14

20.3K 1.3K 8
                                    

Prit... prit... prit

"Baiklah anak anak, pertandingan akan segera di mulai. Saya akan memanggil 2 nama untuk maju ke area pertandingan," Ucap seorang dewan academy yang menjadi panitia dalam acara ini.

Menurut ku, acara ini seperti acara sungguhan bukan hanya sebuah praktek. Aku rasa semua orang disini merasa deg deg an dan juga penasaran, siapakah yang akan bertanding pertama?

"Maggie dan Belle, silahkan memasuki area pertandingan," Ucap penitia itu yang membuat semua mata menuju ke arah Maggie dan Belle.

"Kenapa aku harus melawan dia?" Tanya Belle dengan nada malas.

"Kalau kau takut bilang saja," Jawab Maggie sinis seraya berjalan menuju area pertandingan.

"Sudahlah, semuanya semangat," Ucap ku dan Stefani seraya bertepuk tangan kecil.

Maggie dan Belle saat ini sudah berada di area pertandingan, mereka berdua saling menatap dengan tatapan yang penuh dengan kebencian. Aku pun heran mengapa Maggie yang biasanya ramah bisa menatap Belle dengan tatapan mematikan seperti itu.

"Baiklah, pertandingan dimulai. 1...2...3,"

Prit... prit... prit

Pertandingan sudah dimulai, aku melihat Belle yang sudah siap untuk menyerang Maggie. Belle mulai mengeluarkan angin dari telapak tangannya. Angin itu kecil tapi semakin lama semakin besar, lalu secepat kilat menuju ke arah Maggie.

Aku tidak tahu apa elemen yg dimiliki Maggie karena ia mengenakan seragam dengan rok berwarna coklat. Mungkin saja itu elemen langkah.

Saat angin yang akan menyerang Maggie semakin mendekat, Maggie tetap dalam keadaan diam dan tenang. Aku melihat angin itu sudah menyerang Maggie, tetapi tiba tiba saja angin itu lenyap tanpa melukai tubuh Maggie sedikit pun.

"Waw, sangat hebat," Ucap banyak orang yang berada disana dengan tatapan kagum dan terkejut.

"Bagaimana bisa?" Ucap Belle terkejut yang langsung membuat semua orang yg berada disana menatapnya, termasuk juga aku.

"Apakah kau tanya bagaimana bisa? Tentu saja karena kau lemah," Jawab Maggie dengan tersenyum devil.

"Sialan," Ucap Belle yang langsung mengeluarkan angin tornado nya. Tetapi aneh nya Maggie dengan mudah membalikkan serangan itu kembali pada Belle.

Belle terlihat seperti terkejut, mungkin karena serangan nya berbalik arah. Saat angin tornado itu akan mengenai Belle, tiba tiba saja sebuah beruang putih datang entah dari mana dan langsung menjadi perisai bagi Belle.

"Apakah itu patner Belle?" Tanya semua orang kebingungan, termasuk juga aku.

Beruang itu segera berlari menyerang Maggie sampai tubuh Maggie terpental jauh. Aku yang melihat itupun merasa sangat khawatir dengan keadaan Maggie. Tetapi Stefani selalu menggenggam tanganku yang membuat ku merasa tenang.

Saat beruang itu akan menyerang Maggie lagi untuk yang kedua kalinya, tiba tiba saja keluar lah seekor elang besar yang langsung segera mengangkat beruang tersebut menggunakan paruhnya. Hal tersebut sukses membuat semua orang yang berada di sana dibuat kagum dengan patner Maggie.

Lalu aku langsung mengalihkan pandanganku dr elang tsb ke arah Maggie, dan ternyata Maggie sudah bersiap untuk memberikan sebuah serangan ke Belle. Serangan tersebut ternyata adalah sebuah cahaya yang berasal dari sarung tangannya, cahaya tsb langsung menuju Belle dan membuat Belle terpental jauh, lalu tidak sadar kan diri.

Aku yang melihat Belle yang terpental jauh pun reflek berlari menuju Belle yang berada tidak jauh dariku. Saat aku sudah sampai ke tempat Belle, aku langsung menaruh kepala Belle di atas paha ku, dan tanpa ku sadari, air mata ku merembes keluar. Lalu datanglah beberapa perawat yang langsung mengangkat Belle dan membawa nya pergi.

"PERTANDINGAN DIMENANGKAN OLEH MAGGIE," Suara itu membuat semua orang yang ada di sini memberi tepuk tangan untuk Maggie.

Lalu aku tidak sengaja melihat ke arah Maggie yang ternyata sedang tersenyum licik dengan raut puas yang menghiasi wajahnya.

"Selanjutnya, Lucky dan Stefani," Suara itu langsung membuat tubuhku menegang. Bagaimana tidak, aku harus mengalahkan sahabat ku sendiri. Aku rasanya sudah tidak sanggup.

"Lucky, saat disana kita bukanlah sahabat yang saling melindungi lagi, ingat itu," Ucap Stefani seraya menepuk bahuku dan tersenyum ramah. Aku pun juga ikut tersenyum mendengar kan ucapan Stefani .

Akupun segera menuju ke area pertandingan bersama Stefani. Semua orang memandang seperti ku aneh, mungkin saja aku memang aneh bagi mereka.

"Pertandingan di mulai, 1...2...3,"

Prit...prit...prit

Aku melihat Stefani mulai menggerakkan tangannya, lalu tiba tiba terjadi gempa dan tanah dibawah ku seolah terbelah menjadi dua. Aku yang terkejut pun hanya bisa menghindar. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan.

Lalu aku melihat Stefani terbang menggunakan sapu nya dan langsung menuju ke arah ku. Stefani akan menyerang ku tapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku pun segera memejam kan mata dan membayangkan sapu yang dinaiki Stefani jatuh, lalu aku menggerakkan tongkat ku dan......

BRAK

Suara itu membuat ku reflek membuka mata, dan aku melihat Stefani yang jatuh dengan sapu nya. Stefani yang terlihat sangat marah pun segera menggerakkan tangannya ke bawah, lalu keluarla bola bola tanah dengan ukuran besar, bola tersebut langsung mengampiri ku dengan cepat. Aku yang terkejut pun hanya bisa menutup mata, lalu tiba tiba terdengar suara. Ctarrr.... dan saat aku membuka mata, ternyata batu itu sudah hancur.

"Perisai yang baik kawan," Ucap Stefani yang langsung menggerakkan tangannya untuk menyerangku.

Aku yang masih bingung dengan ucapan Stefani hanya bisa diam. Perisai? Aku tidak punya sebuah senjata berupa perisai. Lalu tiba tiba sebuah bola tanah berukuran sangat besar membuat tubuhku terpental.

Stefani pun langsung menghampiri ku, dengan bola tanah kecil tetapi berwarna merah, dan sepertinya itu bola tanah api. Saat Stefani akan menyerang ku dengan bola itu, aku langsung segera menahan tangannya. Setelah itu aku langsung berdiri dan membayangkan sebuah jarum es muncul dan mengenai tubuh Stefani, lalu tiba tiba Stefani berteriak kesakitan.

"AAHHH," Ucap stefani kesakitan. Setelah itu, sebuah kupu kupu cantik berwarna putih muncul dan langsung membuat serangan ku hancur dan membuat luka pada tubuh Stefani hilang tak berbekas.

Stefani pun hanya tersenyum, karena tidak mau menyia nyiakan kesempatan, Stefani pun langsung menyerang ku dengan jarum tanah seperti diriku, tetapi lebih besar dan lebih tentunya lebih banyak. Aku segera menghindar. Tetapi naas, lenganku tergores, kaki ku juga tergores, lalu dahi ku juga tergores.

"Jarum beracun," Ucap stefani dengan senyum liciknya, setelah itu aku pun merasa kepala ku sangat sakit. Dan tiba tiba semuanya menjadi gelap.

Halloo, jangan lupa beri vote biar author semangat update nya.

RUBY'S ACADEMY (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang