Hari ini aku ,Nandira, dan panitia pensi lainnya tak sabar menunggu jam menunjukkan pukul sepuluh. Kami akan mendapatkan dispensasi untuk menyeleksi siapa saja murid-murid yang akan menampilkan bakatnya diatas panggung pensi nanti. Kali ini, pensi kita mengusung tema mengenai all about music. Guest Star yang telah kami booking sejak satu bulan lalu itu dipastikan akan membuat penonton berdecak kagum.
Tak lupa, hari ini aku membawa kamera. Sekedar untuk mendokumentasi persiapan pensi. Juga untuk hari-hari selanjutnya di minggu ini. Dari mulai menata panggung, mempersiapkan properti, dan lain sebagainya akan aku jadikan sebuah cinematic. Ah, membayangkannya saja sudah keren!
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima puluh menit. Sepuluh menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Tapi, Bu Hera yang telah memerintahkan murid-murid untuk mencatat materi dipapan tulis itu, sudah membereskan buku-buku yang dibawa.
"Baiklah, karena sebentar lagi bel istirahat berbunyi. Sambil menunggu, catat semua materi yang ada dipapan tulis. Kalau bel sudah berbunyi silahkan istirahat. Itu saja yang bisa ibu sampaikan hari ini. Assalamualaikum." Bu Herapun melangkah dengan wibawa meninggalkan kelas. Guru yang membuatku mendapat sapaan darinya dan terpingsan.
"Waalaikumsalam bu."
"Nan, udah beres?" Tanyaku pada Nandira. Rupanya ia sedang mempercantik catatan dengan stabilo, spidol, dan pulpen warnanya. Seperti studygram yang suka aku lihat di explore instagram.
"Sebentar lagi." Jawabnya yang masih serius dengan aktivitas kerajinan.
"Ya elah gitu doang bisa kali dirumah, Nan."
"Ah, lo nggak ngerasain betapa senengnya gua ngerjain ginian, Ci."
Sambil menunggu Nandira menyelesaikan catatannya. Akupun mengambil kamera dari dalam tasnya. Iseng-iseng saja aku memotret Nandira dengan segala alat tulis warna-warninya. Sadar akan itu, Nandira menengok kearahku seraya menutup buku tulis.
"Motoin komuk gua ya lu?!" kata Nandira. Sementara aku mencoba melihat hasil foto tadi. Eh, hasilnya bagus juga! Jam-jam segini, cahaya dikelas memang sangat bagus. Kalau kata orang-orang, estetik!
"Nih, fotonya. Bagus kan? Siapa dulu photographernya." Ucapku berlaga sombong seraya menunjukkan foto Nandira.
"Iya, bener! Bagus Ci, bagus! Pokoknya nanti malem lo harus kirim foto ini ke gua ya!"
Aku hanya mengangguk. Membiarkan Nandira yang asyik melihat foto-foto di kamera. Sementara aku membawa kotak bekal kecil yang berisikan roti untuk dibawa ke aula. Tadi pagi, aku terlalu terburu-buru sampai lupa sarapan pagi. Apalagi Bi Titi-asisten rumah- hari ini bukan jadwalnya datang ke rumah, makin malas saja aku sarapan jika tidak ada yang mengingatkan.
"Ekhm, ini foto jaman kapan ya?" Nandira menunjukkan kamera padaku.
Sialan. Itu fotoku bersama Langit satu tahun yang lalu. Ka Leo yang memotretnya.
Akupun menghiraukan ucapan Nandira. Lantas mengambil kotak bekal dan berjalan menuju aula. Tanpa aku minta tolongpun Nandira pasti membawa kameraku.
"Yah, gitu aja ngambek."
"Lusi, Nandira! Kalian mau ke aula?" Panggil Rafi yang bangkit dari tempat duduknya. Akupun mengangguk.
"Bareng dong, gua juga mau kesana." Akhirnya kami bertiga jalan beriringan menuju aula.
"Lo mau tampil apa Fi?" Tanyaku.
"Nge-band. Keren gak keren gak?"
"Sama siapa aja? Kok cuma sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lusi & Langit
Teen FictionBerusaha menjauhpun, Langit tetap ada mengawasi Lusi. #194 brokenheart, Mei. #22 friendshit, Mei.