LUKI #1

92 7 21
                                    

Yang kubutuhkan saat ini hanyalah pelukan yang memberiku kenyamanan sekaligus rasa aman

-Luki

•••

Dari semua laki-laki yang ada di SMA Dharma Bakti, entah kenapa Luki justru harus berpapasan dengan Bagaskara Adiputra, si playboy mesum di sekolahnya. Dari segi fisik mungkin Luki akui jika Bagas memang menarik, wajah tampan dengan hidung mancung ditambah tubuh yang atletis sukses membuat siswi di sekolahnya menjerit histeris, tetapi dari semua itu nyatanya tidak mampu membuat seorang Luki Hermawan takluk pada pesona si playboy Bagaskara. Dia justru muak dan jijik mendengar rentetan rayuan yang dilakukan oleh Bagas untuk menarik perhatiannya. Seperti sekarang ini, Luki hanya menatap datar pada Bagas yang tengah berdiri di hadapannya sambil memamerkan senyum memikat andalannya.

"Jadi gimana? apa jawaban lo soal kemarin?” ujar Bagas dengan alis terangkat.

"Jawaban gue masih sama seperti kemarin" jawabnya malas, jujur saja dia sudah muak dengan sikap Bagas selama ini.

Bagas melangkah mendekat, matanya menatap Luki dengan tajam "Lo yakin?"

Gadis itu pun berdecih "Kenapa gue harus ragu?"

Tubuh Bagas semakin mendekat, kedua tangannya berada di sisi kanan dan kiri Luki mengurung tubuh gadis itu dalam kungkungannya. Matanya tampak menyeringai sebelum senyum miring tercetak di bibirnya.

Merasakan atmosfer yang buruk di sekitarnya membuat Luki menelan ludah dengan susah payah apalagi setelah melihat senyum miring di wajah Bagas seolah memberitahunya bahwa dirinya sedang dalam bahaya.

"Lo akan menyesal Luki!" desis Bagas di telinganya.

Sesaat kemudian Bagas langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Luki hendak mencium gadis itu, namun dengan cepat Luki segera menghindar dengan mendorong tubuh Bagas untuk menjauh dari tubuhnya. Mata Luki berkilat tajam menatap Bagas yang juga menatap dirinya dengan seringaian yang menakutkan.

"Jangan pernah sentuh gue brengsek!" desis Luki tajam

Seolah tidak mendengar ucapan bernada ancaman barusan, Bagas justru kembali mendekat dan menghimpit tubuh Luki ke dinding, tangannya melingkari pinggang ramping Luki yang terus memberontak, berusaha melepaskan diri dari himpitan tubuh besar Bagas.

Sial ia dalam bahaya!

Bibir Bagas bergerak menyusuri garis lehernya, mengecup ringan disana membuat sekujur tubuh Luki mendadak kaku seolah aliran darah di tubuhnya berhenti mengalir. Tangan Bagas yang tadinya melingkari pinggang Luki kini mulai bergerak turun dan menyentuh bokong Luki sebelum meremasnya. Luki terkesiap hingga secara refleks dia mendorong tubuh Bagas dan melayangkan tendangan ke selangkangan laki-laki itu dengan lututnya, membuat Bagas seketika mengerang kesakitan sambil memegangi area selangkangannya.

"Shiiiit!" umpat Bagas.

"Brengsek lo!" umpat Luki sebelum menyerang Bagas dengan brutal.

Bugh!

Satu bogem mentah sukses mendarat di wajah Bagas membuat laki-laki itu terhuyung ke belakang.

"Lo emang sialan! "

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Luki memukul perut Bagas bertubi-tubi kemudian menusuk rusuk laki-laki itu dengan sikunya, Bagas kembali mengerang kesakitan. Mata laki-laki itu berkilat marah, egonya sebagai laki-laki merasa terlukai karena diperlakukan seperti ini oleh perempuan. Tubuhnya kembali tegak mengabaikan rasa sakit di rusuknya yang masih terasa, berjalan mendekati Luki yang masih terengah-engah.

LUKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang