H

790 79 16
                                    

Yuri duduk termenung sendiri disudut ruangan sebuah cafe, tatapan kosong memandang jalanan yang sedikit basah setelah disiram air hujan, dihadapannya tersaji secangkir kopi yang sudah tak panas lagi namun belum tersentuh sama sekali, musik klasik yang diputar oleh pihak cafe menambah suasana menjadi tambah melankolis.

"Haaah,"

Yuri menghela nafas beratnya mengalihkan pandangannya menyapu seluruh ruangan kembali ia hembuskan nafasnya seolah ingin sesak yang menghimpit dadanya bisa berkurang, tangannya meraih cangkir kopi lalu menyesapnya sedikit dahinya berkerut merasakan kopi yang sudah tak begitu nikmat, ia letakan kembali cangkir kopi itu bermaksud ingin memesan kembali namun tidak sengaja pandangannya menatap seorang yeoja yang baru saja masuk kedalam cafe diikuti oleh yeoja lainnya, mereka bercanda tawa sangat terlihat bahagia dan serasi, Yuri menundukan wajahnya merasakan perih yang menghantam dada.

"Jessica...," lirih dia bergumam.

Kembali ingatan-ingatan juga penyesalan menghantam dadanya membuatnya seakan susah untuk bernafas, dulu dia hanya membuat Jessica menangis, hanya membuatnya sedih dan sekarang disaat melihatnya tertawa karena orang lain mengapa rasanya menjadi sangat sakit.

Disaat Yuri sibuk dengan fikirannya sendiri, tanpa dia sadari sepenuhnya seorang yeoja mendekat dan menyapanya namun tak mendapatkan jawaban darinya membuat yeoja itu duduk dihadapan Yuri begitu saja.

"Ekhem," dehem yeoja itu sengaja di keraskan agar Yuri mengalihkan pandangannya.

Merasa terusik, Yuri mengalihkan pandangannya menatap siapa yang berada di hadapannya.

"Ada apa kau menghampiriku Hyomin ?" tanya Yuri dingin lalu kembali mengalihkan pandangannya ke jalanan.

"Apa kabarmu ?" tanya Hyomin.

Tak mendapatkan jawaban dari Yuri membuat Hyomin menghela nafas namun tak mengurungkan niatnya untuk berbicara dengan Yuri.

"Aku hanya ingin meminta maaf padamu,"

Kembali Yuri tak bergeming tetap diam dengan posisinya, Hyomin tersenyum dia sudah menduga jika Yuri akan bersikap demikian, hening sesaat mereka saling diam terlebih Yuri seolah tidak perduli dengan Hyomin.

"Awalnya, aku dulu begitu tersanjung, terpesona dan sangat menyukaimu...,"  Hyomin memecah keheningan.

Yuri mengalihkan pandangannya menatap Hyomin yang wajahnya kini sudah berubah sendu, Yuri sedikit tertegun melihat mata Hyomin yang sedikit berkaca-kaca.

"Bahkan aku sudah menyayangimu seiring berjalannya waktu, menempatkan namamu di sisi hatiku, kau menghadirkan tawa dan irama dalam hari-hariku, aku mengharapkanmu bahkan aku bermimpi akan bersanding denganmu, aku begitu menikmati hari-hariku bersamamu, tersanjung dengan perlakuan manismu, menikmati setiap sentuhan dan pelukan hangatmu, saat itu aku sadar aku mencintaimu Yul, aku sangat mencintaimu...," Hyomin tersenyum sendu.

"Tapi harapanku sedikit demi sedikit memudar, disaat aku disampingku kau yang selalu menceritakan orang lain, menceritakan bagaimana dia memperlakukanmu, menceritakan bagaimana dia mengurusmu, menceritakan bagaimana saat kau bersamanya, menceritakan setiap detail apapun tentang dia,kau seakan tak tahu bagaimana sakitnya saat itu, meskipun kau tidak pernah merubah sikapmu terhadapku tapi tetap saja rasa sakit itu ada, aku begitu iri dengan seseorang itu, aku begitu ingin menggantikannya melakukan semua hal untukmu, tapi aku tidak mampu Yul, aku hanya mampu menahan semua hingga saatnya aku sudah menyerah," Hyomin mengusap air mata yang dia tahan.

"Aku bukan tidak tahu jika kau memiliki perasaan yang sama dengan ku, aku juga tahu bagaimana kau mengorbankan waktumu untukku, aku juga menunggu kau memberiku kepastian tentang perasaanmu terhadapku, tapi entahlah aku merasa  ada sesuatu hal yang seakan menahanmu mangatakan perasaanmu terhadapku, aku pun paham perhatianmu tidak hanya untukku, hingga akhirnya aku lelah menunggu dan aku lelah merasakan sakit karena perhatianmu terbagi bukan hanya untukku,"

"Hingga akhirnya aku mengenal Jiyeon sahabatmu dan menjadi dekat dengannya, dia yang memberiku suntikan semangat dan menjadi tempat menumpahkan semua keluh kesahku hingga rasa itu sedikit demi sedikit hadir meski tak dipungkiri jika rasaku terhadapmu masih ada juga harapan itu masih membumbung tinggi diangkasa, tapi aku segera sadar jika memilikimu itu suatu ketidakmungkinan jika perhatianmu saja masih terbagi, lalu aku mengikat hubungan berharap semua akan lebih baik lagi,"

"Kesalahanku adalah tidak memberitahumu jika aku sudah bersama Jiyeon dan masih memberimu peluang, aku juga bersalah seolah memanfaatkanmu,haaaah aku lega sekarang bisa mengungkapkan semua terhadapmu, setelah ini terserah kau mau menganggapku apa, dan satu hal kau sebenarnya tidak mencintaiku ada namun hanya sedikit, kau sebenarnya sayang pada Jessica tapi kau tak menyadari semua perasaanmu terhadapnya atau sengaja kau tepis hingga membuatmu lupa siapa yang sebenarnya kau butuhkan dan siapa yang sebenarnya mencintaimu dengan tulus juga rela berkorban, sadarlah orang yang sebenarnya kau butuhkan untuk disampingmu hanyalah Jessica bukan orang lain,"

"Mianhae Yul, jeongmal mianhae, aku pamit,"

Hyomin berdiri dari duduknya meninggalkan Yuri yang masih terduduk diam tanpa bergeming mendengarkan semua cerita Hyomin, lidahanya sudah terlalu kelu mengucapkan kata-kata, dia tidak menyangka bahwa semua yang di lakukan banyak menyakiti orang lain terlebih orang itu adalah Jessica dan Hyomin, orang yang benar-benar menyayanginya dengan tulus.

"Mianhae,"

Tanpa sadar air matanya menetes membasahi kulit putihnya, dadanya semakin sesak diliputi rasa bersalah dan penyesalan yang semakin memuncak.

Setelah sedikit tenang Yuri memilih meninggalkan cafe dan memilih kembali ke apartemen, agar dia bisa beristirahat.

Bukannya Jessica tidak mengetahui jika dia berada di satu tempat bersama Yuri, ingin sekali dia menyapanya Irene pun sudah menyuruh Jessica untuk menghampirinya namun dia urungkan niat itu ketika melihat wajah Yuri yang murung dan juga seperti memikirkan sesuatu, dia hanya tidak ingin mengganggu ketenangan Yuri saat ini.

"Kau masih mencintainya ?" tanya Irene tiba-tiba.

"Huh, nugu ?" Jessica kaget tidak begitu fokus dengan Irene.

"Yuri, Kwon Yuri, kau masih mencintainya ?" Ulang Irene.

"I don't know," jawab Jessica lemah.

"Jika masih mencintainya mengapa kau tak kembali mengejarnya ?"

"Dia memintaku untuk meninggalkannya,"

"Lalu kau melakukannya ?"

"Ini yang kesekian kalinya dia memintaku untuk meninggalkannya,"

"Hanya ragamu yang pergi tapi hatimu masih stay with her,"

Jessica diam, wajahnya kembali sendu diingatkan pada kenyataan bahwa hatinya hanya milik Yuri seorang, meskipun apapun yang dilakukan oleh Irene untuknya hatinya tetaplah milik Yuri seorang tidak mudah menghapus namanya dari hatinya meskipun dengan sadar mengetahui jika Irene juga sedang berusaha mendapatkan hatinya, jika dia jahat dia akan memilih Irene sebagai pelarian cintanya, nyatanya dia tidak sanggup melakukannya karena dia tahu sesakit apa nantinya jika Irene tahu bahwa dia tidak mencintainya, lebih baik begini jujur dari awal meski dia tahu Irene juga akan merasakan sakit yang sama setidaknya dia bisa menahan dan menekan perasaannya agar tidak semakin membesar. Jessica merebahkan kepalanya pada pundak Irene memejamkan matanya untuk nengurangi sesak yang menghimpit dadanya.

"Tenanglah semua akan baik-baik saja," bisik Irene sambil mengusap rambut dan mengecup puncak kepala Jessica.

****

Byun Panda
Jumat, 12 April 2019
Blitar, Jawa Timur

Love is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang