Teman Rumah

488K 3.8K 136
                                    

Author POV

Hari ini Risya bangun kesiangan karena semalam ia tidur larut malam. Sedangkan Ardi yang bangun lebih dulu tidak seperti biasanya. Ardi telah bersiap-siap ingin pergi. Dia merapihkan kancing tangannya yang masih belum terkancing sempurna. Setelah itu, dia menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tertentu pakaiannya. Suara bising akibat aktivitas Ardi membuat Risya terbangun.

"Mas, tumben kamu sudah bangun, mau kemana kamu, mas?" Tanya Risya serak, khas suara orang yang baru bangun dari  tidur.

"Selamat pagi, sayang. Aku mau menjemput Sahira sayang 'kan aku udah bilang semalam." Jawab Ardi santai.

"Jemput Sahira? Memangnya mau kemana?" Tanya Risya heran, matanya memicing untuk memastikan ucapan suaminya. Rasa kantuknya mendadak menghilang sempurna saat mendengar nama Sahira se pagi ini. Lalu dia beranjak menghampiri suaminya dan membantu membenarkan letak dasinya.

"Bukannya aku sudah bilang, atau mungkin aku lupa. Ah, entahlah, tapi yang pasti mulai hari ini Sahira akan tinggal sementara waktu dirumah kita sayang. Dan, sekarang aku akan menjemputnya. Kasihan dia kalau membawa barang-barangnya sendiri." Ardi menjelaskan. Risya semakin tak percaya dengan perkataan suaminya, kenapa Ardi tidak berdiskusi dahulu dengannya? Pikir Risya.

"Memangnya dia tidak punya rumah sayang?" Risya mengungkapkan keberatannya dengan hati-hati.

"Apartemen dia lagi direnovasi, terus rumah orang tuanya 'kan di Bandung. Sementara dia bekerja di Jakarta, sayang. Kasihankan dia kalau harus mengontrak atau ngekos sebelum apartemennya selesai. Lagian kamar disini juga banyak yang tidak terpakai. Boleh ya?" Ardi menggenggam tangan Risya, lalu mengecupnya. Ini cara Ardi membujuk istrinya agar Risya tidak keberatan dengan kehadiran Sahira dirumahnya.

"Hmmm... Tapi yang ak--"

"Udah deh, jangan bantah aku terus Risya." Sela Ardi dengan suara keras. Tangannya dihempaskan begitu saja oleh Ardi. Risya terkejut, dia menatap suaminya dengan perasaan tidak percaya. Ardi membentak dirinya hanya karena dia menyuarakan keberatannya. Perasaan sesak seketika muncul di dadanya. Risya tidak percaya, suaminya begitu membela Sahira dibandingkan dengan dirinya.

Ardi berlalu dari hadapan Risya setelah bajunya rapi. Sedangkan Risya masih terdiam di tempat. Perlahan tangannya meraba dada, merasakan begitu sesaknya hati saat Ardi membentaknya. Dia tidak terbiasa diperlakukan kasar seperti ini meskipun oleh suaminya sendiri. Batinnya bertanya-tanya, Kenapa Ardi membentaknya? Lalu kenapa Ardi begitu membela Sahira? Walaupun dia sahabatnya, tapi bukankah aku ini adalah istrinya? Seharusnya, Ardi lebih peduli pada perasaan aku 'kan?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dihatinya yang perih itu. Namun begitu, dia masih mencoba berpikir positif pada suaminya itu walaupun Ardi telah menyakiti perasaannya.

Tak lama Risya melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi. Dia ingin meredamkan emosi serta pikiran negatif yang menghampiri kepala juga hatinya dengan air dingin di pagi hari.

Setelah mandi, perasaannya sedikit lebih baik. Dia tersenyum meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap berpikiran positif. Untuk apa dia cemburu bukankah Sahira itu sahabat suaminya? Begitulah yang hatinya tekankan. dia berpakaian seperti biasa, dan berdandan tipis-tipis. Meskipun begitu, aura kecantikannya begitu terpancar dari dalam dirinya.

Dengan pakaian santai, khas dirinya ketika di rumah. Dia merasakan kenyamanan yang membuat hatinya menjadi lebih baik. Kaos rumahan oversize serta hotpants adalah andalannya ketika di rumah. Sengaja dia mencepol rambutnya yang panjang dengan menyisakan sedikit helaian rambut pendek disekitar telinganya. Polesan wajah yang sederhana juga gaya rambut yang terlihat santai sudah sangat membuat dirinya cantik.

Kakak Iparku Si Brengsekku(PUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang