SM 02.

19K 508 6
                                    

🍁Selamat Membaca 🍁

******

London, pukul 12.05 siang, Derfin tiba di kota kelahirannya setelah pekerjaan ada di Miami Florida selesai, sekarang dia baru bisa kembali pulang selama beberapa bulan di negara tetangga.

“Apa kau tidak ingin melihat mereka terlebih dahulu, Tuan? Mereka sudah merindukanmu ...” usul Rico, tangan kanan kepercayaan serta sahabat baiknya.

“Boleh juga.” Dia menyetujui usulan dari Rico.

Rico memutarkan mobilnya kemudian menuju kediaman Conerlius. Dalam perjalanan Derfin masih mengingat peristiwa mimpi buruk yang terus menghantuinya. Bayangan wanita yang terus meronta-ronta danmencakar seluruh tubuhnya. Dia ingin mengetahui kejadian itu memulai kapan dan siapa berikan obat perangsang.

Sampai di rumah besar bertingkat tiga lantai tidak ada perubahan sama sekali. Derfin pun turun dari mobil sementara Rico membuka belakang mobil membawa keluar koper pribadinya.

"Hai sayang, kau sudah pulang. Bagaimana pekerjaan di sana, apa lancar?" tanya Finna pada Derfin.

"Begitulah, mom ... Banyak yang harus di kerjakan, daddy, ada di mana?" jawabnya lalu menanyakan ayahnya yaitu Deron

"Ada di ruang kerja," jawab Finna.

Dia pun langsung ke tempat ruangan kerja ayahnya. Ketukan tiga kali terdengar suara untuk masuk. Dia perlahan membuka pintu itu.

"Kau sudah pulang?" tanya Deron

"Iya, dad. Bagaimana kabarmu," jawabnya.

"Baik, kau, sendiri?" ucap Deron kembali menanyakan pada Putranya.

"Baik, semua lancar," jawabnya dengan pikiran campur aduk memikirkan bayangan terus menghantuinya.

"Apa sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Deron.

"Tidak, dad," jawab Derfin senyum tipis.

"Kau tidak bisa membohongiku, apa yang kau sembunyikan dari pikiranmu? Seorang wanita?" tebak Deron

Derfin pun mulai menceritakan mimpi buruk selalu menghantuinya tiga bulan yang lalu, dia sendiri tidak mengerti dengan bayangan seorang wanita yang terus membuatnya depresi.

"Jadi kau tidak tahu siapa dia?" tanya Deron, Derfin menggeleng.

"Jika begitu, kenapa tidak kau cari tahu, siapa wanita itu," jawab Deron memberi saran pada Derfin.

"Iya, daddy benar. Aku akan coba mencari asal usul wanita itu,” katanya menyetujui saran dari Ayahnya.

****

Akhirnya Marissa sampai juga di negara tetangga yaitu London, kota yang besar dan penuh misteri. Tidak jauh beda dengan kota kelahirannya penuh dengan bangunan kuno. Sekarang dia harus mencari alamat yang sudah tercatat di nota ponselnya.

Mudah-mudahan pekerjaan ini memberikan keringanan padanya. Demi melupakan kejadian tiga bulan yang lalu adalah peristiwa paling di bencinya. Kalau sampai ketemu kembali pria gila itu, dia pastikan kehidupannya tidak akan tenang.

Derfin baru saja sampai di apartemen, sungguh berantakan sekali. Kenapa tidak ada yang ingin bekerja dengannya. Tak lama kemudian sebuah bel apartemen berbunyi. Dia pun bangkit dari duduknya beranjak untuk membuka pintu tersebut.

Ketika pintu telah di buka sosok wanita tengah berdiri membelakanginya. Dari kedua bola mata dari pria berdiri depan pintu memperhatikan seluruh tubuh dari atas hingga bawah benar terlihat menggiurkan, namun dia menahankan agar reputasinya aman.

"Cari siapa?" Derfin bertanya dingin sedingin kulkas.

"Maaf, aku datang ke sini untuk melamar pekerjaan—" kata-kata dari wanita itu terputus.

Oh My Lord, ganteng dan brengsek! Kenapa aku harus ketemu dia lagi ... batinnya dalam hati.

"Kau ingin bekerja? Sudah tahu syarat ketentuannya?  Kalau sudah tahu. Sekarang kau boleh bekerja hari ini.  Kau bisa bersihkan terlebih dahulu kamarku saat ini aku membutuhkannya," perintahnya tanpa ada titik koma.

“Maaf sepertinya aku berubah pikiran,” balasnya cepat.

Menghindar lebih baik, Marissa!

"Kalau begitu saya naikkan gajimu menjadi 5 juta dolar. Bagaimana?" desak Derfin. Sementara Marissa tidak memberi respons dia masih bingung antara tertarik dengan gaji atau menghindar dari pria brengsek ini.

Tidak perlu berlama-lama Derfin menarik tangan wanita itu  masuk ke dalam apartemen tanpa menunggu lagi. Spontan wanita itu terkejut atas perilaku kasar, tidak ada bedanya dengan kejadian tiga bulan lalu. Derfin merasa ada aneh, sepertinya ia mengenal wajah wanita di depannya. Tapi entah di mana.

"Ayo! kerja!" bentaknya.

Apaan sih! pria ini. huh. - kesal membatin
Pada akhirnya, Marissa pun membereskan pekerjaan apartemen tersebut.

"Tuan, sudah selesai. Silakan," ucapnya pada pria yang duduk di sofa sedang mengutak - Atik laptopnya.

"Ya, Terima kasih." respons Derfin.

Marissa pun menghindar beberapa langkah untuk tidak bersentuhan pada pria itu. Dia pun kembali menyusun pakaiannya di kamar paling belakang. Tidur di gudang boleh juga tidak masalah baginya, asal gratis.

*****

Re-publish kembali maaf ya...
Aneh ya? Hahahaha....

The Sexy MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang