Hayalan 2.3

7 1 0
                                    

Hari itu aku sadar, bahwa cinta Tomo kun untuk Nina senpai sama besar dengan cintaku untuk Tomo pula.

Yaitu cinta tanpa syarat, meskipun aku sangat tidak ingin di samakan dengan Tomo untuk wanita itu.

Karna itu aku memahami bagaimana perasaan dia untuk Nina senpai.

Apakah aku juga harus menyerah, hanya bisa diam tanpa sempat mengucapkan apa-apa?

Semoga saja akan ada keajaiban..

###

Sudah seminggu sejak kejadian Nina senpai dan Tomo-kun hari itu.

Entah apa selanjutnya yang terjadi, tapi sejak itu pula Tomo seperti tidak bersemangat.

Untuk itu, aku menjadwalkan pelatihan di luar sekolah. Pelatih menyetujui proposal ku.

Kami berangkat untuk satu Minggu, resort yang aku pesan di lepas pantai sudah ku booking dengan uang pribadiku.

Anak-anak mengira itu di pesan pelatih, tapi aku malah mengatakan pada pelatih itu uang kas kelompok.

Biarlah, yang penting mereka bisa leluasa tanpa orang ramai.

Aku bertujuan untuk Piala musim dingin, hanya setahun sejak kekalahan di musim panas. Tapi ini kesempatan terakhir Tomo karna sudah kelas akhir.

Pelatihan di lepas pantai bertujuan menguatkan kaki mereka dan daya tahan.

Berlarian di pantai bukan semudah berlari di lapangan. Aku sangat akrab dengan ini.

Dulu, saat aku akan ikut Olimpiade olahraga campuran di London, kakak-kakak sepupuku melatih ku dengan keras.

Meski begitu aku berhasil, makanya aku berusaha menerapkan itu untuk tim sepak bola Tomo.

Untuk pergi ke gunung terlalu sulit untuk izin, karna itu aku memilih pantai.

###

"Manajer-san.. Kapan latihan ini selesai?"..

" Himurasama, biarkan kami istirahat, bahkan kapten sudah kelelahan, ini bahkan masih musim gugur "

Banyak keluhan yang Mura dengar setelah lima hari latihan tanpa henti.

Aku menerapkan latihan, makan dan istirahat yang seimbang.

"Kalian terlalu lemah, lawan untuk musim dingin nanti adalah calon penerus tim liga Nasional, apa kalian tidak malu jika kalah di babak penyisihan!"

Mura berkata sinis sambil mengisi catatan kelompok.

"Dan kau! Kapten macam apa kau ini, bukankah aku sudah bilang. Namamu masuk kandidat TLN, kalau kau masih tidak mampu meng-handle anggotamu, aku akan minta pelatih mengutus orang lain!"

"Jangan terlalu ikut campur manajer, aku sudah berusaha. Kalau kami kalah, berarti kami memang tidak pantas untuk itu" Tomo pergi setelah mengatakan dengan dingin.

Mura yang masih tercengang
"... "

Setelah kepergian Tomo, tim segera menenangkan menajer yang akan meledak.

"Apa-apaan kapten, setelah melempar api pergi begitu saja"
Salah satu anggota bernama Hiro menggerutu di kamarnya

"Ya, bukankah tujuan manajer itu bagus" Sahut yang lain

"Kalau besok manajer semakin marah, habislah kita..."

"Sebaiknya kalian diam, kapten punya masalahnya sendiri. Bagaimana keinginannya untuk tim liga itu bukankah kita yang paling tau" Wakil kapten, Kagami, menyela.

Sementara itu, Tomo yang akan masuk mendengarkan semuanya. Dia berdiri tanpa masuk, dan kembali ke luar.

Saat ini senja, saat paling indah di tepi pantai.

Tomo melihat siluet tubuh menendang bola dari tepi gawang yang mereka buat ke gawang seberangnya.

Semua bola itu masuk tanpa sekalipun meleset. Tomo kaget dan segera mendekat.

"Manajer?" Tomo terkejut saat melihat siluet itu ternyata Himura.

"Ah!!" Teriakan menggema di pantai yang sunyi.

"Tomo, se sejak kapan" Mura berkata sambil terduduk dengan wajah panik

"Sejak bola pertama. Bukan kah itu terlalu... bagaimana kau.."
Tomo berkata sambil menunjuk bola yang baru saja keluar dari gawang di sisi berlawanan.

"Hhhh.." Sambil mengatur rambut (wig) yang sudah berantakan dan merapikan baju yang sedikit basah, Mura berdiri dan berjalan mengumpulkan bola-bola

"Hei kau belum menjawab" Tomo membantunya sambil menunggu jawaban.

Setelah hari gelap, Mura memasukkan semua bola ke ruang peralatan. Tapi Tomo masih mengikutinya.

"Aku mau mandi, kau masih ingin ikut?" Mura melihat ke belakang sambil menunjuk handuk di tangannya

"Ugh, aku hanya ingin tau, baiklah aku akan mendengarkan di waktu makan" Sambil canggung, Tomo segera berjalan cepat ke kamarnya.

Segera waktu makan..

Anggota tim sudah kembali ke kamar, hanya menyisakan Mura dan Tomo.

"Kau masih penasaran?" Mura menatap kapten yang sudah duduk di depannya.

"Baiklah, ikut aku" Mura keluar dan menuju pantai, lalu berhenti saat menemukan tempat yang cukup jauh dan sepi.

Mereka duduk berdampingan, dan mura memulai ceritanya (tentu saja dengan banyak karangan)

"Aku punya banyak kakak laki-laki. Dan selalu mengikuti mereka, aku mempelajari hobi yang paling mereka suka, yaitu sepak bola. Agar aku juga bisa bergaul dengan mudah. Saat mereka akan ikut Olimpiade di London, aku bahkan ikut berlatih bersama mereka. Kau tau, latihan itu bahkan lebih berat dari kalian. Mulai dari berenang di sungai yang deras, naik gunung, bermain bola di pantai, bahkan puasa di terik matahari. Itu semua aku ikuti. Aku juga belajar berbagai macam trik umpan, atau tendangan pencetak gol, makanya aku bahkan tidak terlalu berkeringat setelah tiga puluh tendangan bebas tanpa lawan seperti tadi sore. Kau puas?"

"Maaf.. Sepertinya aku tidak fokus untuk turnamen" Tomo berkata sambil mengusap wajahnya.

"Kau ingin bercerita?" Pancing Mura

"Aku baik-baik saja" Jawab Tomo setelah terdiam sejenak

Mura berdiri dan berjalan menjauh

"Apapun itu, aku hanya berharap kau tidak membuat keputusan yang salah. Semoga kau tidak menyesal. Aku akan melihat Tomo kun" Mura bicara dan tanpa menoleh mengucapkan kalimat dengan datar. Penuh harapan di hatinya, semoga hari itu, kabar baik lah yang ia dengar.

Mia dan HayalannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang