Mereka menyuruhku untuk tidak menyia-nyiakan hidup.
Mereka berpandangan bahwa hidup ini singkat, sehingga kita perlu bersenang-senang sebelum waktu habis.
Namun, aku tidak setuju dengan itu semua.
Atas dasar apa diriku bisa bersenang-senang? Sementara hidupku bagaikan gulungan film yang diputar—monoton.
Di satu detik pertama aku bahagia, namun di detik selanjutnya aku didorong ke jurang yang dalam. Sakit, tentu saja.
Sudah beribu kali aku bangkit dan jatuh lagi ke dalam jurang tersebut, tapi aku belum kunjung berhasil menuntaskannya juga.
Hingga kini aku punya satu pertanyaan yang bisa dikatakan cukup gila dan konyol.
Bagaimana jika aku jatuh ke jurang tersebut dan tidak kembali lagi? Hidupku yang monoton ini pasti akan berakhir, bukan?
Alex 餘
Sore hari pukul empat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA
Random/sênandika/ (n): wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan...