~Setelah Ayah Pergi

200 13 0
                                    

Ayah
Kini aku berusaha tegar dan rela melepaskanmu disisi Nya
Namun aku pun tak dapat berdusta,jika aku sangat merindukanmu*

***

Baru beberapa minggu ayah pergi,tapi aku sangat merindukannya,aku merasa kehilangan sosok dirinya.

Yg biasanya nganterin aku sekolah,yg biasanya bantuin aku nyelesain tugas,yg biasanya nyuruh aku makan,yg biasanya memberikan nasihat nasihat baik,kini telah berpulang pada yg Kuasa.

Begitupun dengan Bunda,belakangan ini ia sering melamun,entah ia sedang memikirkan apa. Tapi terkadang aku mencoba untuk menghiburnya. Belakangan ini juga Bunda jarang keluar rumah,ia lebih sering di dalam rumah.
Terkadang aku mengajaknya untuk pergi ke rumah nenek atau Tante Mala,sekedar untuk menghibur saja,agar Bunda tidak terlalu larut dalam kesedihannya.

Saat ini juga Bunda sedang di kamar,ia sedang merapikan baju dan barang barang Ayah. Bunda tidak ingin barang barang tersebut diberikan kepada orang lain,bahkan Bunda melarang orang lain menyentuh barang itu selain aku dan keluarga.

Setelah Ayah pergi,semuanya berubah 180 derajat. Rumah menjadi sepi. Jujur,setiap malam,aku selalu menangis dalam diam di pojok kamarku sambil menatap foto Ayah,aku dan Bunda. Aku merasa kesepian dengan kepergiannya.

Andai waktu bisa diputar kembali,mungkin saat Ayah berangkat,aku melarang keras agar ia tidak jadi berangkat. Tetapi bagaimanapun juga Ayah tetap bersikeras untuk pergi

Ayah,ku harap kau tenang di alam sana. Aku dan Bunda akan selalu mendoakanmu disini.

Ku ketuk pintu kamar Bunda dan mengucapkan salam,setelah mendapat izin dari Bunda untuk masuk,aku langsung masuk dan menghampiri Bunda yg kini tengah duduk di tepi ranjang

"Kamu kapan mulai masuk SMP Rif?" Tanya Bunda

"Dua hari lagi Bun" jawabku singkat

Ku lihat Bunda menghela napas pelan,"Rif,mungkin Bunda buka toko sembako aj ya disamping rumah,kebetulan ada ruangan kosong juga,nanti tinggal di dekor aj. Tadinya si Bunda mau berangkat ke Jakarta,nerusin toko Ayah,tapi Bunda berpikir dua kali,pasti kamu gak mau ditinggal Bunda untuk sekarang ini. Jadinya Bunda buka toko sembako aj di sini. Kamu setuju gak Rif?" Tanya Bunda

"Rifa setuju banget Bun,biar Bunda punya kesibukan juga. Ia Bun,Bunda jangan pergi tinggalin Rifa,Ayah udah pergi,trus Bunda juga mau pergi ke Jakarta ninggalin Rifa disini."

"Iya,Bunda gak akan ninggalin kamu Rif. Rifa sayang sama Bunda kan?"

"Sayang banget Bun!" Bunda memelukku sangat erat.

"Rifa jangan nakal sama Bunda ya,Ayah udah gak ada. Inget pesan Ayah waktu masih ada"
Bunda mengelus pelan puncak kepalaku

"Iya Bun,Rifa gak akan nakal,Rifa bakal buat Bunda bangga. Bunda seneng gak punya Rifa?"

"Ya seneng lah,Rifa kan anak Bunda satu satunya" ucap Bunda bangga.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.

***

Sinar matahari masuk dengan bebas ke celah celah jendela kamarku. Aku mengerjapkan mata saat sinar tersebut berhasil menusuk mata. Aku langsung terbangun dan duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawa kemudian bangkit dan masuk ke kamar mandi.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk SMP. Aku merasa sangat senang,tidak terasa aku sudah menginjak remaja. Setelah rapi,aku langsung turun menghampiri Bunda di meja makan.

Pagi pagi Bunda sudah bangun dan seperti biasa,ia menyiapkan sarapan untuk aku. Seusai sarapan,aku langsung berangkat diantar Bunda menaiki motornya.

Hening. Satu kata yg bisa menggambarkan suasana di perjalanan,tidak ada obrolan antara aku dan Bunda. Hanya ada suara deru motor yg dikendarai Bunda.

Tidak butuh waktu lama,motor Bunda telah berhenti di depan gerbang sekolahku. Aku langsung turun dari boncengan motor Bunda dan berpamitan.

"Bun,Rifa sekolah dulu ya,Assalamualaikum" pamitku sambil mencium punggung lengan Bunda

"Iya,belajar yg bener ya,nanti Bunda jemput lagi,waalaikumsalam. Bunda pulang dulu ya Rif" ucap Bunda

"Iya Bun,hati hati"

Bunda langsung menjalankan gas motornya dan melaju pergi.

Saat hendak memasuki gerbang,ku lihat ada seorang anak perempuan seumuranku,dia diantar oleh ayahnya. Ku lihat dia sedang berpamitan dan hendak masuk,lalu ayahnya mengacak pelan rambut anak tersebut. Aku hanya tersenyum miris,dulu aku juga berada di posisi yg sama dengan dia,sebelum masuk kelas,Ayah selalu mengacak pelan rambutku. Tapi kini...sudahlah,aku tidak ingin berlarut larut dalam kesedihan,aku harus bangkit,aku ingin sekolah tinggi dan menggapai cita citaku,agar ayah senang disana.

Aku kembali melanjutkan langkahku menuju kelas. Di sana sudah ada beberapa teman baruku. Alya juga sekelas lagi denganku.

***

Holaaa!! Author update lagi nih! Semoga kalian suka ya,walaupun agak pendek si!
Maapken author ya yg suka buat kalian nunggu:v.

Budayakan vote and comment setelah baca:)) share juga boleh kok kalo kalian suka:)

Follow my ig: dilafzhh_
Kepoin juga boleh kok:))

See you next time guys!
:*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ayah Aku RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang