Tak ada seberkas cahaya pun yang menyeruak masuk ke dalam retinaku ketika perban bekas operasi minggu lalu itu mulai dibuka.
Berulang kali kelopak mataku mengerjap. Tak ada yang berubah. Hanya pekat yang menghadang.
Senyum yang tadinya hendak terukir lenyap seketika. Berganti dengan jeritan pilu menyayat hati.
"Tidaaaak ...!"
Napas pendek-pendek memaksa keringat mengalir deras di pelipis. Badanku gemetar hebat. Rintihan getir terlepas dari mulut. Lolongan berlumur duka yang terucap dari bibirku mengundang sebuah rengkuhan erat mengungkung. Menopang seluruh degupan jantungku yang berdetak cepat.
Gelap.
Tak sedikitpun rona yang tampak selain hitam. Isakanku semakin mencengkeram masif badan tegapmu. Menyalurkan semua pedih yang menggunung. "Aku buta."
Kecupan lembut mendarat di keningku. "Aku akan selalu menjadi penerangmu, sayang."
Aku terisak meratapi malam yang tak pernah berakhir.
~☆~
---------------------------------
14.04.2019
A
-----------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Birai Harapan
Short StoryKumpulan drabble ... Tentang cinta dan air mata Tentang langit dan bumi Tentang tanah dan angin Tentang siang dan malam Tentang air dan api Tentang kamu Tentang aku Tentang kita Bunch of ❤ Arundra Hak cipta dilindungi undang-undang.