SM 03.

17K 502 20
                                    

Mohon tinggalkan jejak vote nya... Terima kasih... 😘


⭐⭐⭐⭐

Derfin terbangun karena kehausan, dia keluar dari kamarnya, lalu menuju dapur di bukalah kulkas mengambil segelas botol minuman. Setelah itu dari arah belakang kamar gudang terdapat lampu menyala sangat terang.

Karena penasaran, dia pun melangkah ke gudang itu. Di bukanya, sosok malaikat cantik sedang tidur pulas dengan posisi yang tidak enak di pandang oleh mata.

Dari kaki hingga kepala, pikiran kotor dari otaknya pun muncul rasanya ingin di jamah. Wanita itu berbalik badan, Derfin masih posisinya, perut yang rata dan mulus. Di letakkan botol minuman. Kemudian dia pun masuk secara perlahan. Tutup kembali pintu agar si wanita ini tidak terbangun.

Jika sudah aman, Derfin pun jongkok melihat paras wajah wanita yang ada di depannya. Jari-jarinya sedikit gatal, perlahan dia menyentuh kulit mulus itu.
Dia sedikit horni sendiri, tidak peduli lagi. Dia telah tergoda dengan tubuh pada wanita di depannya. perlahan-lahan dia mulai memainkan dengan jari-jari di bagian sensitifnya, takut terganggu, dia menarik sedikit celana yang melekat itu.

Wanita itu mengerang, Derfin mendecik.

sial! umpatannya.

Perlahan - lahan telah sampai di bagian sensitifnya. Di tekan - tekan. Tidak ada reaksi sama sekali oleh wanita ini. Di elus-elus lalu di gesek-gesek.

Sementara Marissa yang tertidur merasa ada sesuatu mengganjal pada tubuhnya. Dia tidak berani membuka kedua matanya, takut ada serangga yang menempel kelangkahannya.

Tapi makin lama, makin terasa lebih aneh. Kalau serangga menyentuh di bagian pahanya kenapa ini di bagian sensitifnya. Apa serangganya genit, sampai main tekan-tekan dan di gesek-gesek.

Terus Marissa merasa tidak beres dengan bagiannya sesuatu menyentuh tanpa izin. Dia pun memberanikan diri untuk membuka kedua matanya.

"Aaaaa...." Spontan Marissa menjerit bangun menjadi posisi terduduk. Apa yang dia lihat itu bukanlah serangga tapi sosok pria tengah menatapnya penuh nafsu.

"Kau mau apa?" Marissa bertanya kepada pemilik apartemen itu

Derfin seperti pernah mendengar kata-kata itu, tapi di mana. Marissa pun semakin takut. Pria itu menatapnya sangat tajam bagai belati menusuk kulit - kulitnya.

"Maaf kalau aku telah lancang tidur di sini, aku akan pergi ..." Dia bersiap untuk berkemas dan meninggalkan tempat ini.
Tapi sebuah tangan menghalanginya, Marissa merasa waspada kalau pria ini mengingat kejadian tiga bulan yang lalu.

"Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Derfin bertanya kepadanya.

Deg!

Degupan jantung Marissa berdetak sangat cepat, butiran jagung siap meluncur dari samping keningnya.

"Maksud, Tuan? Aku tidak mengerti pertanyaanmu ..." Marissa sangat gugup ketika pertanyaan itu benar-benar keluar dari mulut pria brengsek ini.

"Sepertinya kita pernah bertemu, apa kau mengenalku?" ulangnya lagi.

Marissa semakin takut dan horor, sepertinya butiran bakso sapi sangkut di tenggorokannya.

"Ti-tidak, aku tidak kenal, memang kapan kita ketemu? Aku baru saja kenal Tuan sekarang," jawabnya gugup dan gementar

"Mungkin saja, kita baru kenal sekarang. Tapi aku merasa kita pernah bertemu, apa wajahmu memang pasaran?"

"Ya, bi-bisa saja."

Pria itu pun tidak menanyakan soal tiga bulan yang lalu, dia pergi meninggalkan tempat kamar gudang itu. Sementara Marissa bersandar di balik pintu tertutup dan merasa lega bahwa pria itu percaya omongannya.

"Hampir saja," gumamnya kembali untuk tidur lagi.

Sedangkan Derfin menatap langit kamarnya itu. Dia benar-benar yakin wajah lugu wanita ada di apartemennya sekarang ini pernah melihatnya. Serasa familier sekali wajahnya, ketika dia menyentuh bagian itu.

"Sshh ... apa bukan dia? Tapi ... aku rasa benar dia?" gumamnya bertanya pada diri sendiri

Dia turun dari tempat tidurnya, keluar dan mengecek sekali lagi kamar gudang itu. Dia ragu, tapi kadang penasaran. Mondar-mandir seperti seterika buat dirinya frustrasi.

"Coba saja, kalau bukan dia, terserah. Yang aku pastikan benar orangnya. Tapi bagaimana nanti dia melaporkan pihak berwajib?"

Terdengar suara dari luar, Marissa masih terjaga untuk tidak tertidur. Merasa penasaran dan curiga dia pun mencoba membuka pintu dan di sana bisa melihat kalau pria itu tengah mondar - mandir seperti seterika.

"Tuan, ada apa?" Marissa bertanya kepada Derfin. Sementara Derfin memutarkan badan dan menatap wanita yang tengah berdiri posisi tidak bisa di hindarkan yaitu cara pakaian mengundang bagian bawahnya minta di sentuh.

"Oh Shit! Fuck! Fuck!"

Derfin seperti orang gila membenturkan kepala di atas sofa, apalagi wanita itu tengah berdiri di ambang pintu makin aneh dengan sikap majikannya itu.

Kenapa dengannya? Jangan bilang dia mau bunuh diri karena tiga bulan yang lalu.... Oh tidak jangan ... aku belum siap untuk masuk tahanan! Batin wanita itu.

****

Hahahahaha..... Gimana? Ah uda pernah baca ya kan! Wakakaka

The Sexy MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang