Chapter 28

3.5K 141 0
                                    

Aku berdiri di jendela dalam kamar yang melihat luas halaman rumah ayah, rumah ini terlalu luas untuk halaman dan beberapa permainan anak kecil disana. Kata ayah halamannya suka dipakai anak-anak tetangga, itupun disuruh oleh ayah karena ayah sendiri suka dengan anak kecil.

Ini masih pagi, udara disini masih sangat sejuk. Matahari belum terlalu muncul, aku menarik nafas dan menghembuskannya, rasanya ini berbeda. Hidup baru.

"Kamu sudah bangun?" ujar Brooklyn dengan uapan dimulutnya.

"Dari tadi" jawabku tanpa melihatnya.

"Ini masih pukul tujuh pagi, Gabriel, apa ada yang kamu pikirkan?" tanyanya.

"Tidak, aku hanya suka udara dipagi hari" jawabku tersenyum padanya.

"Aku kira kamu sedang memikirkan Freddie, tapi baguslah kamu sudah lupa. Aku ingin ke kamar mandi, lalu kita pergi jalan-jalan" ocehnya.

Freddie sudah menetap di pikiranku, Brook... Tidak akan terlupakan.

Aku baru ingat untuk memberti tahu ibu kalau aku sudah disini, di rumah ayah. Aku juga akan memberi tahu Freddie kalau aku sudah sampai. Aku buka laptopku dan ku kirimkan e-mail ke kak Terresa dan Freddie. Tak lama kemudian Brooklyn selesai mandi dan dia juga sudah berpakaian, aku menutup laptopku dan segera mandi.

"Gabriel, apa sudah bangun? Ayah hanya ingin mengingatkanmu untuk sarapan" ujar ayah sembari mengetuk pintu dari luar.

"Sudah ayah, ya aku akan menyusul"

Aku segera mandi dan berpakaian setelah itu menyusul ke meja makan bersama Brooklyn. Dan seperti semalam makanan begitu lengkap di atas meja, entah siapa yang memasak atau ayah beli tapi ini sungguh aneh. Aku duduk samping Brooklyn, ia tampak manis dengan mengikat rambutnya.

"Bagaimana dengan tidur kalian? Apa tempatnya nyaman?" Tanya Ayah memecah keheningan.

"Sangat, aku akan betah disini, iya kan Brook?"

"Ya benar" jawab Brooklyn tersenyum lebar.

"Oh iya, Gabriel, apa kamu sudah membereskan semua pakaianmu dan memasukannya ke dalam lemari?" Tanya Ayah.

"Iya... ku rasa baru setengah"

"Oke baiklah, karena Ayah sudah membelikan beberapa pakaian untuk kamu" kata Ayah sembari menyendokan supnya "dan tentu untuk kamu juga" Ayah menunjuk Brooklyn.

"Maksud, ayah? Pakaian baru?"

"Iya sayang, karena kamu berhasil masuk universitas yang ayah mau"

"Ayah serius? Terima kasih!"

"Sama-sama sayang, dan ayah juga sangat berterima kasih padamu, Brooklyn mungkin tanpa kamu, Gabriel tidak akan sampai"

"Iya Paman, terima kasih juga dengan pakaian baru untukku" jawab Brooklyn tersenyum.

Aku tidak ingin ini cepat berakhir, aku segera menghabiskan sup jagung yang masih hangat ini, Ibu pernah membuatnya namun buatan Ibu jauh lebih enak. Dan ya... aku merindukan masakannya.

"Ayah akan membaca koran sebentar, jika butuh apa-apa kamu bisa panggil ayah atau paman Joey" ujar ayah sembari meminum kopi hangatnya.

Selesai sarapan, aku dan Brooklyn pergi ke halaman rumah ayah. Banyak anak kecil yang sedang bermain disini, mereka sangat lucu dengan rambut mereka yang berbeda-beda.

"Brooklyn.." sapaku "bagaimana jika kita pergi menemui pacarmu?"

"Apa maksudmu?" Brooklyn bingung.

"Hahaha.. jangan berpura-pura tidak tahu, ayo pergi menemui pacarmu, aku tahu jika kamu sangat merindukannya" jelasku pendek dan tersenyum.

"Kamu yakin? Lalu bagaimana dengan ayahmu?"

Nerd GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang