#06 Gangguan Kecil

17 5 11
                                    

Semenjak berita bahwa Angel bunuh diri karna depresi. Kehidupan sekolah Aria menjadi sangat tenang, walau belum sepenuhnya tenang.

Seperti sekarang contohnya. Lokernya penuh dengan berbagai surat dan hampir semuanya berwarna merah muda, terkecuali sebuah surat berwarna hitam yang sedikit menarik perhatiannya.

Aria pun membuka dan membaca surat itu. Dan isinya hanya sebuah kalimat yang menurut Aria sedikit aneh. 

「 Lain kali cobalah untuk tersenyum 」

Dengan anggapan bahwa surat itu hanya sebuah surat yang di buat untuk iseng, Aria membuangnya ke tempat sampah. Tanpa tau bahwa ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan.

Aria memasuki kelasnya seperti biasa dan juga dengan sebuah coklat tersampir dimejanya. Coklat itu sudah terbungkus dengan rapi dan indah. Namun, ada satu hal yang pengirim itu tak tahu.

Aria Benci Dengan Coklat.

Dan segera setelah ia meletakkan tasnya, Aria pergi keluar lagi untuk membuang coklatnya ke tempat sampah.

' Sama seperti surat tadi. Tak berguna. '

Dengan santai Aria masuk ke kelasnya lagi dan duduk di kursinya.

Harinya berikutnya entah kenapa masih ada banyak surat dilokernya walau Aria sudah membuangnya selepas pulang sekolah.

Dan lagi, ada sebuah surat berwarna hitam yang mencolok diantara surat lainnya. Dengan malas Aria membaca surat itu lagi.

「 Kau ini tak bisa sedikit tersenyum ya ?」

Sama dengan hal yang Aria lakukan terakhir kali, ia membuang surat itu lagi ke tempat sampah.

Hari berikut dan berikutnya surat berwarna hitam terus ada dilokernya dan bahkan bertambah banyak. Tak peduli berapa seringnya Aria membuang surat itu.

Dan sekarang kesabaran Aria sudah habis, ia pun mengambil acak surat hitam itu dan membukanya.

「 Temui Kami Di Belakang Sekolah Setelah Bel Pulang Berbunyi. 」

' Kami ? Berarti bukan satu orang. '

****

Sekarang Aria sudah berada dibelakanh sekolah, menunggu si pengirim surat hitam itu. Kenapa ia sendiri ? Karna lagi-lagi Rion ada rapat OSIS.

Setengah jam sudah berlalu dan pengirim surat hitam itu belum datang juga. Matahari pun saat ini sedang bersembunyi dibalik awan entah karna apa.

' Ini sama saja menunggu Rion selesai rapat. '

Sembari menunggu, Aria meminum susu kotak rasa coklat yang ia beli tadi. Selang beberapa menit kemudian datang tiga orang laki-laki yang menuju ke arahnya.

Masing masing dari mereka bersurai hitam, tosca, dan coklat.

" Apa kalian yang mengirim surat hitam itu ? " Tanya Aria dengan ekspresi datar.

" Bisa kau ikut kami ? It's uncomfortable here. " Tanya seorang bersurai coklat.

" Di surat tertulis untuk bertemu di sini. Jadi, apapun alasanmu aku tak mau. " Ujar Aria.

Sang laki-laki bersurai coklat ingin berkata lagi namun pemuda bersurai tosca menghentikannya.

" Apa kau tahu ? " Tanya pemuda bersurai hitam.

" Kalian belum memberi tahuku jadi aku tak tahu. "

" Perempuan sialan !! "

Bersurai coklat hendak memukul Aria namun dengan mudah Aria menahan tangannya. Dan dengan sengaja Aria memelintir tangan si pemuda.

" Ups, tanganku licin. Aku tak sengaja. " Ujar Aria dengan nada datar.

Kedua temannya pun menghampirinya. Seketika Aria mendapatkan tatapan tajam dari kedua pemuda lainnya.

" KAU ! KARNA KAU ANGEL MATI ! " Bentak Pemuda tosca yang sejak tadi diam saja.

" Bukannya dia mati karna depresi ? Lalu apa hubungannya denganku ? "

Aria bertanya tanpa rasa bersalah, karna ia memang tak bersalah. Bahkan Aria menyebut Angel dengan kata  ' ia ' dan tak menggunakan kata meninggal tapi mati.

" Semua itu berawal semenjak Angel mengenalmu. " Ucap pemuda bersurai hitam.

Aria yang masih bingung pun bertanya apa maksudnya dan pemuda itu menjelaskan kejadian yang menurutnya sedikit ganjil. Setelah mendengar penjelasannya Aria hanya bisa terdiam.

' Hanya ada satu orang yang bisa melakukan hal serinci itu. '

Karna sibuk dengan pikirannya, Aria tak sadar bahwa ada tendangan yang mengarah padanya. Karna ia terlambat menyadarinya, Aria terpental sampai mengenai pohon yang berjarak setengah meter dibelakangnya.

" Uhuk .. "

Aria sedikit terbatuk-batuk dan dari ujung mulutnya mengeluarkan darah.

' Tendangannya cukup kuat memang. Tapi, kalau dibandingkan dengan Rion itu tak ada apa apanya. Kalau Rion di sini mungkin akan lebih berbahaya. ' Batin Aria sambil tersenyum kecut.

" Apa yang terjadi di sini ? "

Deg !

Sesaat rasanya jantung Aria berhenti berdetak. Ia menoleh ke asal suara tadi dan melihat pemuda yang amat dikenalnya.

Bukan senyuman secerah matahari yang ada diwajahnya hanya ada sebuah wajah datar dengan tangan yang mulai merogoh kantong jasnya.

" Apa yang mereka lakukan padamu Aria ? "

Rion mengeluarkan sesuatu dari kantong jas miliknya. Sebuah benda tajam yang cukup mudah dibawa. Ya, Rion mengeluarkan sebuah cutter. Yang langsung membuat ketiga pemuda didepannya terkejut.

" Kalian cepat pergi dari sini .. " Lirih Aria.

" Jangan bercanda. " Ujar pemuda bersurai coklat.

" KU BILANG CEPAT PERGI DARI SINI !! "

Setelah mendengar bentakkan Aria, ketiga pemuda itu pun menurut dan pergi dari tempat ini dengan cepat.

Rion yang melihat itu pun mencoba mengejar, sebelum sebuah tangan mungil menahannya. Namun hal itu tak berpengaruh padanya. Rion langsung menghempas tangan mungil itu dengan kasar.

Membuat Aria jatuh terduduk dan langsung terbatuk-batuk dengan darah yang keluar dari mulut mungilnya.

Rion yang sadar dengan apa yang dilakukannya langsung berbalik dan memeluk Aria sembari meminta maaf.

" Apa kau baik baik saja ? " Tanya Rion lembut.

" Aku baik baik saj––Akh !! "

Rambut Aria ditarik kasar ke belakang oleh Rion. Setelah itu tangan kanannya yang sebelumnya menangkup tubuh Aria kini beralih ke lehernya dengan cutter yang entah kapan sudah ada di sana. []

» " Lain kali akan ku hukum kau kalau menyuruh Tikus seperti mereka kabur. " «

To Be Continue ...

Ray & Rain

「 Flaws And Perfection 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang