Siang itu butiran salju masih mengguyur Seoul, membuat tumpukan salju sedikit menggunung pada beberapa tempat. Yeseul si gadis pemilik Death Pen itu segera mengeratkan mantel bulu kala dirinya mulai menginjakkan kaki di jalanan menuju halte bus.
Hari ini ia menempati janji kencan dengan kakaknya walau sekadar hanya makan siang bersama, lalu Yeseul akan mengekori kakaknya -Kim Seokjin- ke kantor kepolisian tempat sang kakak bekerja.
Dengan sabar ia duduk menunggu bus yang akan membawanya ke kantor kepolisian Seoul. Sesekali matanya melirik ponsel yang ada pada genggamannya, khawatir ada pesan dari sang kakak yang membatalkan kencan hanya karna ada kematian baru ulah pemegang Death Pen kedua.
“Aku akan sampai ke kantormu dalam beberapa menit. Tunggu aku!” begitu isi pesannya sebelum kakinya melangkah memasuki pintu bus.
-
Tatapan mata pria yang baru memasuki bus itu menyita perhatianku. Bagaimana tidak, mereka berdua terlihat memberi kode satu sama lain sambil sesekali memperhatikan gadis yang duduk di depanku.
Oh, pria itu mulai berjalan kearahnya. Apa mungkin mereka pria cabul yang ramai akhir-akhir ini?
“Permisi, apa bangku ini kosong?”
Sosok gadis di depanku itu mulai mengalihkan pandangannya dari layar ponsel dan menatap ramah ke pria yang bertanya padanya.
Cih, padahal bangku di sebelah temannya itu kosong, aku yakin dia salah satu pria cabul itu.
“Maaf, tapi ini bangku milikku.” Aku yang tanpa aba-aba langsung berdiri dan menghampiri mereka
“K-kau siapa? Tadi bangku ini kos—”
“Dia kekasihku.”
Jawaban spontan yang keluar dari mulutku langsung membuat gadis itu serta pria cabul tersebut menganga menatap tak percaya ke arah ku. Tanpa perintah segera kujatuhkan bokong pada bangku di sebelah sang gadis yang detik ini pun masih menatapku heran, sementara pria tadi terlihat menghampiri temannya yang disambut raut wajah kecewa dari pria itu.
“Apa aku mengenalmu?” tanya gadis itu memulai percakapan.
“Tidak.”
“Lalu kenapa kau mengaku sebagai kekasihku… ”
Aku memotong perkataan gadis itu dengan menghembuskan napas kasar. “Aku pikir kau temanku, sekilas tadi kalian terlihat mirip.”
Gadis itu tertawa mendengar jawabanku. “Akhir-akhir ini aku selalu bertemu orang gila. Kurasa aku terkena kutukan atau semacamnya.” ujarnya kemudian dengan bahu yang agak dinaikkan.
Bagus sekali Jeon Jungkook, kau telah menolong seseorang yang menggangapmu gila..
.
.
.
“OPPA!!” aku melambaikan tangan ke arah seseorang yang ku ketahui dia adalah kakakku, Kim Seokjin.
“Oh Seul-I neo wasseo?” ujarnya tepat di depanku.
Aku mendengus kasar, “Apa-apaan pertanyaanmu itu. Tentu saja aku datang, aku tepat berdiri di depanmu sekarang.” Dia memang seperti itu, basa-basinya terlalu basi, kurasa.
Sembari mengacak rambutku, dia tersenyum. Kakakku benar-benar tampan dan tipikal boyfriend material, Sowon Eonnie benar-benar beruntung memiliknya.
“Aigoo, apa kau benar-benar adikku? Kenapa kau cantik sekali.”
“Oppa!” aku mengerucutkan bibir, pujiannya kini benar-benar terdengar berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Pen -KTH-
Tajemnica / ThrillerPara penjahat tiba-tiba mendadak mati dengan setangkai Lily di genggaman mereka. Jadi siapa yang membunuh? Tuhan atau hanya garis takdir mereka yang terlalu sial? Inspired by anime japan "Death Note" ©® hanulproject