Dia tertawa. Entah itu sebagai bentuk pengalihan atau dia menganggap pertanyaanku bodoh, aku tidak mengerti.
Mataku masih menatapnya heran. Menyalurkan tanda tanya besar yang hinggap di kepalaku. Aku masih sama, hanya bisa diam saat berhadapan dengan dia. Pada waktu yang cukup lama, dia akhirnya menghentikan tawa dan berbalik menatapku. Jangan ditanya bagaimana reaksiku. Aku masih sama. Aulia yang masih kagok saat berhadapan dengan lelaki. Seperti saat ini. Pandanganku cepat-cepat aku alihkan ke arah kucing abu-abu yang selalu terkurung di kandang sepanjang hari.
"Pertanyaannya aneh." dia menimpali.
Alisku otomatis bertaut dan pandanganku kembali ke arahnya. "Aneh gimana?"
"Emang aku kayak cowok yang belum pernah pacaran?"
"Emm..." otakku berputar. Beberapa kali meliriknya untuk mencari jawaban di wajahnya. "Kamu kayak cowok yang pacarnya banyak."
Dan...boom!
Tawanya kembali meledak. Dia kenapa, sih?
"Tau dari mana?" dia mencoba meminta penjelasanku dan tangannya kembali berkutat dengan laptop yang ada di hadapannya.
Aku menaikkan bahu sebagai jawaban. Aku rasa, aku tak perlu mengeluarkan satu atau dua kata untuk menjawabnya. Isi dari ponselnya juga sudah menjawab semuanya. Bukan satu, dua, tiga gadis yang diajaknya untuk bertukar pesan, tapi delapan! Tak ada panggilan sayang atau panggilan mesra lainnya, hanya saja perhatian yang ditunjukkannya untuk gadis-gadis itu membuatku menarik kesimpulan bahwa dia bukan lah laki-laki yang bisa diajak untuk berkomitmen satu untuk selamanya.
"Kalau kamu dilamar cowok saat ini juga, kamu kira-kira bakal nerima cowok itu gak?"
"Tergantung." jawabku cepat.
Dia berdecak lidah. "Jawaban klasik."
Aku hanya menanggapinya dengan tatapan sinis. Enggan meneruskan pembicaraan yang tidak ada alurnya seperti ini.
"Mereka cuma selingan waktu aku bosen. Aku gak tertarik sama yang namanya pacar-pacaran." kali ini dia memilih-milih lagu untuk backsound di video profil buatannya nanti. "Mending langsung nikah. Gak dosa. Ngapa-ngapain aja dapet pahala."
"Kamu ngajakin chatting-an cewek-cewek selama ini udah dosa."
"Iya, aku tahu. Makanya aku lagi cari cewek yang mau diajak serius."
Aku hanya mengangguk-ngangguk mendengar kata-katanya. Ku sambung dengan kalimat, "Good luck."
"Mau, gak?"
Kepalaku tertoleh. Tertarik pada tangannya yang cepat mengotak-atik sebuah video amatir yang durasinya tak sampai sepuluh menit.
"Mau, gak?" tanyanya dua kali. Hampir saja aku melupakan pertanyaan yang dilontarkannya.
"Apa?" jawabku seperti biasa.
"Nikah." dia masih berkutat dengan pekerjaan yang sama. "Sama aku." kali ini matanya mengunci mataku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Walking Stories
RandomWhen you are lonely, those words become friends. |Hak Cipta Terlindungi © 2016|