BAGIAN EMPAT

6 1 0
                                    

Melihat kedatangan Romeo membuat Giselle tak habis pikir, bagaimana bisa dunia seolah terlihat begitu sempit? Ia benar-benar muak jika harus pura-pura bersikap manis di depan lelaki ini. Rafael yang menyadari perubahan raut wajah adik kesayangannya itu langsung meminta ijin untuk meminjam adik kecilnya ini.

“Dad Rafael pinjam Elle sebentar.”

“Untuk apa Rafael? Kita sedang makan, daddy tak mengajarimu menjadi anak tidak sopan bukan?”

“Pinjam sebentar, ada hal penting yang Rafael harus sampaikan.”

“Disini aja apa tidak bisa Rafael?” Kali ini Amanda ikut menimpali, sedang Ananta hanya memerhatikan saja tingkah kedua saudaranya itu. Ia bukannya bodoh jika tak bisa menyadari drama apa yang telah Rafael buat demi menyelamatkan adik kecil mereka.

“Sebentar saja Rafael.” Akhirnya Alfarisi mengijinkan anaknya untuk meninggalkan ruang makan.

Setelah Rafael dan Giselle pergi, Ananta hanya duduk dan melanjutkan makan siangnya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mencuri dengar dengan apa yang sedang dibicarakan oleh daddy dan ‘rekan bisnis’nya itu.

“Nak Romeo harusnya tidak perlu repot-repot ke rumah saya. Bahkan rencananya saya besok akan ke kantor nak Romeo bersama kedua jagoan saya ini.”

“Tidak perlu merasa tidak enak pak Faris toh jadwal saya hari ini juga sedikit longgar, jadi masih bisa untuk berkunjung kesini. Lagi pula kita sedang membahas proyek besar jadi menurut saya, saya memang harus bertemu langsung dengan bapak.”

“Hahahaha, oiya saya hampir lupa mengenalkan nak Romeo dengan anak pertama saya. Ini namanya Ananta Putra Pamungkas, dan saudara kembarnya bernama Rafael Putra Pamungkas mereka adalah penerus saya di Alfarisi corp. Dan anak bungsu saya Giselle Kirana Putri Pamungkas.”

“Romeo.” Ucap Romeo sambil mengulurkan tangan berniat bersalaman dengan Ananta, Ananta sempat berpikir beberapa detik untuk membalas uluran tangan itu sampai lamunannya dibuyarkan oleh suara dehaman daddynya.

“Ananta.” Balas Ananta tak kalah singkat, entah mengapa alarm tanda bahayanya telah berbunyi seolah-olah ia sedang melihat musuh sekarang. Apalagi, melihat sikap adik kecilnya tadi seolah memperkuat intuisinya bahwa orang di depannya ini benar-benar seorang musuh.

“Saya dengan dari manajer anak saya, anda berniat untuk mesponsori Giselle untuk karirnya. Apa benar?” Tanya Amanda yang membuat Ananta menjadi was-was.

“Benar bu, saya memang berniat untuk mesponsori nona Giselle.”

“Atas dasar?”

To the point banget nih abangnya Giselle, gilak! Batin Romeo.

“Atas dasar profesionalitas saja.”

“Saya tidak akan mengijinkan jika maksud dan tujuan anda tidak jelas pak Romeo. Saya punya hak penuh atas karir adik saya.”

“Ananta jangan keterlaluan!” Ujar Alfarisi memperingatkan.

“Oh maafkan saya pak Ananta, segera saya akan kirimkan proposal permohonan kerjasama antara saya dan nona Giselle.”

“Saya tunggu di email saya hari ini.”

“Maafkan anak saya nak Romeo. Dia ini memang sangat protektif dengan adik kesayanganya.”

“Saya bisa pahami itu pak Faris.”

“Saya sudah selesai makan, saya duluan menyusul saudara saya. Permisi.”

Jangan tanya bagaimana batin Romeo saat ini, ia benar-benar melongo melihat perlakuan Ananta. Ia sekarang mengetahui darimana Giselle mempelajari sikap cuek bebeknya itu. Hanya saja Romeo sangat pintar menyembunyikan raut wajahnya.

AlataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang