Prolog

58 2 0
                                    

"Miaaa.. Sampai kapan kamu begini?" Tanya sosok dihadapannya

"Sampai aku benar-benar bahagia" Jawab Mia sambil menerawang.. "Sepertinya sampai aku bisa selangsing dan secantik para elf" Lanjutnya tersenyum bodoh

"..... " Ugh lagi-lagi hayalan, sosok yang merupakan sahabat nyata Mia itu memutar mata*

(*gerakan memutar mata itu seperti cemoohan tapi tidak kasar jika terhadap orang yang kita kenal)

"Ayo, sekolah sudah selesai, saatnya pulang ke istana" Mia membawa tas dan tersenyum sambil menuju pintu

"Istana.. Istana, hey ku bilang itu bahkan tidak mirip meski untuk gubuk pelayan sekalipun, kau tau, maksudku kamarmu" Maya, mengekor di belakangnya sambil mengoceh

Mia dan Maya adalah dua sahabat dekat, Maya sudah sangat mengerti bagaimana keseharian Mia yang di penuhi hayalan.

Karnanya Maya bisa mengimbangi cara bicaranya yang konyol bagi sebagian besar orang.

"Oke, kereta kuda mu sudah datang, aku memilih jalan kaki saat ini, silahkan naik putri Maya" Mia menunjuk ke mobil BMW yang sudah parkir di seberang gerbang sekolah.

Tentu sja, itu milik Maya, Mia biasanya ikut masuk sampai stasiun kemudian naik kereta ke rumahnya yang terletak di kaki gunung pedesaan, tapi hari ini dia memilih jalan kaki.

Maya sangat tau, jika Mia sudah berpikir seperti itu, meski dipaksa pun dia tidak akan mau diantar.

"Baik, aku pergi. Hati-hati di jalan, jangan lupa senin ada acara, aku tidak mau kau absen hanya karna terlambat menunggu pangeran hayalanmu datang, haha" Ucap Maya padanya sambil berlari ke arah mobil.

Uugh, Maya selalu begitu. Pikir Mia sambil melanjutkan perjalanan ke stasiun yang berjarak lima menit jalan kaki dari sekolahnya.

Hari ini sangat panas, rasanya sang kaisar langit sedang mengadakan pesta BBQ di halaman rumahnya, mungkin aku harus menghubungi dewi es, untuk memohon sedikit salju..

Itu lah hayalan Mia saat kepanasan di jalan. Mia selalu mengaitkan sekeliling nya dengan hayalan yang aneh.

Seakan dia hidup dalam novel fantasi yang tersusun hingga lima rak di kamarnya.

Rumah Mia adalah rumah papan yang dibangun sendiri oleh ayahnya, rumah dengan dua lantai dan satu menara mirip kastil di samping lantai dua, yang menjadi kamar buku Mia*.

(*papan di sini lebih mahal dari dinding beton, bagus, mengkilap dan tahan saat badai ヽ( 'ω' )ノ)

Desain ini sesuai permintaan Mia kecil. Dengan halaman luas penuh bunga, dan kolam kecil di bawah pohon rindang tak jauh dari menara, keluarga Mia hidup bahagia dengan lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk kota.

Ayahnya seorang arsitek manager di perusaan konstruksi, berjarak tiga kilometer dari desanya.

Ibunya seorang petani bunga, anggun dan indah, sesuai hobinya. Mia hanya punya satu orang kakak laki-laki yang saat ini mengambil jurusan kedokteran di luar kota.

Jadi, sudah dari kecil Mia sendiri berteman bunga dan hewan kecil di sekitar rumahnya. Karna rumah Mia agak jauh dari rumah warga yang lain.

Sedikit lebih seperti villa keluarga kaya, yang terletak di kaki gunung kecil dengan kebun teh tak jauh dari rumahnya. Hanya saja, rumah ini tidak semewah villa mahal, lebih terkesan sederhana.

Mia menyebut nya 'istana'.

Mia dan HayalannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang