kau sudah pulang nak?" Sapanya.

Seonho tersadar dan membalas sapaan Ayahnya dengan sedikit kikuk. Sedangkan Baekhyun menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan. Memalukan sekali! Seonho pasti melihat apa yang dia lakukan barusan. Rasanya Baekhyun ingin menenggelamkan dirinya saat itu juga!

"Baekhyunie sedang berkunjung rupanya." Seonho mencoba menyapa Baekhyun.

"Oppa, pergilah dari hadapanku!"

Seonho mengerjap bingung. Apa dia melakukan kesalahan? Kenapa Baekhyun mengusirnya?

"Kenapa? Apa aku membuat kesalahan?"

Baekhyun menggeleng kencang. Dia tidak bermaksud bersikap kasar. Tapi Baekhyun merasa sangat malu sekarang!
"A-aku malu. Kau.. pasti melihatnya."
 
Tuan Park terbahak kencang, sedangkan Seonho mengulum senyum. Telinganya sedikit berubah warna menjadi kemerahan karena mengingat Baekhyun yang sedang melakukan Aegyo beberapa saat lalu. Jujur saja.. Baekhyun terlihat sangat menggemaskan.

"Aku bahkan ingin melihatnya lagi.." guraunya.

Baekhyun membulatkan kedua matanya. "Isshh, kalian sama saja! Menyebalkan!"
Gadis mungil itu bangkit dan berjalan cepat menaiki tangga untuk pergi ke lantai dua Dimana kamarnya berada.

"Hey, mau kemana? Appa masih merindukanmu!" Seru ayahnya tidak terima karena di tinggalkan begitu saja. Padahal dia masih ingin mengobrol lama dengan Baekhyun.

"Tidak mau! Appa menyebalkan. Aku akan mengadukannya pada Chanyeol Oppa!" Balas Baekhyun dari lantai dua.

"Aihh anak itu.." gerutu Ayahnya.

"Maafkan aku Appa.. Baekhyun pasti merasa tidak nyaman karena ucapanku barusan." Ucap Seonho, merasa tidak enak kepada Ayahnya.

Tuan park berdiri dan menepuk bahu Seongho. "Jangan di pikirkan. Baekhyun memang seperti itu.. kau pasti lelah. Istirahatlah.."

Seonho mengangguk dan pamit undur diri ke kamarnya.

**************

Baekhyun terbangun saat merasakan tubuhnya di peluk dari belakang, dan sebuah hembusan nafas menerpa tengkuknya. Dari aromanya, Baekhyun tahu bahwa itu adalah Chanyeol. Kakaknya.

"Chanyeol.."

"Hei. Apa aku mengganggumu?" Bisik Chanyeol di belakang telinganya.

Baekhyun tersenyum, menggenggam tangan Chanyeol yang melingkar di pinggangnya. "Hmm.." jawabnya masih dengan mata tertutup. Dia mengantuk sekali.

Chanyeol melongokan wajahnya dan terkekeh melihat Baekhyun kembali tidur. Bibirnya mengecup pipi Baekhyun berulang kali. Hanya disaat seperti inilah Chanyeol bisa bebas menyentuh Baekhyun. Karena dalam keadaan sadar, Baekhyun sangat tidak suka Chanyeol memeluknya. Apalagi menciumnya. Karena dia merasa sudah dewasa dan sangat memalukan jika ada teman sekolahnya yang melihatnya masih di perlakukan seperti anak kecil.

"Bangun tukang tidur. Kita harus makan malam sebelum pulang."
 
Baekhyun menggeliat dan merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Chanyeol masih memeluknya dengan posisi menyamping. tangan kirinya menahan tubunya dengan bertumpu di atas kasur. Memandang wajah Baekhyun yang masih menutup mata dengan bibir sedikit terbuka.

Chanyeol mencium lagi pipi Baekhyun dengan niat mengganggu tidurnya. Benar saja. Baekhyun langsung mengerang protes dan mendorong wajah Chanyeol menjauh dari wajahnya. "Chanyeol~ iish, hentikan!"

Chanyeol tertawa. "Ayo bangun dan segera makan agar kita cepat pulang."

Baekhyun menatap Chanyeol dan menangkup wajah pria di atasnya itu. "Wajahmu kusam sekali. Nanti kita pakai masker bersama-sama.." ucapnya, keluar dari topik pembicaraan.

Chanyeol gemas dan menangkap telapak tangan Baekhyun yang menangkup wajahnya, kemudian menggigitnya. "Jangan mengalihkan pembicaraan. Ayo cepat bangun."

"Bagaimana aku akan bangun kalau kau menindihku?"

Chanyeol mencium pipi Baekhyun sekali lagi dan bangkit. Di ikuti oleh Baekhyun setelahnya.

***************

"Appa dengar kau makan siang bersama saat di Belanda bersama Tuan Han."

"Hmm.. hanya tidak sengaja bertemu." Jawab Chanyeol.

"Apa Chanyeol sudah memiliki kekasih?" Ibu Tiri mereka mencoba bertanya. Wanita itu memasang senyum paling manis. padahal Chanyeol tahu bahwa dia tidak menyukai kehadirannya dan juga Baekhyun di rumah ini.

"Belum.." jawab Chanyeol singkat.

"Kenapa? Untuk ukuran Pria sepertimu, mustahil tidak ada wanita yang ingin dekat dan menjalin sebuah hubungan. Benar kan Baekhyunie?" Tatapannya beralih ke arah Baekhyun yang langsung gelagapan. "I-iya.."

"Ibumu benar Chanyeol. Kau sudah cukup dewasa untuk menikah. Setidaknya carilah kekasih untuk mengisi waktu sendirimu." Sang Ayah mengutarakan pendapatnya.

Chanyeol berdecih dalam hati. Ibunya? Di sudah tidak memiliki ibu sejak 9 tahun yang lalu.

Baekhyun yang duduk di sebelah Chanyeol menundukkan wajahnya. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraan ini. Baekhyun hanya.. belum siap.
Dia tidak siap jika Chanyeol memiliki kekasih dan kemudian kasih sayang serta waktunya untuk Baekhyun menjadi semakin terbagi-bagi. Cukup dengan pekerjaan saja waktu mereka berkurang. Jangan dengan kehadiran orang lain. Baekhyun hanya memiliki Chanyeol di dunia ini.

Genggaman tangannya pada sendok mengerat. Membayangkannya saja dia tidak sanggup.

"Terimakasih untuk perhatiannya. Tapi aku sudah punya Baekhyun. Jadi aku tidak membutuhkan siapapun lagi untuk mengisi 'waktu sendiri'ku."
 
Baekhyun menoleh, menatap Chanyeol yang sepertinya juga terlihat tidak suka dengan pembicaraan ini.

"Itu akan berbeda. Baekhyun adalah adikmu."

Chanyeol mengerti maksud mereka. Tapi untuk saat ini, Chanyeol benar-benar tidak memikirkan apapun selain Baekhyun. Dia hanya ingin bersama dengan Baekhyun lebih lama lagi. Entah sampai kapan. Tapi selagi Baekhyun masih membutuhkannya, Chanyeol tidak akan pernah menempatkan orang lain di dalam hidupnya. Tugasnya adalah menjaga dan membahagiakan Baekhyun. Sama seperti janjinya 9 tahun yang lalu di hadapan jasad Ibu mereka.

"Tolong jangan urusi kehidupan pribadiku.."

**************

Begitu sampai di bestmen apartemen mereka, Baekhyun tanpa mengatakan apapun lagi, langsung turun dari dalam mobil. membuat Chanyeol mengernyit bingung melihat sikapnya.

Tidak ingin tertinggal jauh, Chanyeol buru-buru mengikuti langkah Baekhyun yang sangat cepat, dan beruntung dia sempat masuk kedalam lift tepat sebelum pintu lift tertutup.

"Hei, kau kenapa.. hm?" Tanya Chanyeol lembut. Namun wajah Baekhyun terlihat sangat murung. Bahkan adiknya itu tidak menatapnya sama sekali sejak keluar dari rumah Ayah mereka.

"Baekhyun..-"

"Chanyeol, apa kau menginginkan seorang kekasih?" Tanya Baekhyun tiba-tiba sambil menatapnya.

Chanyeol semakin bingung dengan sikap Baekhyun. "Apa maksudmu? Tentu saja tida-"

"Jangan memaksakan dirimu sendiri. Jangan menggunakanku sebagai alasan untuk tidak memiliki kekasih." Potong Baekhyun. "Aku.. aku tidak masalah kalau kau memang ingin menikah. Aku tidak ingin menjadi penghambat dalam hidupmu. Aku yakin bisa menjaga diriku sendiri." Sambungnya sembari menundukkan kepala dalam-dalam. Saat ini Baekhyun terlihat seperti seorang anak yang tidak rela Ayahnya menikah lagi.

Chanyeol menggeleng dan menarik Baekhyun kedalam pelukannya. "Apa yang kau katakan? Mana mungkin aku membiarkanmu hidup sendiri?"

Baekhyun menutup matanya dan membalas pelukan Chanyeol.

"T-Tapi mereka benar. Kau harus menikah.."

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

"Chanyeol! Itu tidak mungkin.." Baekhyun melonggarkan pelukannya dan mendongak untuk menatap wajah Chanyeol. "... Mana mungkin ada orang yang tidak menikah"

Chanyeol terkekeh. Sebelah tangannya mengusap sudut mata Baekhyun yang berair. Dia tahu, meskipun Baekhyun menyarankan agar dirinya menikah, tapi di dalam hatinya, anak itu sangat tidak rela jika Chanyeol membagi kasih sayangnya kepada orang lain.

Chanyeol tersenyum lembut dan mengecup kening Baekhyun lama. "Aku hanya membutuhkanmu dalam hidupku."

Baekhyun merasakan matanya memanas. Dia menangis dan memeluk Chanyeol erat. "Terimakasih sudah menjagaku selama ini.."

"Aku akan terus menjagamu sampai kapanpun. Kau adalah harta paling berharga dalam hidupku.." ucap Chanyeol.

Baekhyun tersenyum dalam pelukan Chanyeol. "Chanyeol.. aku merindukan Eomma.."

"Bangun pagi-pagi, lalu kita pergi berkunjung ke makam Eomma.."

.
.
.
.
TBC

LIEFDE [CHANBAEK] [GS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang