" Kembali,
Aku menyadari. Bahwa, hari di musim ini masih sama seperti sebelumnya.
Masih ada hati yang kosong menunggu sosok itu kembali mekar selayaknya musim semi."
Spring day 2012,
Pagi itu adalah awal perkenalan mereka.
Di depan gerbang yang telah tertutup rapat seorang gadis menggerutu merasa sial karena ia kembali telat pagi ini. Ia melihat jam yang tepasang di pergelangan tangan kirinya. Lima menit, ia hanya terlambat lima menit. Namun, sepertinya satpam penjaga sekolahannya sedang rajin kali ini. Biasanya gerbang sering kali tertutup lebih dari lima menit setelah bel berbunyi. Atau mungkin, memang nasib gadis itu yang kurang beruntung saat ini.
Gadis itu meraih ponsel yang berada pada saku seragam sekolahnya. Ia tengah mengetikkan pesan kepada temannya yang mungkin saat ini sudah berada di kelas.
To Hyung Gi
Hyung Gi! Apakah si botak itu sudah masuk kelas?
Send...
Si Botak adalah julukan untuk guru matematika killer di sekolahnya, kepalanya yang botak membuat siswa di sekolahnya memanggil dia Si Botak.
Tak berapa lama kemudian seorang siswa laki-laki terhenti di depan gerbang tersebut. Nafas siswa laki-laki itu terengah-engah karena berlari. Sama seperti halnya gadis itu, siswa laki-laki itu juga terlihat menggerutu ketika melihat gerbang telah tertutup rapat.
Syukurlah aku tidak terlambat sendiri, batin gadis itu berkata. Senyuman cerah terbit pada bibir gadis itu.
" Ya! jeonhagsaeng." ( murid pindahan ) sapa gadis itu pada siswa laki-laki tadi. Ya, siswa laki-laki tersebut merupakan siswa pindahan di kelasnya.
Merasa dirinya dipanggil siswa laki-laki itu menoleh.
" Tarrawa!" ucap gadis itu seraya meraih pergelangan tanganya tanpa seijinnya. Siswa laki-laki itu sempat sedikit tersentak dengan tingkah laku gadis yang kini menggenggam erat tangannya namun tetap mengikuti langkah gadis itu. Sekilas diliriknya gengnggaman tangan gadis itu pada pergelangan tangannya.
Mereka berdua berjalan dengan terburu-buru menuju belakang sekolah. Disana terdapat pagar tembok yang mengelilingi seluruh gedung sekolah mereka. Mungkin jika di ukur tinggi pagar tembok itu hampir mencapai dua meter . Namun , tak berapa lama kemudian mereka mencapai bagian belakang sekolah dimana disana terdapat sebuah pagar tembok yang sedikit rusak. Bagian atasnya sudah pecah dan retak jadi membuat pagar tembok tersebut lebih pendek jika di bandingkan dengan pagar tembok lainnya.
" Sekarang kau membungkuklah, bantu aku memanjat pagar tembok ini." Ucap gadis itu dengan jari telunjuk yang menunjuk pagar tembok di depannya.
Siswa laki-laki itu tampak bingung. Dahinya terlihat berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Female Dance Coach
FanfictionKarena semesta tidak pernah membutuhkan sebuah alasan untuk menciptakan pertemuan.