Kesempatan

404K 2.5K 110
                                    

Author POV

Risya berjalan ke toilet yang berada satu lantai di ruangan VIP tempat mereka makan malam.

Setelah sampai dia langsung membersihkan pahanya yang lengket karena terkena tumpahan kuah kari. Keadaan toilet sangat sunyi, hanya ada dirinya disini, Risya bergidik ngeri. Takut juga dia kalau sendirian seperti ini. Gak lucu kan kalau tiba-tiba ada yang mengejutkan dirinya. Cepat-cepat dia mengalihkan pikirannya agar tidak berpikiran mistis. Sedikit menunduk dia membersihkan tumpahan di pahanya itu. Beruntung dia memakai dress mini ini, hingga pakaiannya tidak sampai terkena tumpahan kuah kari tersebut.

Setelah selesai, dia tersenyum. Lalu mulai mengeringkan tangannya menggunakan tissue yang tersedia disana. Sedang asyik-asyiknya mengeringkan tangan.

Tiba tiba ada yang seseorang yang memeluknya dari belakang. Risya terkejut bukan main. Lalu tatapannya menatap lurus pada cermin di depannya.  Lantas bola matanya melebar sempurna, dia tidak menyangka akan bertemu kakak iparnya disini.

Degup jantungnya seketika bertalu-talu. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Setelah beberapa detik terpaku, dia pun tersadar. Dihempaskannya tangan kekar yang memeluk pinggangnya tersebut.

Lalu langkahnya bergeser agar tidak terlalu dekat dengannya. Wajahnya tegang bukan main. Dia sangat takut jika Randi akan berbuat hal yang tidak menyenangkan lagi kepada dirinya. Apalagi jika melihat keadaan sunyi seperti ini.

"Mau apa kamu kesini?" Ucapnya gugup setengah mati. Randi tersenyum menanggapi, lalu dia akan meraih tangan Risya. Namun, sekali lagi Risya menghindar. Dia tidak mau ada orang yang melihat mereka dan menimbulkan salah paham.

"Jangan coba-coba dekati saya!" Ancamnya tak gentar.

"Hallo, sayang!" Sapa Randi dengan santai. Lalu dia memasukkan tangannya pada saku celana. Lantas bersandar pada tembok di belakangnya.

"Please, jangan ganggu aku lagi. Aku takut ada orang yang mengenali kita dan melihat semuanya hingga menimbulkan kecurigaan. Jadi, aku mohon, mas. Tolonglah berpikir yang jernih." Kini Risya sudah putus asa menghadapi sifat bebal kakak iparnya ini. Memang Dia tidak banyak tahu tentang Randi. Namun sekarang dia baru tahu, kalau ternyata Randi sangat bebal dan berperilaku seenaknya sendiri.

"Gak ada orang disini, sayang. Oh ya, lagian suamimu juga tidak ikut. Jadi, kita bisa bebas dong." Ucapnya dengan nada menggoda.

Cih. Rasanya saat ini Risya seperti akan muntah mendengar kalimat menjijikkan itu. Apalagi kalimat tersebut keluar dari mulut kakak iparnya sendiri. Sangat menjijikan bukan. Menggoda dengan memaksa, lalu dilakukan dengan wajah datar sungguh perpaduan yang epik sekali.

"Jangan harap kamu bisa berbuat seenaknya sendiri, ya, mas. Jika kamu terus seperti ini, akan ku adukan kamu pada papa dan juga mas Ardi."

"Oh ,ya. Adukan saja, aku tidak takut. Mungkin mereka akan terkejut, namun kamu lebih terkejut lagi jika mengetahui semuanya."

"Apa maksudmu?"

Satu alis Randi terangkat. Lalu dia menyeringai.

"Kamu mau tahu?" Tanyanya, sok misterius.

Risya mengangguk tak sabar.

"Sini biar aku bisikan."

"Tidak perlu. Aku harus segera kembali, teman-temanku menunggu!" Seolah tahu maksud Randi, dengan cepat Risya berbalik untuk segera meninggalkan kakak iparnya yang gila itu. Padahal masih banyak wanita-wanita cantik nan seksi di luar sana, tapi kenapa dia harus mendekati Risya yang jelas-jelas adalah adik iparnya sendiri. Apa namanya kalau tidak gila. Beruntunglah Risya masih waras, hingga dia tak termakan bujuk rayunya. Wajahnya memang tampak, dan berkarismatik. Tapi, kelakuannya sungguh minus. Itulah yang Risya tidak suka darinya. Sungguh tidak ada sopan santunnya sama sekali, meskipun dia lebih muda darinya.

Kakak Iparku Si Brengsekku(PUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang