RADHEIRA 24

491 15 0
                                    

'Terserah kau mau tetap dekat dengan ku atau tidak setelahnya. Jika mau,maka menetaplah. Jika tidak, pergilah.'

*****

Gue gamau Lo celaka

Gue gamau Lo celaka

Entah sudah berapa kali kalimat itu menari nari di pikirannya, memenuhi isi kepalanya, dan mengisi seluruh ruang dalam otaknya. Apa kalimat itu sebenarnya punya mantra yang membuat dirinya seperti ini? Ah Dheira memang sering mengada ngada!

Kalimat itu sebenarnya hanya sebuah kalimat. Empat kalimat yang sangat terngiang didalam pikirannya saat ini. Empat kalimat namun jika ditelurusi bisa membuatnya tidak ingin berhenti. Dan Dheira paham kenapa selama ini jantung nya mendadak tidak beres jika sudah berada disamping lelaki itu, yah Dheivin berhasil membuat nya jatuh.

Hina saja dirinya saat ini, caci saja dirinya saat ini. Dheira tidak mengelak jika ia munafik. Dulu ia benar² anti dengan lelaki itu, mengabaikan setiap apa yang lelaki itu lakukan dan katakan. Namun sekarang? Keadaan sungguh berbalik. Rasanya Dheira ingin mengetahui lebih jauh sikap Dheivin, menelusuri sebenar benarnya hidup lelaki itu, dan yang pasti membuat lelaki itu tidak lagi dicap buruk oleh semuanya. Dan Dheira sangat yakin dengan semua itu.

Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam, namun seseorang yang sangat Dheira tunggu belum juga datang. Dheira berjanji pada dirinya jika ia telah mengetahui alasannya, dan jika memang benar alasan itu sangatlah parah maka Dheira tidak akan menjauhi Dheivin. Dheira justru punya tugas, tugas untuk mengubah pandangan buruk tentang Dheivin.

Dheira seketika berdiri dari duduknya ketika mendengar bunyi suara motor trail milik Dheivin. Jelas Dheira sudah hafal, kan beberapa hari belakangan ini lelaki itu selalu mengantar jemput dirinya.

Dheivin menyerngit heran ketika melihat Dheira sudah berdiri di depan pintu dengan tangan menyilang di dada. Rupanya gadis ini memang benar² tidak mengetahui tentang masalahnya. Masalah yang sebenarnya tidak ingin kembali Dheivin bahas.

"Ngapain diem disitu?" Tanya sang pemilik rumah

Dheivin berjalan mendekati Dheira. "Lo perhatian apa cuma mau tau ajasih?"

Pedas. Perkataan Dheivin begitu pedas. Sekarang bukan lagi Dheira yang berburuk sangka kepada Dheivin, melainkan sebaliknya.

Gadis itu memberengut kesal. "Kok sekarang malah elo yang punya pikiran buruk tentang gue sih?!" Dheivin terdiam.

"Gomene. Yuk masuk" lelaki itu meraih tangannya dan mengajak Dheira untuk segera duduk. Karena Dheivin tau pasti kaki Dheira sakit jika terus berlama² berdiri.

"Yang punya rumah ini gue kali" cibirnya, namun tetap menurut juga untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu rumah gadis itu.

"Lo sendiri?"

"Iyah gue sendiri. Udah lama jomblo" jawaban konyol. Maksud Dheivin bukan seperti itu.

Lelaki itu pun tertawa. "Kok malah ketawa sih? Gausah ngeledekkk!"

"Maksud gue bukan itu"

"Terus maksud Lo apa?"

"Maksud gue dirumah Lo sekarang lagi sendiri? Emang Bang Rival kemana?" Dheira tersenyum malu. Bisa bisanya ia gagal fokus.

"Mangkanya kalo ngomong tuh yang jelas! Lo ngomong patah patah." Ucapnya tidak mau kalah.

"Pahami lawan bicara mu"

"Iyah iyah! Yaudah cepet jelasin semuanya ke gue" Dheira sudah tidak sabar

Hening. Dheivin tidak menggubrisnya sama sekali.

RADHEIRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang