Duabelas [Sudah Direvisi]

2.6K 469 379
                                    

Author POV


Toktok!


Pintu kamar Aron diketuk untuk yang kesekian kalinya hari ini. Sejak pagi sang pemilik kamar hanya berbaring di atas tempat tidurnya dibalut selimut.

Beberapa saat setelahnya Aron mendengar pintu dibuka. Tanpa menoleh pun dia yakin yang membuka pintu kamarnya adalah sang Papa yang telah mengetuk pintu berkali-kali sejak pagi.

"Jangan ajak Kakak mabar dulu, Pa. Lagi gak mood," ucap Aron. Posisi tidurnya membelakangi pintu.

Tapi sama sekali tak ada sahutan. Suara langkah kaki pun tak terdengar. Karena itu Aron menoleh ke belakang untuk melihat. Betapa terkejut dirinya menemukan Ara berdiri di pintu—menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Aron langsung bangun saking terkejutnya. Sesaat dia bingung harus berekspresi seperti apa gara-gara kedatangan Ara yang tiba-tiba ini.

"K-kok lo d-di sini?" tanya Aron terbata.

Ara kelihatan marah. Matanya berkaca-kaca.

"Lo pikir aja sendiri!" rutuk Ara kesal, "kalau gak mau berteman sama gua lagi, bilang sekarang! Dasar pembohong! Lo kan udah janji gak bakal jauhin gua, apapun jawaban gua atas pertanyaan lo waktu itu. Tapi nyatanya lo terus-terusan menghindar dari gua belakangan ini."

Melihat Ara hampir menangis, Aron segera turun dari tempat tidur. Ditariknya Ara menuju kursi yang biasa dirinya pakai untuk duduk di depan PC. Aron meminta Ara untuk duduk, sementara dirinya duduk di tepi tempat tidur.

"Bukan gitu. Bukannya gua gak mau berteman sama lo lagi, gua cuma ..." Aron menggantung ucapannya.

"Cuma apa?"

"... Cuma masih galau setelah denger jawaban lo. Emang gua gak boleh galau? Tadinya gua mau stay cool dengan bertingkah seakan gak ada yang terjadi di antara kita, tapi gak bisa! Lo gak pernah ditolak crush sih, jadinya gak ngerti."

"Ngerti. Gua juga pernah kok ngalamin itu, waktu lagi bingung-bingungnya sama sikap Jihoon," sahut Ara, mengingat waktu dirinya masih belum mengetahui soal perasaan Jihoon padanya.

"Ya itu kan gara-gara lo nya gengsian. Terus cowo yang lo suka juga kebanyakan mikir. Jadinya salah paham satu sama lain," ujar Aron membuat Ara terkejut.

"Lo ... nemuin Jihoon kemarin?" tanya Ara mengingat ucapan Jihoon saat menemuinya tadi.

"Iya. Gua mau peringatin dia, supaya jangan gangguin lo lagi kalau niatnya cuma godain doang. Eh dia jujur bahwa dia suka banget sama lo dari awal masuk Hanlim, tapi gak pernah berani nyatain perasaan dan minder begitu tau bahwa Papa lo adalah pimpinan YG. Akhirnya gua kasih tau bahwa gua juga suka sama Ara, gua udah nyatain perasaan tapi ditolak. Karena yang lo suka adalah dia," ujar Aron. "Dia udah nemuin lo?"

"Udah, baru aja tadi." Ara menunduk sejenak, "Aron, thanks ya. Kalau bukan karena lo, mungkin sampai kapanpun gua sama Jihoon gak bakal tau soal perasaan satu sama lain."

"Sama-sama."

"Kenapa sih lo selalu sebaik ini?"

"Gak tau. Padahalkan harusnya gua seneng lo sama si Jihoon udah jauh. Tapi ya mana tahan gua liat lo murung terus gara-gara dia. Gua sadar sejak lama bahwa lo ada perasaan sama Jihoon. Dan lo juga tau lah bahwa dari dulu gua udah bertekad buat bikin lo senyum tiap kali lo sedih. Karena itu gua rela kasih tau si Jihoon soal perasaan lo supaya kalian bisa deket lagi."

Decision || Choi Hyunsuk✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang