Ahra berjalan dengan malas di bawah gumpalan awan hitam yang menghiasi lagit kota Seoul. Gadis itu berjalan tanpa mengenakan alas kaki dengan raut muka lelah di wajahnya. Tangan kirinya memegang sepatu yang hanya tinggal sebelah.
Tidak sedikit orang yang berlalu lalang di sekitarnya memandanya dengan tatapan aneh. Namun, dia tak menghiraukan tatapan-tatapan aneh itu.
Sekelebat kejadian yang menimpanya tadi melintasi pikirannya. Taehyung, ya! nama itu yang kini gadis itu pikirkan. Dia tidak habis pikir dengan sosok Idol itu, kenapa harus membawa pergi sepatunya. Bahkan sepatu Ahra mungkin tidak lebih mahal dari underwear yang Idol itu kenakan.
" Ck!" Gadis itu mencebikkan bibirnya mengingat kelakuan Kim Taehyung terhadapnya.
Awan hitam yang tadinya menghiasi langit Seoul itu kini perlahan mulai menumpahkan segala isinya. Menyapu basah apa saja yang berada di bawahnya. Semua orang yang berada di jalanan itu mulai berlari kecil mencari tempat berlindung dari nakalnya rintik hujan yang mulai membasahi mereka tanpa permisi. Sebagian dari mereka juga ada yang langsung mengeluarkan payung yang mereka bawa.
Jalanan yang tadinya ramai kini sudah terasa sepi.
Ahra menghentikan langkahnya. Di saat semua orang mencari tempat untuk berlindung ataupun mengeluarkan payung yang mereka bawa, dia hanya berdiri mematung di tempat.
Dia mulai memejamkan mata dan menengadahkan wajahnya kearah langit yang sedang menumpahkan segala isinya.
Rintik hujan itu menyapu basah tubuh Ahra. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas menampilkan senyum simpul gadis itu.
Ahra menyukai hujan. Baginya hujan adalah pembawa kehidupan di muka bumi ini. Berkat air hujan biji-bijian dapat tumbuh menjadi tunas lalu berkembang menjadi aneka tanaman yang mengisi bumi. Dan baginya pula hujan mampu membawa segala kepenatan yang mengisi pikirannya.
Tanpa Ahra sadari, sebuah mobil berhenti beberapa meter dari tempatnya berdiri menikmati hujan. Pintu mobil itu terbuka, memunculkan lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam. Sebelum dia benar-benar keluar dari mobil itu, lelaki itu tampak melepas mantel hitamnya. Lalu tak berapa lama kemudian lelaki itu berlari kecil menembus rintik hujan dengan mantel hitam di atas kepalanya yang ia kenakan sebagai pengganti payung.
Langkah kakinya berhenti tepat di depan Ahra. Kini dia perlahan membagi mantelnya dengan Ahra, seolah berusaha melindungi tubuh mungil Ahra dari guyuran rintik hujan.
Menyadari hal tersebut sontak membuat Ahra membuka matanya. Ahra tertunduk. Dia merasa telah kehilangan hujannya. Pandangannya tertuju pada sepatu basah yang di kenakan lelaki itu sebelum akhirnya mendongakkan kepalanya, mencari tahu siapa yang kali ini memayunginya dan merebut kenyamanannya bersama sang hujan.
Sekarang manik mata Ahra dengan manik mata lelaki itu bertemu. Jarak keduanya sangatlah dekat hingga membuat Ahra mampu merasakan deru nafas lelaki yang kini melindunginya dari rintik hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Female Dance Coach
FanfictionKarena semesta tidak pernah membutuhkan sebuah alasan untuk menciptakan pertemuan.