Hayalan 2.2

12 1 0
                                    

"Sial, aku benar-benar menabrak  Tomo-kun yang berkeringat.. Aaah, bagaimana ini.. Kalau dia tau aku bukan manager klub basket, apa dia curiga?" Aku menepuk pipiku yang memanas.

Tidak ada yang tau selain dokter pribadi ku, bahwa aku punya tubuh yang benar-benar sensitif.

Setiap indra di tubuhku sangat peka, apalagi jika berkaitan dengan orang yang aku sukai.

Saat ini aku sudah merasa seperti jalang, bergairah hanya karna bau keringat Tomo-kun.

Perasaan tegang karna takut ketauan, dan bisa bicara saat dia berkeringat itu membangkitkan semangatku.

Aah, aku tidak bisa berlama di sini, jika ketahuan bisa gawat, setelah memastikan dia masuk, aku segera kembali ke kelas.

Sepertinya jika aku ingin lebih leluasa bicara dengannya, aku hanya harus masuk ke klub basket, pikirku.

Saat perjalan pulang sekolah, aku melihat klub sepak bola keluar dari ruang ganti. Mereka semua laki-laki, bahkan tidak punya manager perempuan.

Tunggu, ku pikir, bukankah lebih baik jika aku melamar posisi manager mereka, batinku sambil tersenyum senang.

##

Keesokan harinya aku bertanya pada pelatih, dan berhasil di Terima dengan senang hati.

Pelatih suka penampilan biasa ku dan pengetahuanku tentang bola.

Tentu saja, dulu, saat aku masih kecil hingga SMP, olahraga apa yang belum aku mainkan.. Hehe..

Tomo terlihat kaget saat menatap ku. Aku berusaha acuh saat bertemu tatapan curiga nya..

"Hei, tunggu. Bukankah kemarin kau bilang bahwa kamu manager baru klub basket? Kenapa hari ini malah menjdi manager kami"

Tomo menjumpai ku setelah anggota klub pulang duluan. Dia bicara sambil menatapku tajam.

Aku tidak langsung menjawabnya. Jauh di balik kacamata ku, aku sedang bahagia.

Setelah menyesuaikan suaraku agar tidak bergetar, aku menjawab sambil menunduk

"Aku kira kau tidak akan ingat. Hh, awalnya memang aku mendaftar sebagai manager di sana tapi, kau tau kan kalau Hana senpai masih kelas dua, jadi dia masih bisa menjadi manager untuk dua tahun lagi, dan aku tidak dibutuhkan. Lagipula, aku lebih mahir dalam bola kaki daripada bola tangan"

Tomo menatap sekian lama, lalu menerima penjelasan ku, meski ku rasa dia masih curiga.

"Tunggu, kenapa aku harus menjelaskan pada mu" Aku menghentikannya saat dia akan pergi.

Aku sengaja mencari alasan agar bisa bicara lebih lama. Memasang wajah datar sebaik mungkin, meskipun tanganku masih bergetar.

"Jangan salah paham, tentu saja aku bertanya, lagipula siapa yang tidak tau kalau aku punya fans gila" Jawabnya dengan wajah acuh.

"Kau mengira semua orang bisa menjadi fans gilamu! Huh, aku lebih suka melihat ace dari tim sebelah, sebaiknya kau jangan terlalu pede!" Aku memasang wajah ketus, menghentakkan kaki tidak suka lalu mendahului nya keluar dari pintu.

"Blam!" Pintu ditutup dengan keras tepat di depan Tomo yang tertegun.

"Apa-apaan, tingkahnya seperti anak kecil. Ngapain juga bawa-bawa ace tim basket, dasar." Tomo menggerutu tanpa sadar lalu menyusul keluar dari ruang klub.

###

Aku dikerubungi di kelas, saat para cewek tau aku berhasil menjadi manager klub sepak bola.

Mereka berusaha menjilat ku supaya bisa lebih dulu mendapat informasi tentang Tomo.

Sudah satu bulan selalu begini, aku sebenarnya kewalahan. Tapi demi samaran ku aku harus bertahan.

Hari ini, setelah mengawasi latihan tim, aku memberikan disk pertandingan dari liga musim panas tahun lalu, saat tim Tomo kalah di babak final.

"Kalian harus menonton ini bersama, luangkan waktu untuk mencari solusi dari kesalahan yang kalian temukan. Masing-masing harus memberikanku alasan yang bagus besok, jika tidak, hehe, bersiaplah untuk latihan di neraka.." Kataku sambil tersenyum

"Huwaaa.. Manager Himura benar-benar kejam.."

"Himura-can lebih lembut lah.. Kau tidak seperti cewek lain"

"Himura-sama.. Jangan seperti itu, kami pasti akan menemukan solusi"

Mereka mengeluh dengan wajah memelas, tapi aku hanya pura-pura tidak dengar.

Aku mengusir mereka, setelah mengingat kan untuk istirahat dan makan yang cukup. Lalu lanjut membereskan ruangan latihan.

Setelah itu, aku berjalan menuju ruang ganti, baru saja akan masuk, tapi aku berhenti saat mendengar suara dari koridor sebelah yang menuju ruang klub basket.

"Nina, kau benar-benar tidak bisa datang? Ibu menanyaimu, sudah lama kau tidak berkunjung" Itu sudah Tomo

"Tomo kun, gomen, hari itu aku ada janji dengan Kenichi. Lagipula apa ibu mu masih salah paham, kita hanya teman masa kecil" Nina, ketua klub basket putri menjawab, aku bisa mendengar nada tidak suka dari suara nya.

"Ah, begitu? Baiklah, aku tidak memaksa. Maaf, aku sudah menjelaskan, tapi kau tau sendiri kalau ibu ingin punya anak perempuan."

Aku mengepalkan tangan mendengar jawaban Tomo. Kenapa wanita ini masih nempel terus padahal dia tidak suka, batinku kesal.

Aku bisa memahami rasa sedih di balik kata-kata Tomo. Uugh, aku benar-benar ingin menghibur nya dan memberi pelajaran pada wanita itu.

Ups, ada satu lagi hal yang aku sembunyikan dari orang-orang.

Aku ini sedikit psikopat, saat aku benar-benar marah, tanpa sadar aku akan melakukan kekerasan.

Apalagi jika itu berkaitan dengan Tomo kun.

Mia dan HayalannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang