BUM!
Aku terkejut karena makhluk kecil bersayap langsung memelukku erat. Setelah memelukku cukup lama, lalu makhluk bersayap tersebut memutari badanku dan hinggap ditelapak tanganku.
Setelah ku amati lebih jelas, ternyata makhluk kecil tersebut memiliki wajah yang cantik dan imut, berambut merah keunguan dan memakai gaun yang senada dengan rambutnya. Lalu dipunggungnya terdapat sepasang sayap berwarna ungu dengan gliter putih yang menambah kesan eksotik.
"Peri," ucapku singkat tanpa sadar.
"Apa kau peri yang dulu waktu kecil sering ku tonton di televisi?" tanyaku refleks.
"Tentu saja aku peri, dan kau! maukah kau berteman denganku?" tanya makhluk kecil tersebut dengan suara yang sangat imut.
"Tentu saja, siapa namamu?"
"Sesil, namaku sesil, peri paling cantik dan imut yang ada di Wunderinsel," jawab peri tersebut dengan begitu percaya dirinya.
"Sesil? Nama yang bagus, perkenalkan namaku Lucky," jawabku antusias.
"Lucky Laurence Fisher, kau tidak perlu memberitahukan namamu padaku karena semua penyihir disini juga pasti tahu," jawab Sesil dengan nada ketus.
"Oh ok baiklah," jawabku sembari mencolek pipi mungil sesil.
"Jangan menyentuh pipiku, tanganmu kotor," setelah mengucapkan itu, aku melihat Sesil langsung melesat menuju kamar mandi.
"Dasar peri aneh," gumamku diikuti kekehan kecil sembari menatap setiap inci ruangan ku.
Dengan langkah perlahan, aku menjelajahi kamarku. Kamar ini memiliki ukuran yang sangat besar meliputi : tempat tidur dengan ukuran king size berwarna biru cerah, sofa panjang berwarna biru dengan gradasi warna silver, televisi dengan ukuran kurang lebih 45 inci, beberapa lemari besar dengan warna gradasi biru, silver, cyan, lalu kamar mandi dengan kolam kecil didalamnya.
"Seperti putri didalam cerita dongeng yang sering diceritakan mommy," gumamku yang entah kenapa membuat ku merasa rindu kepada mommy.
"Bagaimana dengan pipiku?" tanya suara cempreng yang langsung menghampiri ku.
"Memang kenapa pipimu?" tanyaku balik.
"KAU TANYA PIPIKU KENAPA? KAU MEMEGANG PIPIKU DENGAN TANGAN YANG KOTOR TADI," teriakan Sesil yang begitu keras dan cempreng seketika memenuhi seluruh kamar yang begitu luas.
"Kau hanyalah peri kecil, bagaimana kau bisa berteriak dengan suara seperti itu," tanyaku terkejut.
"Ini adalah salah satu bakat peri, yaitu memengaruhi penyihir melewati suara," jawab nya dengan bangga.
"Apa kau juga akan memengaruhi ku?" aku begitu tidak percaya karena suara sebesar itu hanya berasal dari peri yang memiliki ukuran seperti jari telunjuk.
"Bukan begitu, aku hanya memperkenalkan bakat ku saja, kenapa kau terlalu terbawa suasana, bahkan itu tadi hanya sepertiga dari seluruh suaraku," jawab Sesil dengan nada mengejek dan tentu saja membuat ku takjub untuk kedua kalinya.
"Hm, jika dibanding penyihir, bakat yang dimiliki oleh para peri jauh lebih banyak, bukan begitu?" tanyaku sedikit ragu dengan berusaha mengingat-ingat.
"Kau benar sekali, jika kau membaca buku tentang peri, kau akan menemukan kisah dimana seorang peri kecil mampu mengalahkan penyihir berbadan besar," jelas Sesil dengan sangat serius, dan itu membuat dirinya yang kecil menjadi lebih imut dari sebelumnya.
"Lebih banyak penyihir berbadan besar tetapi memiliki pemikiran rendah," tutur Lucky yang diberi anggukan oleh Sesil.
"Di istana ini ada berapa peri? Apakah hanya kau?" tanyaku kepada Sesil yang saat ini duduk di daun telingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY'S ACADEMY (END)✔️
FantasyDibalik kehidupan yang normal, terdapat sebuah kehidupan lain yang belum kita sadari. Kehidupan yang dimaksud ialah Wunderinsel. Kehidupan dengan segala keindahan dan kemakmuran. Kehidupan yang dihuni oleh para penyihir. Dan, seorang gadis bumi...