Ketika mulut tak sanggup berkata, maka biarkanlah mata yang berbicara.-Luki
•••
Wajah cantik itu terlihat sangat serius membaca beberapa kertas yang ada di tangannya, di pangkuannya terdapat sebuah laptop yang menunjukkan sebuah grafik perusahaan tempat maminya bekerja. Sudah berulang kali dia membolak-balikkan kertas yang ada di genggamannya sambil sesekali melihat ke laptopnya, mencocokkan dengan data yang ada disana.Dia membuang napas kasar “Hadeeh bikin pusing aja sih” keluhnya sambil bersandar dipunggung sofa yang sedang ia duduki.
Jelas saja pusing, ini bukanlah pekerjaan yang biasa ditangani oleh remaja tujuh belas tahun seperti dirinya. Pekerjaan ini harusnya ditangani langsung oleh seseorang yang sudah berpengalaman dalam bidangnya, namun bukan Luki Hermawan namanya jika dia langsung menyerah dan tak bisa menyelesaikannya. Ayolah, ini juga demi masa depannya nanti.
“Pusing sayang?” tanya Rita yang baru saja datang sambil membawakan cemilan untuk Luki.
Bibir Luki mengerucut “Mami sengaja ya?” tuduhnya dengan mata menyipit.
Rita tertawa pelan “Iya Mami sengaja, biar kamu paham soal perusahaan dari sekarang”
“Tapi nggak yang rumit juga kali Mi, aku masih pemula masa langsung dikasih yang beginian sih”
“Justru itu, Mami mau tau sejauh mana kemampuan kamu”
Luki memutar bola matanya, kemudian meraih sebuah map bertuliskan Herm’s Corp dan memberikannya pada Rita.
“Mami pasti udah baca laporan itu kan?” Rita mengangguk sebagai jawaban “setelah aku lihat grafik dan laporan itu bisa aku simpulkan kalau dalam enam bulan terakhir ini kondisi perusahaan sedang tidak stabil ditambah tiga bulan terakhir ini perusahaan mengalami sedikit kemerosotan. Tapi disini aku juga menemukan keanehan” dia menatap maminya dengan serius.
“Apa yang aneh”balas Rita dengan wajah yang sama seriusnya.
Luki berdeham “Disini ditulis kalau keuntungan perusahaan mengalami kenaikkan sebesar 20% namun setelah aku kroscek dan hitung-hitung keuntungan yang masuk hanya sebesar 10%. Lalu kemana yang 10%?. Bukankah itu aneh Mi?pasti ada yang nggak beres”
“Maksud kamu ada yang memalsukan data dan mengambil uang perusahaan, begitu?”
Luki mengangguk mantap “Bahasa halusnya, korupsi Mi” jawabnya kalem.
“Akan Mami selidiki dulu, kita tidak bisa menyimpulkan begitu saja harus ada bukti yang kuat untuk membuktikan kalau adanya tindakan korupsi yang dilakukan salah satu staf perusahaan”
“Nanti Luki juga bantu cari tahu”
Rita menggeleng “Tidak usah, biar ini menjadi urusan Mami, kita lihat saja nanti siapa yang sudah berani bermain-main dengan Rita Ravenska”
“Yaaah gak asik dong kalo aku nggak ikut andil di dalamnya”
“Sudah-sudah lebih baik kamu belajar sana”
Luki mengernyit “Terus ini?”dia menunjuk kertas-kertas yang berserakan di meja.
“Biar nanti Mami beresin”
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKI
Teen FictionLuki memang pandai menyembunyikan perasaannya, namun dia tidak dapat menyembunyikan rasa bencinya pada 'orang asing' yang tiba-tiba hadir dan merebut semua perhatian dari orang-orang yang dia sayang. Sebab karena 'dia' Luki merasa dirinya mulai ter...